41

5.5K 389 13
                                    

Kelap-kelip lampu hias yang menggantung di dinding mampu mengulas senyum kecil di wajah Kang Hyunae yang semakin terlihat membulat. Perlahan, wanita itu bisa tertidur lelap setelah menikmati kelap-kelip lampu hias itu. Keberadaan Seokjin di sisinya mampu membuat Hyunae lupa berapa menyesakkannya berada di dalam ruangan gelap. Namun, Seokjin berhasil membuat dirinya lari dari ketakutan akan kegelapan dengan cara memasang lampu hias di kamar mereka. Terlebih sentuhan sang suami selalu membuatnya tenang.

Dari sisi Seokjin, tentunya ia merasa bangga akan langkah yang diambilnya. Mengobati sebuah ketakutan bukanlah keahliannya, namun entah mengapa ia ingin mencobanya dan itu kepada istrinya sendiri. Seokjin berdalih dengan alasan tak mau buah hatinya akan tertular takut pada kegelapan seperti ibunya. Konyol memang. Tapi, ya, begitulah Kim Seokjin.

Seokjin yang baru saja ingin memejamkan mata—menyusul Hyunae ke alam mimpi—mendadak menundanya karena mendengar erangan kecil dari sang istri. Seokjin lantas mengangkat sedikit tubuhnya yang sebelumnya berbaring di balik punggung Hyunae, memastikan wanitanya baik-baik saja.

“Hyunae-ya, kenapa?” tanya Seokjin. Sedikit panik saat melihat raut wajah Hyunae seperti kesakitan, padahal matanya terpejam.

“Sakit—perutku.”

Seokjin buru-buru mengubah posisinya menjadi duduk. Menyambar ponselnya di atas nakas dan terburu-buru juga mengetikkan sesuatu di sana. Setelahnya, baru Seokjin bergerak turun dari ranjangnya. Mempersiapkan segala kebutuhan persalinan Hyunae disertai kepanikan hebat.

“Hyunae-ya, ayo kita ke rumah sakit. Aku sudah menghubungi Sunhee,” ujar Seokjin. Hyunae hanya menjawab dengan gumaman kecil.

Hyunae merintih saat berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Seokjin lantas bergerak membantu Hyunae. Bukan perkara mudah bagi Hyunae yang kini sedang hamil besar. Terlebih sekarang dirinya sedang merasakan berbagai sakit di sekujur tubuhnya. Di perut, di kaki, di punggung. Ingin mengeluh, tapi kepada siapa? Hyunae hanya bisa menikmati segala sakit itu dan berharap bisa melalui semuanya hingga berakhir dengan senyum puas.

*
*
*

“Eonni, kapan aku akan melahirkan? Bukankah ini sudah lewat dari tanggal perkiraan?” tanya Hyunae.

Sunhee hanya bisa menghela napasnya. Pasalnya, Hyunae sudah empat hari menginap di rumah sakit. Tentu saja atas paksaan Seokjin karena pria itu tak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk pada Hyunae—melahirkan di rumah misalnya.

Ya, Seokjin dan Hyunae memang sempat tertipu dengan kontraksi palsu yang Hyunae rasakan malam itu. Dan hal itu cukup membuat Sunhee membuang waktu berharganya bersama sang suami dengan percuma.

Namun, di sisi lain Sunhee juga khawatir. Hyunae sudah merasakan beberapa kali kontraksi palsu. Terlebih juga Hyunae sudah mengalami flek sebelumnya. Hal itu membuat Sunhee menunda waktu liburnya untuk tetap siaga.

“Kau mau operasi saja?” tanya Sunhee. Hyunae lantas mengerucutkan bibirnya.

“Haruskah?”

Sunhee kembali menghela napasnya. Tangannya terulur mengusap perut Hyunae yang besar dengan senyum yang terulas di wajahnya.

Sejak Sunhee menangani kehamilan Hyunae kembali—ketika ia mulai bekerja di Seoul—Sunhee sudah menyarankan kepada Seokjin dan Hyunae agar dilakukan operasi sesar saja. Sunhee juga bukan main-main dalam memberikan saran, hanya saja berat bayi dalam kandungan Hyunae dirasa sulit untuk wanita itu melahirkan dengan proses normal. Namun, Seokjin dan Hyunae tetap ingin mencoba proses melahirkan dengan normal, terlebih ini pengalaman pertama bagi Hyunae.

“Sudah kukatakan sebelumnya. Bayimu besar di dalam. Aku khawatir kau akan kewalahan saat proses melahirkan. Itu bahaya untukmu dan juga bayimu, Hyunae-ya.”

Hyunae tampak berpikir. Tentu saja ia ingin merasakan menjadi wanita seutuhnya dengan melahirkan secara normal. Namun, mengingat kembali dirinya yang tak pernah melihat sang ibu, membuat Hyunae sedikit mendapat keyakinan untuk mengambil jalan lain. Demi buah hatinya, demi suaminya, demi keselamatannya.

Hyunae menarik napasnya dalam-dalam. Terkejut dan tersenyum bersamaan dengan Sunhee saat merasakan hentakan kecil dari dalam perutnya. Sunhee ikut terkekeh kala merasakannya.

“Kalau begitu, Eonni tolong bicaralah dengan Oppa,” ujar Hyunae.

A HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang