Aku pikir ini tidak akan bisa jadi lebih buruk lagi, aku pikir yang kemarin aku dengar itu hanya sebuah mimpi buruk. Bahwa aku adalah anak perempuan lain yang di bawa ayah ke rumah dan dijadikan putera bungsu keluarga Kim.
Aku bangun di pagi itu dengan kepala pusing dan mata yang berat, meski sudah menangis hampir semalam hingga jatuh tertidur tapi hatiku masih terasa sakit. Namjoon hyung sudah berangkat lebih dulu, seperti biasa. Hanya meninggalkan sticky notes, sarapan, dan sejumlah uang.
Lalu kemudian entah bagaimana aku merasa aku menjadi pusat perhatian anak-anak di sekolah saat aku baru saja masuk dari pintu gerbang. Seperti semua mata tertuju pandang ke arahku, seperti ada banyak tangan yang menunjuk padaku. Bahkan sampai aku masuk ke kelas, mereka melirik pergerakan ku sembari berbisik-bisik.
"Hei, Jungkook. Aku dengar kau ini bukan anak ibumu, ya?"
Deg!
"Iya, lalu kau anak siapa?"
"Wah! Aku rasa dia bahkan tidak tahu dia itu anak siapa."
"Menyedihkan sekali!"
Kemudian suara tawa membahana di dalam kelas, sementara aku menelan ludah berkali-kali membasahi kerongkonganku yang terus merasa kering. Siapa? Siapa yang mengatakan nya? Siapa yang mengetahui nya?
"Terkejut?"
Aku mendongak, mendapati Taehyung bersandar di meja kosong di depanku dengan tersenyum mencemooh.
"Apa..kau yang menyebarkan berita itu?" aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Iya, aku yang melakukan nya." Taehyung berdiri tegak, tak gentar meski aku menatapnya dengan penuh rasa marah. "Aku hanya memberitahu apa yang aku dengar, tapi memang itu benar? Apa itu benar Kim Jungkook? Bahwa kau anak dari wanita simpanan ayahmu?"
Entah terbuat dari apa lidah Taehyung ini, terasa tajam dan menyayatku. Sial nya, aku hanya bisa diam sambil mengepalkan tangan dan tak bisa membalasnya. Sementara Taehyung semakin tersenyum penuh kemenangan di hadapanku.
"Kau tidak mau menjawabnya?" sepertinya dia benar-benar memancing kemarahanku. "Kata nya kalau kau tidak menjawab ketika ditanya berarti itu tanda nya iya. Jadi benar, ya? Sayang sekali, aku harus bersaing peringkat dengan anak haram sepertimu."
Anak haram sepertiku? Apa aku seperti itu ayah?
***
Taehyung itu benar-benar monster.
Aku mengerang ketika dia meninju perutku sementara dua teman nya yang lain memegangi tanganku, aku melihat Jimin berdiri tak jauh dari mereka. Bersandar pada tembok yang berlumut hanya memperhatikan teman nya menyarangkan pukulan pada tubuhku berkali-kali.
"Kenapa kau melakukan ini padaku, Taehyung?"
Aku akhirnya bertanya padanya ketika lututku sudah tak bisa menopang tubuh lagi dan jatuh berlutut sementara tanganku masih mereka pegangi.
"Apa salahku sampai kau memperlakukan aku seperti ini?!" aku berteriak pada nya, aku sudah muak dengan semua ini, aku benci dengan kehidupan ini. Aku benci pada diriku sendiri.
"Kau bertanya padaku apa salahmu?"
Taehyung mendekat, menjambak rambutku agar aku mendongak menatapnya. "Kau mau tahu apa kesalahanmu?!" dia balas berteriak. "Karena kau merebut posisi yang seharusnya aku tempati, brengsek!" Taehyung kembali memukul perutku lebih keras lagi, membuatku terbatuk-batuk merintih kesakitan.
"Karena ada kau, aku tidak bisa berada di posisi pertama. Karena kau menghalangiku untuk diposisi pertama aku harus mendapat perlakuan tidak adil dari ayahku apa kau tahu itu, hah?!" dia menjambak rambutku lebih keras, rasanya sakit, sangat sakit.
"Ayahku ingin aku selalu menjadi yang nomor satu, dia tidak akan segan-segan menodongkan pistol ke arahku kalau aku tidak bisa memberikan nya yang terbaik. Aku sudah mencoba menjadi apa yang dia mau, aku berusaha untuk bisa membuatnya bangga padaku. Tapi kau...!"
Aku bisa melihat kemarahan dalam mata bulatnya yang menatapku tajam.
"Kau, menghalangi jalanku Kim Jungkook!"
Taehyung mundur selangkah, mengusap wajahnya gusar kemudian kembali menatapku. "Kau tahu apa yang ayahku katakan saat dia tahu aku kalah lagi darimu?" dia bertanya padaku. "Dia bilang kenapa aku bisa kalah dari anak wanita simpanan Kim Jae Kyung? Kenapa aku, bisa kalah dari Kim Jungkook yang lahir dari rahim seorang wanita yang kotor!"
Aku merasa tertohok, merasa sakit pada dadaku. Kata-kata Taehyung membuatku kembali terhempas pada kenyataan yang ingin aku anggap hanya mimpi.
Taehyung berlutut menyamakan tingginya denganku, "Aku juga jadi berpikir, kenapa aku bisa kalah dari anak sepertimu, Jungkook? Jadi aku menyebarkan kebenaran itu pada satu sekolah. Bagaimana rasanya? Senang jadi pusat perhatian?"
Taehyung tertawa, dan aku hanya bisa merintih ketika dia mencengkeram rahangku kuat. "Bagaimana rasanya lahir dari wanita yang kotor, Jungkook? Apa kau tidak merasa jijik dengan dirimu sendiri?"
"Hentikan, Taehyung." aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi dari nya.
"Kalau aku jadi kau, aku lebih baik mati saja." dia bergumam tepat di depan wajahku. "Dari pada kau setiap hari harus melihat orang-orang menertawakanmu karena kau ini aib keluarga Kim Jae Kyung yang terhormat. Kau mati pun tidak ada yang menangisimu, bukan? Ibumu? Bahkan dia bukan ibu kandungmu, kakakmu? Kau pikir dia masih menganggap kau adik nya?"
Taehyung berdiri, memerintahkan kedua teman nya melepaskan tanganku. Mundur semakin jauh memberi jarak di antara kami.
"Tidak akan ada yang menangisi kematianmu, Jungkook."
"Taehyung, sudah!" aku mendengar Jimin berbicara lebih keras.
Taehyung berdecak, kemudian melihat kaki nya dan teman-teman nya yang berputar dan berjalan pergi dari gang.
Sementara hujan sudah mulai turun, aku masih berlutut di sana membiarkan air hujan mengguyur tubuhku.
Benar, tidak akan ada yang menangisiku, kan?
⌛⌛⌛
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATHE
Fanfiction[ Short Story ]Kim Jungkook tidak pernah mengeluh saat Taehyung diam-diam menghancurkan hidupnya, dia pikir masih memiliki Namjoon sebagai kakaknya. Tapi saat satu rahasia memunculkan kebenaran ke permukaan, dia pikir perkataan Taehyung benar. Or...