b

4K 917 31
                                    

Namjoon hyung pernah bilang bahwa kehidupan orang dewasa itu berat, banyak tanggung jawab yang harus orang dewasa kerjakan, harus memiliki mental yang kuat untuk menghadapi dunia yang kejam. Itu Namjoon hyung katakan padaku saat kami melangkahkan kaki keluar dari rumah dan pindah ke apartement ini.

Namjoon hyung itu orang yang tegas dan mandiri, terkesan dingin dan kaku. Tapi ada saat dimana dia terlihat hangat, terlebih padaku. Kami pernah memiliki kenangan yang bahagia sebagai kakak dan adik, sejak kapan ya Namjoon hyung jadi dingin padaku?

Tapi meski begitu aku masih ingat perkataan Namjoon hyung pada ayah dan ibu saat aku bilang ingin tinggal dengan Namjoon hyung, kata-kata yang membuatku tahu bahwa Namoon hyung masih memperhatikanku sebagai adiknya.

Mulai sekarang aku yang akan bertanggung jawab atas Jungkook, dia akan ikut pergi bersamaku.

Begitu katanya waktu itu, keren, kan? Namjoon hyung terlihat keren saat mengatakan nya.

"Kenapa wajahmu?"

Aku mengangkat pandangan dari piring saat Namjoon hyung bertanya, pasti menanyakan memar di sudut bibirku yang bahkan setelah dua hari tak juga menghilang masih meninggalkan bekas kebiruan yang samar namun bisa ditangkap oleh mata Namjoon hyung.

"Tidak apa-apa, hyung." Aku mengusap sudut bibirku, masih terasa berdenyut. Sial! tangan Taehyung terbuat dari apa, sih?

"Kau berkelahi?" Namjoon hyung bertanya lagi, suara nya terdengar lebih rendah.

Aku tidak menjawab, kembali menunduk dan mengaduk-aduk makanan ku. Aku harus bilang apa? bahwa aku selama ini di tindas di sekolah dan tak ada satupun yang tahu? begitu?

"Jungkook."

Namjoon hyung kembali memanggil namaku, aku kembali mendongak menatapnya. Namjoon hyung sudah meletakan peralatan makan nya, melipat kedua tangan menautkan nya ke atas meja dan menatapku dengan kedua mata nya yang kecil.

"Tolong jangan buat masalah." Namjoon hyung berkata padaku. "Aku tidak ingin melihat ada bekas luka di wajahmu lagi, atau panggilan telepon  yang memintaku untuk datang ke sekolahmu."

"Iya aku tahu, hyung. Itu hanya akan membuat pekerjaanmu terganggu." aku menjawab nya,  dengan lidahku yang terasa kelu. Sejenak aku bisa melihat ekspresi Namjoon hyung  yang terkejut kemudian sorot mata nya yang melunak dan menatapku hangat. Oh, aku sudah lama tidak melihat sorot mata itu. Ini seperti saat aku datang padanya sambil mengatakan kalau aku mendapat peringkat satu di sekolah, Namjoon hyung  akan mengendongku di punggungnya dan berputar-putar. Sebuah kenangan yang manis.

"Kita sudah memiliki banyak masalah. Aku tidak ingin kau menambahkan nya." Namjoon hyung  mengatakan itu dan bangun dari tempat duduk mengambil tas kerjanya untuk bersiap berangkat.

"Hyung, besok hari libur bagaimana kalau kita bersepeda di sekitar sungai Han?" Ah, Jungkook. Apa permintaanmu itu tidak terlalu lancang? meminta sedikit waktu dari Namjoon hyung yang sangat sibuk dengan dunia nya sendiri.

Namjoon hyung menoleh padaku, sudut bibirnya terangkat sedikit. Sungguh! aku saja sampai terkejut. "Boleh." meski hanya sebuah jawaban singkat namun mampu menerbitkan senyuman lebar di wajahku dan perasaan bahagia yang membuncah.

"Aku berangkat." Namjoon hyung berpamitan dan setelahnya menuju pintu depan.

Sementara aku, sibuk membayangkan bagaimana menyenangkan nya piknik sederhana kami besok. Apa aku harus membuat sandwich, ya?

BREATHE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang