17

4.7K 420 8
                                    

Seokjin dan Hyunae makan malam dengan hening. Tak seperti biasanya, penuh obrolan tak berdasar.

Seokjin masih merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia tak tahu hari ulang tahun istrinya sendiri. Sedikit bersyukur dengan adanya Taehyung yang secara terang-terangan menyampaikan salamnya untuk Hyunae yang berulang tahun kemarin.

Seokjin baru menyadarinya saat mengingat bahwa Hyunae sangat ingin pergi ke rumah abu kemarin. Saat Hyunae tidur di kamar ayahnya. Seokjin yakin bahwa hal tersebut pasti selalu dilakukan Hyunae sebelum bersamanya. Merayakan ulang tahunnya bersama mendiang orang tuanya. Hyunae bahkan datang ke kantornya untuk sekedar makan siang bersamanya. Pasti Hyunae kesepian, pikir Seokjin.

Tanpa sadar raut kesal tampak di wajahnya. Bahkan ia mendengus. Membuat perhatian Hyunae beralih dari mangkuk nasinya ke wajah kesal Seokjin.

“Kenapa? Masakannku tak enak?” tanya Hyunae. Seokjin tersentak.

“O—oh, ah enak. Sangat enak,” ujar Seokjin seraya tersenyum canggung.

“Lalu kenapa kau aduk-aduk nasimu begitu?” tanya Hyunae seraya menunjuk pada mangkuk nasi Seokjin dengan dagunya.

Seokjin terkejut saat melihat butir-butir nasi yang keluar dari mangkuknya. Bahkan ia belum menyentuh supnya.

“Tak usah dimakan kalau kau tak suka,” ujar Hyunae. Matanya kembali fokus pada makanannya.

Keduanya melanjutkan makan malam dengan hening yang kembali menyelubung di dalamnya. Bersamaan dengan Seokjin pada pikirannya tentang bagaimana ia mengucapkan selamat pada Hyunae meskipun terlambat.

Hyunae yang lebih dulu selesai memilih untuk menunggu Seokjin menghabiskan makanannya sebelum ia mencuci peralatan makan mereka. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Hyunae keluar dari ruang makan menuju ke kamar ayahnya. Meninggalkan Seokjin tanpa sepatah kata pun.

Setelah beberapa menit terdiam, Seokjin akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri Hyunae. Perlahan ia memutar kenop pintu dan mendapatkan Hyunae yang berbaring di atas ranjang.

“Hyunae-ya,” panggil Seokjin.

Hyunae menoleh pada sang suami yang masih berdiri di depan pintu. Hyunae mengangkat tubuhnya untuk duduk di pinggir ranjang saat Seokjin menghampirinya.

“Kau marah padaku?” tanya Seokjin seraya duduk di sebelah Hyunae.

“Hm? Kenapa aku harus marah padamu?” tanya Hyunae berbalik.

“Entahlah, aku merasa kau tak banyak bicara sejak tadi. Lalu kemarin malam juga kau tidak tidur di kamar. Sekarang juga,” ujar Seokjin. Ia mendesah pelan. Sedetik kemudian Seokjin tersentak karena Hyunae memeluknya dari samping.

“Maafkan aku, Seokjin-ssi. Aku tak menyangka kau akan berpikiran begitu,” ujar Hyunae.

Seokjin membalas pelukannya. Sedikit membalikkan badannya untuk bersandar agar Hyunae juga mendapat tempat yang nyaman dalam pelukannya.

“Aku hanya sedikit rindu. Pada ayahku, pada ibuku juga. Setiap hari aku selalu menghabiskan waktuku di kamar ini saat kau di kantor,” jelas Hyunae. “Aku tak terbiasa sendirian semenjak menikah denganmu,” lanjut Hyunae seraya terkekeh.

“Apa aku sangat berisik?” tanya Seokjin. Ia terkekeh begitu merasakan anggukkan di dadanya.

“Hyunae-ya.”

“Hmm?”

“Maafkan aku. Aku tak banyak tahu tentangmu,” ujar Seokjin. Hyunae lantas mengangkat wajahnya menatap Seokjin.

“Hmm? Tiba-tiba? Kenapa?” tanya Hyunae heran. Seokjin hanya tersenyum.

“Hyunae-ya, apa malam ini kau mau tidur di sini?” tanya Seokjin hati-hati. Hyunae menggeleng.

“Aku akan tidur di kamarku,” ujar Hyunae seraya melepas pelukannya dan beranjak keluar menuju kamarnya bersama Seokjin.

*
*
*

“Oh?”

Mata Hyunae tertuju pada sebuah buket bunga di meja nakas saat ia baru melangkah masuk ke dalam kamarnya. Tangannya terulur menggenggam buket tersebut. Menghirup dalam aroma bunga daisy putih yang berkumpul di pusat buket tersebut dengan dikelilingi mawar merah.

Dengan dibalut pita satin berwarna peach pada batang bunga yang mengikat kain berenda yang mempercantik rangkaian bunga tersebut. Buket yang sangat indah, sedikit mampu mengulas senyum di wajahnya.

Hyunae duduk di pinggir ranjangnya. Tangannya meraih sebuah kartu yang terselip di antara kain berenda dan mawar merahnya. Hatinya berdesir saat membaca tulisan tangan yang diyakininya milik Kim Seokjin.

To:
My Lovely Wife
Kim HyunAe

Selamat ulang tahun, Istriku
Maaf karena terlambat satu hari untuk mengucapkannya
Maaf karena tak menemanimu ke rumah abu kemarin
Maaf karena aku belum menjadi suami yang baik untukmu

Aku berjanji akan membahagiakanmu seperti yang diinginkan orang tuamu
Aku berjanji akan berusaha untuk menjadi suami yang bisa kau banggakan

Terima kasih sudah menerimaku yang serba kurang ini, Kim Hyunae
Berbahagialah, bersamaku

Regards,
Your Husband
Kim Seokjin

Hyunae mengusap air mata yang sudah membasahi pipinya sejak awal ia membaca kartu ucapan dari Seokjin. Hyunae beranjak dari ranjangnya untuk mencari Seokjin yang ternyata tak ada bersamanya entah sejak kapan.

Hyunae terkesiap saat baru membuka pintu kamar. Seokjin sudah berdiri di sana dengan senyumnya. Hyunae lantas menubrukkan tubuhnya dengan milik Seokjin. Memeluk erat sang suami. Tangisnya pecah saat Seokjin tertawa kecil menyaksikan reaksinya.

“Hei, kenapa menangis?” tanya Seokjin seraya membalas pelukan Hyunae. Hyunae mengangkat wajahnya dan menggeleng, hal tersebut membuat Seokjin terkekeh.

“Dari mana kau tahu ulang tahunku?” tanya Hyunae.

“Kim Taehyung,” jawab Seokjin singkat. Tangannya mengusap kedua pipi Hyunae yang basah.

“Taehyung oppa? Bagaimana bisa?” tanya Hyunae.

“Kau tahu? Perusahaan yang mengajak kerjasama, yang kemarin membatalkan rapat. Ternyata perusahaan yang dijalankan keluarga Taehyung,” jelas Seokjin.

“Benarkah? Wah, untung saja kau tak buru-buru membatalkannya,” sahut Hyunae.

“Hmm, dia menitipkan salam untukmu. Maaf terlambat katanya, karena kemarin dia di Jepang dan tak sempat menghubungimu,” lanjut Seokjin.

“Hmm, sudah kuduga. Oh? Apa dia di sini? Seokjin-ssi, antarkan aku pada Tae oppa. Aku ingin bertemu Yeseul!” seru Hyunae dan melepaskan pelukannya dari Seokjin. Namun ia kalah cepat dari Seokjin yang menarik pinggangnya hingga Hyunae kembali berbalik.

“Dia langsung pulang ke Daegu setelah rapat selesai tadi. Kau tak boleh kemana-mana. Karena aku akan memberikan sesuatu untuk hadiah ulang tahunmu,” ujar Seokjin disertai senyuman dari sudut bibirnya.

*
*
*

A HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang