f

5.3K 920 98
                                    

Aku tak mengeringkan seragamku ketika aku sampai ke rumah, aku naik ke kasur begitu saja dengan memakai pakaian yang lembab. Aku tidak bisa berpikir, aku tidak ingin memikirkan apapun.

Tidak malam ini, sudah cukup bagiku. Aku lelah.

Aku melirik foto keluarga yang aku pasang di atas nakas, mengambilnya dengan tangan yang gemetar kedingingan. Mengusap satu persatu wajah di sana, wajah mereka yang aku sayangi, wajah mereka yang pernah membuatmu merasa amat disayang dan menjadi manusia yang berarti. Bukan seperti sampah yang sekarang dibuang.

Aku mengambil ponsel di saku celana, menekan angka pertama dalam panggilan cepat yang langsung terhubung pada Namjoon hyung. Aku ingin mendengar suaranya, sekali saja, hanya sekali saja.

"Jungkook? Kenapa menelepon?"

Kenapa tidak menanyakan keadaanku, hyung?

"Maaf, aku menganggu hyung bekerja, ya? Lagi-lagi aku mengganggu hyung padahal aku tahu hyung sedang sibuk. Aku...hanya ingin mendengar suaramu, hyung."

"Jungkook, apa terjadi sesuatu?"

"Apa kau kesulitan, hyung?"

"Apa maksudmu?"

"Apa kau kesulitan melihat wajah anak dari wanita yang menggoda ayahmu, hyung?"

"Jungkook..kau.."

"Karena itu, ya, hyung jadi pulang kerumah tengah malam dan pergi pagi-pagi sekali? Supaya tidak melihat wajahku? Maaf, hyung. Maafkan aku..." aku tidak bisa menahan getar dari suaraku, menggigit bibir sekuat tenaga untuk tidak menangispun aku tidak bisa.

"Jungkook, apa yang kau bicarakan?!"

"Maaf, aku sudah mendengar pembicaraan hyung dan ibu waktu itu. Hyung tahu aku bukan anak ibu, tapi hyung masih mau membawa aku tinggal bersama, hyung. Hyung pasti sangat menderita, ya?"

"Jungkook, hyung pulang sekarang. Kita bicarakan ini di rumah."

"Tidak apa-apa, hyung. Aku tahu hyung sibuk. Aku...hanya ingin mendengar suara hyung saja. Suara hyung seperti obat untuk ku, suara hyung membuat aku merasa tidak kesepian lagi. Aku...setiap malam menunggu hyung pulang, aku ingin makan malam bersama denganmu. Aku ingin mendengarkan semua ceritamu, aku ingin mendengar hyung mengucapkan selamat tidur padaku."

Aku terisak, kenapa rasanya sakit? Kenapa dada ini sakit sekali?

"Jungkook..."

"Tapi hyung tidak perlu ragu lagi untuk pulang, aku tidak akan lagi menunggu hyung pulang ke rumah. Hyung bisa pulang ke rumah kapan saja, hyung bisa pergi dari rumah kapan saja. Hyung, tidak akan melihatku tidur di sofa lagi sekarang."

"Jungkook! Aku pulang sekarang!"

"Tidak apa-apa, hyung. Aku baik-baik saja, aku selalu baik-baik saja. Sudah, ya, hyung. Aku mau tidur, aku lelah." aku memberi jeda,aku bisa mendengar deru nafas Namjoon hyung di seberang sana, Namjoon hyung seperti sedang berlari. "Namjoon hyung terima kasih sudah mau menjadi kakak ku."

Aku mematikan telepon, kali ini aku yang mematikan telepon nya. Tidak lagi Namjoon hyung. Aku meletakan ponsel di dekat kaki ku, menarik laci terakhir aku mengeluarkan botol kecil berisi pil dari sana.

Pil tidur yang aku temukan dari kamar Namjoon hyung, awalnya aku ambil karena tidak ingin Namjoon hyung bergantung dengan pil ini untuk membantunya tidur. Tapi siapa sangka pil ini sekarang berguna untuk ku?

Aku ingin tidur, tidur yang nyenyak, aku lelah, tubuhku ingin istirahat.

Apa aku bisa bermimpi indah setelah ini?

Apa aku tidak akan merasakan sakit lagi setelah ini?

Apa aku tidak akan merasa kesepian setelah ini?

Apa...mereka akan menangis untuk ku setelah ini?

E N D


BREATHE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang