9. My Body Must Have Gone Mad

1.1K 177 517
                                    

Anyeong^^

Maaf kaok nana telat Up yah, soalnya kemaren lagi ada problem yang cukup serius but now udah clear semua kok^^

Nana mau ngucapin juga karena baru kemaren 3K dan sekarang udah 4K for this story_ jangan bosen-bosen untuk sekedar mampir dan baca yah^^

Nana juga mau minta maaf banget bagi yang sebelumnya sudah coment,
Inbox dan mau saling feedback or follback belum sempet nana respon, ini belum ya bukan nggak mau. Tenang nanti bakal nana respon semua kok say ( ̄3 ̄)

.

.

.

Happy Reading^^

.

.

.

"Mwo? Teng? Apa yang sedang kau katakan hyung?" Gyu yang saat itu datang bersama Kai hanya mampu bertanya dengan nada bingung. Atensi nya mendapati Yeonjun sedang mencoba berdiri dan bersikap seolah-olah ia tidak pernah terjatuh.

"Hyung sungguh itu sepertinya menyakitkan." Gyu mencoba mendekat dan hendak membantu Yeonjun yang terlihat beberapa kali mengusap bokongnya.

"Anyio. Gwenchana." Dengan nada yang ia rubah kembali menjadi datar Yeonjun kini meraih ranselnya dan mulai berlalu meninggalkan kelas tanpa kembali menoleh. Baiklah kejadian itu tadi cukup mempermalukanya.

"Hyung, apa yang sedang kau lakukan bersama Yeonjun hyung disini?" Dapat Yeonjun dengar Kai kembali bertanya saat rasa ingin tau tetap menyelimutinya.

Sial.

Kenapa waktunya benar-benar tidak tepat dan lihat apa yang baru saja Soobin lakukan padanya benar-benar membuatnya terlihat seperti orang bodoh tadi. Dengan beberapa ringisan Yeonjun mulai melangkah menuju pintu gerbang utama sekolahnya.

Satu hal dapat Yeonjun sadari malam ini adalah bermain-main bersama Soobin adalah bukan pilihan yang buruk hanya saja Yeonjun tidak ingin membuat seseorang kembali masuk dalam kehidupanya dan menjadi salah satu orang penting yang nantinya akan kembali terluka atau menghilang.

Langkahnya Yeonjun sempat terhenti saat melihat salah satu dari pemuda yang biasanya ikut dalam barisan seperti anak ayam dibelakang Gyu dan juga Soobin serta Kai itu tidak lain adalah Taehyun.

Kedua alis Yeonjun sempat menaut bingung saat melihat pemuda yang terkesan lebih hemat berbicara dibandingkan dengan teman-temannya tersebut mulai berlari dengan tergesa setelah menerima panggilan telepon. Tidak, Yeonjun tidak sebaik itu untuk ikut simpati atau sekedar ingin tahu urusan orang lain. Pemuda itu sudah cukup jenuh dengan kehidupanya sendiri.

Kembali Yeonjun melangkah meninggalkan pintu gerbang. Benar, itu pilihan terbaik sebelum tiga anak ayam cerewet lainya datang dan mendapati dirinya tetap berdiri seperti orang bodoh disana. Yeonjun mengarahkan tanganya pada saku dan mengeluarkan sebuah black card.

Kau tau sebuah kartu yang minoritas hanya dimiliki oleh orang-orang kaya. Kau bisa membeli dan mendapatkan apapun dengan kartu pipih berawarna hitam yang menyimpan banyak nominal uang didalamnya.

Pertanyaanya, bagaimana bisa Yeonjun yang nota bene nya masih murid sekolah itu memiliki sebuah kartu limited edition?

Jawabanya cukup singkat. Karena Yeonjun adalah putra dari salah seorang pengusaha sukses baik di LA maupun di Korea. Simple bukan? Hubunganya yang bahkan tak baik dengan sang Ayah membuat Yeonjun hanya seolah mendapatkan perhatian melalui kartu pipih itu.

TXT x YeonBin || THE CROWN ANTLERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang