13. His Brother

531 174 111
                                    

Seluruh dunia terasa runtuh bagi Kim Sejeong setelah temannya, Lee Taeyong, berlutut dan meminta maaf padanya.

Tunggu, apakah dia masih pantas disebut teman?

Taeyong tak membantahnya. Dia mengakui tuduhan Jaemin yang berarti satu hal : Renjun ada di lab, dan Taeyong memilih menyimpan pengetahuan itu untuk dirinya sendiri.

Kenapa?

Padahal Taeyong tahu cerita gelap tentang keluarganya. Ia tahu betapa keras Sejeong mencari adiknya一mereka juga mencarinya bersama! Tapi itu ... bohong? Semuanya bohong?

Sejeong tidak mengerti.

Siapa orang asing ini dan di mana Taeyong yang ia kenal? Temannya tidak mungkin membohonginya mengenai adiknya. Taeyong yang dikenalnya adalah orang baik, bukan bajingan kejam seperti ini.

Tidak. Lebih dari kejam, dia sudah menghancurkan Sejeong jadi berkeping-keping. Di dunia ini, tak ada perasaan yang lebih buruk daripada dikhianati oleh temanmu sendiri. Rasa sakitnya tak terbayangkan.

Tidak sekali-dua kali dia berkata iri pada hubungan Taeyong dan Mark. Mereka sudah lama berteman一hampir sama lamanya dengan ia mengenal Doyoung. Rupanya bagi Taeyong, itu tidak berarti apa-apa...

Sejeong tertawa lagi, lantas menghapus air matanya. Ini bukan saatnya untuk menangis. "Kau sebaiknya punya alasan yang bagus atas tindakanmu."

Taeyong menunduk semakin rendah. "Aku tak bisa memberitahumu karena ini proyek rahasia, Sejeong. Aku benar-benar menyesal."

Menyesal dia bilang? Semudah itu? Apa dia pikir kaca yang pecah bisa kembali utuh hanya dengan ditempeli plester?

Tiba-tiba, Sejeong teringat pada ibunya, pada pesan wanita itu saat ia akan masuk sekolah dulu, "Bertemanlah dengan siapa saja Nak, tapi hati-hati karena garam pun bisa terlihat seperti gula."

"Sejak kapan kau tahu?" Doyoung di sebelahnya menggeram, tampak begitu marah.

"Saat awal aku bergabung, aku memeriksa semua data anak-anak itu," jawab Taeyong lirih. "Meski secara resmi mereka dianggap sudah meninggal, nama-nama kerabat mereka tetap tercantum. Aku tak pernah menyangka kalau Renjun adalah adikmu. Aku minta maaf."

"Kenalkan, ini temanku, Taeyong," kata Doyoung waktu itu. "Heran juga sih kenapa aku mau berteman dengannya. Dan Taeyong, ini Sejeong, dia calon pacarku."

Sejeong masih mengingatnya dengan jelas. Mengingat hari yang menjadi permulaan pertemanannya dengan Taeyong. Sedikitpun ia tidak menyangka pria tampan itu akan menipunya habis-habisan hanya karena sebuah proyek terkutuk.

"Berdiri." Perintah Sejeong dingin, nyaris tanpa emosi.

Taeyong mengangkat kepalanya.

"Berdiri kubilang!!"

Pelan-pelan, pria itu akhirnya berdiri, tapi tak berani menatap mata Sejeong.

"Kau punya ratusan kesempatan untuk mengatakannya padaku, tapi kau tidak melakukan itu..."

"Aku terpaksa diam, Sejeong."

"Kau bahkan tidak berusaha..." Tatapan Sejeong terlihat kosong. "Kau justru mencoba meyakinkanku kalau Renjun sudah meninggal."

Vogel Im Käfig ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang