Kang Hyunae kembali menatap cermin. Memastikan dirinya sudah cukup sempurna. Hyunae mengulaskan lipstik berwarna coral pink yang membuat riasannya terlihat natural. Ia menyampingkan badannya untuk melihat bahwa tak ada yang kurang, one piece dress tanpa lengan dengan motif kotak-kotak dan tas kecil telah menggantung di bahunya.
Kling!
Sebuah notifikasi muncul pada ponsel Hyunae yang masih terletak di meja riasnya. Hampir saja ia meninggalkannya. Jarinya menyentuh membuka pesan tersebut.
TaeOppa
Aku sudah sampai
Hyunae tersenyum simpul. Kaki Hyunae melangkah keluar dari kamarnya, bersamaan dengan Seokjin yang juga baru keluar dari kamarnya.
“Oh, Seokjin-ssi. Aku pergi dulu ya. Taehyung oppa sudah di depan,” ujar Hyunae.
“Hm? Kau tak makan siang dulu?” tanya Seokjin.
“Ah, aku akan makan bersama Tae oppa nanti. Oh iya, aku juga sudah memasak tadi untuk makan siangmu,” jelas Hyunae. Seokjin hanya terdiam menanggapinya.
“Tunggu sebentar,” ujar Seokjin.Hyunae menaikkan sebelah alisnya saat tiba-tiba Seokjin kembali masuk ke dalam kamarnya dan kembali dalam waktu kurang dari satu menit dengan jaket denim di tangannya.
“Mungkin sekarang di luar sedang panas. Dan kau akan berkeringat jika memakainya. Tapi pakailah nanti jika kau merasa tak nyaman dengan bajumu,” ujar Seokjin seraya melingkarkan lengan jaket denim miliknya dan mengikatkan pada pinggang Hyunae. Membuat Hyunae mematung, membiarkan tangan sang suami bekerja untuknya.
“Dan ini, sekedar untuk mengingatkanmu untuk cepat pulang. Dan mengingatkan teman priamu itu jika kau sudah menjadi milik pria lain,” lanjut Seokjin kini menyematkan sebuah cincin bermata berlian yang tak terlalu mencolok namun terlihat indah melingkar pada jari manis Hyunae.Cincin pernikahan mereka. Cincin yang selama ini lebih sering bertengger di kotak penyimpanannya daripada di jari Hyunae.
“Ayo, aku akan mengantarmu ke depan,” ujar Seokjin membuyarkan lamunan Hyunae saat tangannya menangkup kedua bahunya.
Hyunae membiarkan Seokjin berjalan di sampingnya dengan tangan yang merengkuh bahunya. Setengah senang, setengah bingung dengan perasaannya sendiri. Jantung Hyunae seakan bekerja lebih cepat dari biasanya menerima perlakuan Seokjin padanya saat ini.
Seokjin mengantar Hyunae bahkan sampai ke depan pagar rumahnya di mana Taehyung sudah berdiri menunggunya di sana. Seokjin berjalan mendahului Hyunae setelah melepas dekapannya dari bahu sang istri untuk membukakan pagar.
“Mengapa tak menunggu di dalam, Taehyung-ssi?” sapa Seokjin. Berusaha memasang senyum terbaiknya.
“Ah, tidak apa-apa. Terima kasih, Seokjin-ssi,” ujar Taehyung seraya membungkuk memberi salam.
“Kalian mau langsung berangkat?” tanya Seokjin menatap Taehyung dan Hyunae bergantian. Hyunae tak menjawab, hanya menatap Seokjin yang tersenyum penuh arti kepadanya.
“Ah, bolehkah? Sebelumnya aku minta maaf mengganggu waktumu bersama Hyunae, Seokjin-ssi,” ujar Taehyung.
“Oh, tentu saja. Tak masalah. Tolong jaga istriku, jangan sampai terluka,” jawab Seokjin seraya terkekeh.
“Hyunae-ya, kajja,” ajak Taehyung lebih dulu memimpin jalan ke arah mobilnya.
“Aku pergi dulu. Kau tak apa-apa kan?” tanya Hyunae. Hati Seokjin berdesir.
Apa Hyunae menangkap sinyal cemburunya? Pikir Seokjin. Namun Seokjin hanya mengangguk.
“Hyunae-ya,” panggil Seokjin. Tangannya meraih pergelangan tangan Hyunae yang baru saja melangkahkan kakinya.
“Jangan pergi terlalu lama, aku mungkin akan merindukanmu,” bisik Seokjin tepat di telinga Hyunae. Memberikan sebuah sengatan pada seluruh tubuh Hyunae, terlebih saat Seokjin memberikan satu kecupan di dahinya.*
*
*
“Jimin-ah, aku lapar,” ujar Soojin. Kepalanya mengusak mencari kenyamanan pada dada bidang milik pria di sampingnya. Tangannya masih erat merengkuh leher jenjang sang pria.
“Ya, bagaimana kau menghilangkan laparmu jika kau hanya memelukku seperti ini? Bangunlah. Sudah jam dua belas,” sahut Jimin.
Keduanya masih terbungkus selimut. Masih bermalas-malasan setelah melakukan berbagai kegiatan panas sejak terbangun pagi tadi. Bahkan mengharuskan Jimin untuk tak datang ke kantor.
“Aku malas,” ujar Soojin. Jimin hanya mendengus.
“Aigoo. Bagaimana kau tak ditinggal menikah oleh Seokjin hyung? Kelakuanmu saja seperti ini. Seokjin hyung harus bersyukur karena meninggalkanmu,” ujar Jimin sarkas. Ia memekik saat sebuah cubitan meluncur ke perut berharganya yang indah.
“Kau benar. Mungkin Seokjin oppa sudah bahagia sekarang. Setiap hari istrinya memasak untuknya, tak seperti aku,” sahut Soojin. Ia menghela napas berat sebelum mengangkat wajahnya, menatap pada kedua netra kecil milik Jimin.“Apa kau juga akan seperti Seokjin oppa? Meninggalkanku?” tanya Soojin.
Jimin merengkuh tubuh Soojin. Memeluknya erat. Mengusap punggung Soojin untuk menyalurkan perasaannya.
“Aku tak akan meninggalkanmu. Aku tak peduli jika aku harus makan di luar setiap hari. Tak peduli jika harus makan makanan pesan antar. Asalkan kau berjanji melupakan perasaanmu pada Seokjin hyung. Dia sudah bahagia, Soojin-ah,” jelas Jimin.Soojin mengangguk dalam dekapan Jimin, tanpa menyadari air mata sudah meluncur dari netranya.
*
*
*
“Makanlah yang banyak, Hyunae-ya,” ujar Taehyung dengan mulut yang terisi penuh dengan nasi dan daging. Menatap Hyunae yang terlihat seperti tak niat makan, hanya mengaduk-aduk mangkuk bibimbap-nya. Hyunae hanya tersenyum masam sambil mulai menyuap sesendok nasi.
“Apa tidak enak?” tanya Taehyung khawatir. Hyunae menggeleng.
“Ini enak. Hanya saja sebenarnya aku sedang diet, Oppa. Sudah beberapa hari aku tak makan saat malam,” ujar Hyunae berbohong.
Hyunae hanya memikirkan janjinya pada Seokjin untuk pulang sebelum makan malam. Namun sekarang justru masih terjebak bersama Taehyung, bahkan makan malam bersamanya.
“Hei, ayolah. Kau sudah kurus, tak perlu mengurangi porsi makanmu. Apa suamimu kurang puas dengan bentuk tubuhmu?” tanya Taehyung tanpa rasa bersalah.Taehyung tetap tenang sambil terus menyantap makanannya. Tak peduli bahwa hampir saja Hyunae tersedak. Beruntung Hyunae langsung menelan isi mulutnya.
“Ah, bukan begitu. Hanya saja aku ingin menjaga tubuhku agar tetap sehat,” jawab Hyunae asal. Taehyung hanya mengangguk.
“Setidaknya sekali ini saja makan malam denganku,” ujar Taehyung.
“Tentu saja, Oppa. Tak masalah,” sahut Hyunae. Keduanya kembali fokus pada makanannya masing-masing.
“Hyunae-ya. Apa suamimu tak bekerja? Kenapa dia masih di rumah siang hari tadi?” tanya Taehyung.
“Hmm, sebenarnya dia mengurus perusahaannya bersama kakaknya. Pusatnya di Seoul, tapi dia hanya datang satu bulan sekali ke sana. Selain itu juga dia berencana membuka restoran di sini,” jelas Hyunae. Taehyung hanya ber-oh-ria.
“Oppa,” panggil Hyunae.
“Hmm?”
“Kenapa kau tak mengajak Hong Yeseul?” tanya Hyunae.
“Eiy, sudah kubilang aku ke Jeju untuk urusan pekerjaan, bukan liburan,” ujar Taehyung.
“Eiy, Oppa. Aku selalu mengikuti suamiku setiap kali dia ke Seoul,” ejek Hyunae seraya terkekeh.
“Ya, Kang Hyunae. Kau tak akan ikut dengan suamimu jika kau sedang hamil bukan?” tanya Taehyung. Mata Hyunae membelalak.
“Yeseul-ie sedang hamil?! Anak keduamu?!” pekik Hyunae.
“Ya!! Pelankan suaramu!” pekik Taehyung sambil berbisik.*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
A HUSBAND
Fanfiction💕 (KIM SEOKJIN 31)-Terpaksa menikahi putri dari sahabat orang tuanya. Semua tak akan terjadi manakala hal tersebut bukanlah permintaan terakhir sang ayah. Seokjin berjanji akan menuruti apapun yang menjadi permintaan ayahnya. Namun siapa sangka jik...