Chapter 23

71 8 0
                                    


"Kamu mau langsung pulang atau gimana?" tanya Leon saat dirinya dan Sierra berada didalam mobil.

"Kayaknya aku pulang aja deh, kepalaku masih agak pusing nih" jawab Sierra. Pandangan Leon teralih pada dahi Sierra yang terbalut perban. Tiba-tiba ia menjadi sangat marah dan kesal ketika mengingat sesuatu yang menjadi penyebab dahi gadis cantik itu terluka.

"Kamu kenapa?" tanya Sierra yang bingung dengan raut wajah Leon yang berubah.

"Aku jadi keinget Sheila, dia yang bikin dahi kamu luka!!" jawab Leon dengan sedikit emosi. Sierra yang melihat itu hanya tersenyum kecil, ia merasa diistimewakan oleh laki-laki yang berada disampingnya ini. Ya Tuhan, kemana saja dia selama ini? Mengapa ia baru menyadari itu? Ia merasa bahwa ia adalah perempuan terbodoh, yang tidak bisa melihat kasih sayang tulus yang diberikan lelaki dihadapannya sejak dulu. Bolehkah ia menyesal? Bolehkah ia memutar ulang waktu? Andaikan saja bisa, ia akan dengan senang ketika Leon memasuki kehidupannya.

"Udahlah gak papa, mungkin aja kan Sheila nggak sengaja, nggak usah dipikirin lagi ya" kata Sierra sambil mengelus tangan Leon pelan. Leon yang mendengarnya pun hanya bisa menghela nafas panjangnya dan mengangguk kecil.

"Yaudah, aku antar kamu pulang sekarang" kata Leon yang diangguki oleh Sierra.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

"Assalamualaikum, Erra pulang" Sierra memasuki rumahnya lalu duduk di sofa ruang tamu.

"Loh kok sepi ya?" gumamnya sambil menengok ke arah kanan kiri. "Ceroboh banget sih, pintu gak kekunci, jendela kebuka semua. Untung rumah ini ada satpamnya" dumel Sierra kesal.

Sierra yang sangat lelah pun menyandarkan tubunya ke sofa dan memejamkan matanya. Belum lagi pusing yang masih mendera bagian kepalnya itu. Ia tak habis fikir, kenapa Sheila bisa melakukan itu. Ya walaupun Sierra tau, ia tak sengaja melakukannya. Belum lama ia memejamkan mata, ia mendengar teriakan yang bisa memekakkan telinganya.

"ASSALAMUALIKUM SEMUAAA, NAY PULANG!!!" teriak seorang gadis, siapa lagi kalau bukan kakaknya, Nayra.

"Aduhh kak, bisa gak sih lo gak teriak. Pusing nih pala gue" kata Sierra pada Nayra yang sekarang sudah duduk disampingnya.

"Hehe, ya sorry Ra. Oh iya kok sepi, mama mana? Bukannya mama udah pulang, bibi juga gak ada kemana?" tanya Nayra, Sierra yang ditanya pun mendengus sebal.

"Ya gak tau lah kak, gue kan juga baru pulang" jawab Sierra.

"Iya iya, yang pergi sama Leon. Pake acara peluk - pelukan segala lagi" sindir Nayra yang membuat Sierra membuka lebar matanya.

"Lo kok tau?" tanya Sierra dengan tatapan mengintimidasi.

"Ya..ya taulah" jawab Nayra gagap.

"Jangan bilang lo tadi sama anak - anak lainnya ngikutin gue, iya?" tanya Sierra lagi, Nayra yang ditanya pun hanya cengengesan tak jelas. Sierra yang sudah paham maksudnya pun menghembuskan nafas kasar dan memejamkan matanya kembali.

"Ya maafin, soalnya gue sama anak - anak kepo sih. Jadinya gitu, kita ngikutin lo berdua" kata Nayra sambil menatap adiknya yang memejamkan mata.

"Ish Ra, lo kok diem aja sih diajak omong" lanjutnya sebal, tak lama ia mendengar dengkuran halus. Ia berdecak, ternyata adiknya itu tertidur.

"Gue gak minta apa - apa dari lo Ra. Gue cuma berharap semoga keluarga kita ini selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan. Terutama lo, gue mati - matian nyari cara agar lo bisa bahagia lagi. Semoga Leon adalah kebahagiaan sejati lo, gue cuma bisa mendoakan yang terbaik buat adik tersayang gue ini" batin Nayra sambil mengelus rambut Sierra pelan, setetes air mata jatuh ke pipinya. Namun segeranya ia hapus.

Nayra lalu merebahkan tubuh adiknya yang tadinya hanya duduk. Ia lalu mengambil selimut yang berada dikamar tamu lalu menyelimuti Sierra. Setelah itu ia bergegas pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri.

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Sesampainya dirumah, Leon menghempaskan tubuhnya di sofa samping mamanya yang asyik menonton acara di televisi.

"Eh eh, pulang gak salam dulu, langsung duduk aja" tegur mama Leon.

"Iya iya, ini Leon capek banget ma. Kalau gitu ulang lagi ya, Assalamualikum ma" kata Leon sedikit lesu.

"Waalaikumsallam, secapek capeknya kamu jangan lupa keluar masuk rumah itu ucapin salam. Emangnya kamu ngapain aja sih capek? Orang liburan gitu kok capek" tanya Mama Leon heran.

"Ya pas acaranya sih emang seru Ma, tapi pulangnya nih yang bikin capek" jawab Leon.

"Emangnya kamu ngelakuin apa kok bisa capek ha?" tanya Mamanya lagi.

"Tadi Leon bantuin temen yang sakit, ya jadi gitu deh Leon bopong dia sampai ke penitipan bus" jawabnya, Mama menyerngitkan dahinya, siapa yang sakit?

"Kakak kamu sakit, atau Arka yang sakit?" tanya Mamanya lagi.

"Bukan, Sierra" jawabnya seadanya.

"Oh cewek ternyata, sejak kapan kamu perhatian gini sama cewek. Biasanya juga ogah - ogahan katanya kalau deket sama cewek" sindir Mama Leon.

"Yang ini beda mah, ada istimewanya wkwk" kekeh Leon.

"Halah istimewa apaan, kamu kira dia martabak apa ada istimewanya segala" cibir Mamanya.

"Mama nih bukannya dukung malah ngejekin anaknya" kata Leon sebal.

"Ih siapa yang ngejekin, kamu tuh makanya jangan alay - alay kalau ngomong. Pake ada istimewanya segala lagi" kata Mamanya.

"Yaudahlah, terserah mama deh" kata Leon lalu menyandar dipundak mamanya itu.

"Eh tapi mama penasaran deh sama cewek yang kamu suka. Kapan kapan bawa kesini ya Le, biar mama tau" pinta Mamanya yang membuat Leon merengut sebal.

"Ih kenapa sih semua orang gemar banget manggil nama aku Le, emangnya aku ikan Lele apa. Gak berbobot banget panggilannya" kata Leon sebal.

"Lah itu kan emang nama panggilan kamu, eh iya abang kamu mana?" tanya Mamanya.

"Gak tau, masih asik pacaran kali" jawabnya asal.

"Loh, abang kamu udah punya pacar?" tanya Mamanya antusias.

"Belum sih, tapi doain aja ma biar cepet taken sama gebetannya itu" jawab Leon.

"Oh yaudah, sana kamu mandi dulu. Badan bau begitu nyender - nyender ke mama" kata Mama Leon sambil mendorong bahu putranya pelan.

"Enak aja, keringat Leon itu baunya wangi ma. Bunga..."

"Ish udah deh sana kamu mandi, pake nyamain keringatnya sama bunga lagi. Dasar, kok bisa punya anak dua semuanya kayak gini" kata Mamanya yang membuat Leon kesal.

"Gini - gini kan juga keturunan dari papa sama mama, mungkin dulu papa juga pernah alay" katanya sambil melenggang pergi menuju kamarnya. Mamanya yang melihat itu hanya bisa menggeleng pelan. Ia mengganti ganti channel televisi tersebut tanpa minat, sambil menunggu kepulangan Egar.








Hai readers, akhirnya aku menepati janji untuk next cerita ini. Aku harap pembaca gelapnya berkurang, terus support karya aku dengan vote dan comment yang paling ditunggu.

Selamat membaca :*
Kecupan selamat malam dari Leon :):):)

SIERRA LEONE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang