Chapter 20

939 64 10
                                    


"Ra lo masih kuatkan?" tanya Leon, Sierra hanya mengangguk. Nayra, Joey, Egar, dan Arka yang berada dibelakangnya pun hanya terdiam. Keempatnya sama-sama mempunyai gengsi yang cukup besar untuk memulai suatu pembicaraan.

"Joey, kak Nay, kak Egar sama kak Arka mana, Le?" tanya Sierra yang masih dipapah Leon.

"Tuh dibelakang, kenapa?"

"Nggak papa, daritadi tumben suara mereka gak kedengeran" jawab Sierra.

"Gengsi mereka terlalu gede kali" Sierra terdiam lalu menganggukkan kepalanya.
Sementara dibelakang Arka yang tidak tahan dengan keheningan akhirnya membuka pembicaraan. Ia singkirkan ego dan gengsinya untuk saat ini.

"Erra kenapa bisa sakit?" tanyanya.

"Gak tau, tiba-tiba dia ngerasa pusing terus lemes gitu" jawab Nayra.

"Perasaan tadi gak kenapa-napa, dia juga udah makankan?" sahut Egar yang diangguki oleh Joey.

"Mungkin dia kecapekan kali, gue lihat dia yang paling sibuk beraktivitas daripada lo berdua" kata Arka yang berhasil menyinggung Nayra dan Joey.

"Jadi lo nyindir kita gak ngelakuin apa-apa?" tanya Joey yang dibenarkan oleh Nayra.

"Bukan gitu"

"Terus apa?" tanya Nayra.

"Ya lo berdua tau sendirikan Erra orangnya gak bisa diem, dari masak nyiapin makanan, bersih-bersih tenda, alat makan, nyuci piring, dan semua itu kebanyakan dia yang ngelakuin kan!" jawab Arka yang membuat keduanya terdiam, mereka berpikir ada benarnya juga perkataan Arka.

"Yaiya juga sih" kata Nayra.

"Haduh, bener-bener gak becus gue jadi kakak, gak bisa ngelindungin adiknya sendiri" batinnya.

"Udah-udah gak usah lo pikirin gitu, yang penting sekarang kita bentar lagi nyampe. Sierra juga bisa segera istirahat" kata Egar.

^
^
Disisi lain...
^
^

"Aduhhh, ini kapan sih nyampeknya?" keluh Sheila.

"Iya nih, kaki udah pegel-pegel semua, lama-lama bengkak juga nih kaki" kata Thina.

"Kayak talas bogor ya gedenya?" sahut Hisya yang membuat Sheila dan Thina menghembuskan nafas panjang.

"Sabar-sabar, pertanyaan gak penting" kata Thina sambil mengelus dadanya pelan.

"Udah deh lo mending diem. Ini mana lagi Leon?" tanya Sheila.

"Iya nih, daritadi bebeb Egar juga gak ada, mungkin udah duluan" jawab Thina.

"Gak pengertian banget sih jadi cowok, tungguin kek atau nggak gendong kek, malah ditinggalin" kata Sheila kesal lalu berjalan mwndahului Thina dan Hisya yang menatapnya heran.

----------------*****-----------------

"Ra, ini udah deket kok, tahan bentar ya. Jalannya juga udah datar kok" kata Leon yang melihat wajah Sierra semakin memucat. Sierra lagi-lagi hanya mampu menganggukkan kepala membuat Leon merasa tak tega melihat gadis yang dia cintai dalam keadaaan seperti ini.

Tiba-tiba.....

"Eh cewek kecentilan, ngapain sih lo deket-deket sama my love Leon" kata Sheila dari arah belakang sambil menarik bahu Sierra keras hingga hampir membuatnya terjungkal kebelakang jika tidak ada Leon yang menangkapnya.

"Sheila, lo apa-apaan sih. Erra tuh lagi sakit!!!" kata Leon sedikit emosi.

"Alah, paling dia cuma pura-pura sakit biar bisa deket-deket sama kamu" kata Sheila.

"Eh Erra itu sakit beneran!!" sahut Nayra dari belakang.

"Halah, paling udah sekongkol tuh cewek centil bertiga" kata Thina.

"Lo tuh ngeyel ya dibilangin" kata Nayra kesal.

"Sekarang, my love Leon lepasin cewek centil ini" kata Sheila lalu melepaskan tangan Leon yang merangkul Sierra. Sierra yang lemas pun terjatuh dan kepalanya terbentur batu yang cukup besar.

"ASTAGA, ERRAAA!!!" teriak Leon lalu langsung mengangkat kepala Sierra yang berdarah kepangkuannya, disusul Nayra, Joey, Arka, dan Egar. Sedangkan Sheila hanya bisa berdiri mematung bersama Thina dan Hisya.

"Ya ampun Erra, dek bangun" kata Nayra menangis sambil mengguncangkan tubuh Sierra yang tak sadarkan diri. Leon yang melihatnya menggeram marah, lalu ia menatap Sheila tajam.

"Kalau sesuatu terjadi pada Erra, abis lo sama gue!! Dan satu lagi, kita PUTUS!!!" setelah mengatakan itu Leon langsung membopong tubuh Sierra pergi diikuti Nayra dan Joey.

"OMG, gue diputusin" lirih Sheila tak percaya.

"Gak nyangka gue lo ngelakuin itu Sheil, buat lo Thina, kita PUTUS!!" kata Egar lalu pergi.

"Lo juga Hisya, PUTUS!!" kata Arka lalu pergi menyusul Egar.

"Loh, ini yang ngelakuin kan Sheila, kenapa kita jadi ikutan diputusin?" tanya Hisya kepada Thina.

"Huaaa, gue nggak tau. Ini semua gara-gara Sheila, kenapa sih tadi pake acara ngedorong Erra segala?" tanya Thina.

"Lo berdua diem deh, gue itu tadi gak sengaja, gue refleks ngedorong dia" jawab Sheila sedikit merasa bersalah.

"Udah deh, sekarang kita pergi aja" ucap Thina lalu menggandeng Sheila dan Hisya melanjutkan perjalanan.

Sementara itu, Leon sangat khawatir dengan keadaan Sierra. Ia berjalan tergesa-gesa sambil menggendongnya agar cepat sampai ke tempat tujuan.

"Le, lo gak capek?" tanya Nayra dengan nada paraunya.

"Udah, lo gak usah mikirin gue, yang terpenting Erra harus cepet ditangani" jawab Leon.

"Lagian ini tinggal lurus udah sampek kok dipenitipan bis" lanjutnya. Nayra pun hanya bisa menurut.

Sekitar 20 menit, mereka sudah sampai dipenitipan bis.

"Joey, cepetan lo ambilin perban sama obat apalah biar luka Erra gak inveksi" kata Leon sambil merebahkan tubuh Sierra pada kursi panjang milik pemilik tempat penitipan bus. Joey langsung mengambil obat-obatan untuk Sierra, sedangkan Nayra mengambil air.

"Le, lo minggir dulu, gue mau basuh luka Erra, biar darahnya ilang dan berhenti" kata Nayra, Leon menyingkir dari posisinya, membiarkan Nayra membersihkan luka adiknya.

"Arka sama bang Egar mana sih?" gumam Leon, tapi tak lama kemudian dua orang yang dicarinya pun muncul.

"Haduh capek!!" keluh Arka lalu duduk disamping Leon dengan nafas yang tidak teratur.

"Capek banget gua juga" sahut Egar yang juga ikut duduk lalu berbaring terlentang. Leon yang melihatnya pun heran.

"Darimana aja sih lo berdua?" tanyanya.

"Udah, gak usah kebanyakan nanya lo. Kita berdua tadi salah jalan tau" jawab Egar.

"Kok bisa?"

"Ya bisa lah Le, ini semua tuh gara-gara Sheila sama antek-anteknya tuh" sahut Arka. Leon hanya bisa menggelengkan kepala heran, kapan Sheila dan antek-anteknya itu berhenti berulah? Tak lama Joey datang sambil membawa obat-obatan, tanpa banyak bicara ia langsung mengobati luka Sierra. Setelah selesai, ia mengusapkan minyak kayu putih disekitar hidung Sierra, berharap sahabatnya itu terbangun.

Lenguhan lemas Sierra membuat semua langsung tertuju padanya.

"Gue dimana?" tanya Sierra.





Hola bor, maaf ye baru dinext sekarang.
Semoga tetep suka sama ceritanya.
Oh iya, dipart kali ini gue minta lo pada comment yang bawel ye.  Jangan lupa vote juga ya.

Oke mkasihhh :*:*:*

SIERRA LEONE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang