21

4.5K 430 2
                                    

Kang Hyunae memantapkan langkahnya saat masuk ke perkebunan tangerine milik Seokjin. Sampai ke dalam sebuah bangunan yang terletak di tengah-tengah kebun yang luas tersebut.

Hyunae mengeratkan mantelnya karena angin yang cukup menusuk di pertengahan musim gugur ini. Tangannya menjinjing sebuah tas dan sebuah amplop hasil tes kehamilannya di tangan satunya.

Ya, Hyunae baru saja tiba dari rumah sakit dan memutuskan untuk mampir ke restoran Seokjin dan mengabarkan berita bahagia itu. Hyunae sengaja tak langsung memeriksakan diri karena Seokjin yang tak kunjung pergi dari rumah karena Hyunae yang selalu mengalami morning sickness setiap terbangun dari tidurnya di pagi hari.

Namun hari ini Hyunae berhasil membuat Seokjin pergi ke restoran. Hyunae jadi tak menyia-nyiakan kesempatannya untuk konsultasi ke dokter kandungan di rumah sakit.

Senyuman tak kunjung pudar dari bibirnya. Ia melemparkan senyuman pula pada karyawan yang menyambutnya dari awal ia masuk ke dalam restoran milik sang suami.

“Selamat siang, Nyonya Kim,” sapa seorang karyawan dengan nametag ‘Lee Hyunjoo’ tersemat pada kantung seragamnya.

Annyeonghaseyo, Hyunjoo-ssi,” sapa Hyunae.

“Nyonya Kim, Sajang-nim sedang keluar. Apa perlu saya panggilkan Tuan Min?” tanya Seo Jinwoo—karyawan yang diberikan kepercayaan oleh Seokjin dan Yoongi jika keduanya sedang keluar.

“Oh, begitukah? Hmm, tidak apa-apa. Aku akan menunggu di ruangannya saja,” ujar Hyunae.

Jinwoo pun mengantarkan Hyunae sampai ke lantai tiga di mana terletak ruang kerja Seokjin dan Yoongi di sana.

“Mau minum sesuatu, Nyonya Kim?” tanya Jinwoo. Hyunae menggeleng.

“Aku bisa ambil air putih saja di sana,” ujar Hyunae seraya menunjuk pada dispenser di ujung ruangan Seokjin.

“Baik. Kalau begitu saya permisi dulu, Nyonya Kim. Anda bisa memanggil saya jika butuh sesuatu,” ujar Jinwoo seraya membungkuk pada Hyunae.

“Terima kasih, Jinwo-ssi,” sahut Hyunae.

*
*
*

“Hyung—”

“—oh? Kang Hyunae?”

Hyunae melambaikan tangannya pada Yoongi dari balik meja kerja Seokjin. Yoongi menghampirinya dan menaruh beberapa berkas di atas meja yang Hyunae yakini merupakan laporan bulanan atau semacamnya.

“Kau sedang apa di sini? Seokjin hyung belum kembali?” tanya Yoongi.

“Aku sudah dua puluh menit menunggunya. Memangnya dia ke mana?” tanya Hyunae.

Yoongi sedikit memiringkan kepalanya sebelum menjawab. Seolah menimbang-nimbang harus mengatakannya atau tidak. Tapi bukan Yoongi namanya jika memilih untuk berbasa-basi.

“Seokjin hyung sedang mengantar Soojin ke bandara,” jawab Yoongi. Hyunae sontak membulatkan matanya.

“Hei, jangan salah sangka dulu, Hyunae-ya. Ini tak seperti yang kau pikirkan,” jelas Yoongi yang sedikit membuat Hyunae mendengus.

“Memangnya Oppa tahu apa yang kupikirkan? Memangnya kau cenayang?” tanya Hyunae. Yoongi hanya tersenyum miring.

“Semua wanita akan memikirkan hal yang sama saat mengetahui bahwa pasangannya pergi bersama wanita lain. Terlebih wanita itu mantan kekasihnya,” ujar Yoongi seraya duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut.

Perkataan Yoongi jelas menohok ulu hati Hyunae. Yoongi benar. Hyunae tahu itu.

“Han Soojin ke sini karena ada sesuatu yang harus dia sampaikan pada Seokjin hyung—”

A HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang