d

4K 902 89
                                    

Aku pikir aku akan dapat sebuah pelukan hangat atau kecupan dari ibu seperti yang biasa ibu lakukan padaku saat aku pulang sekolah dulu.

Tapi, saat aku dan Namjoon hyung berdiri di depan pintu dan ibu yang membuka kan nya raut wajah ibu berubah saat menatapku. Seperti raut wajah yang terakhir aku lihat saat hari dimana aku meninggalkan rumah. Dingin, acuh, dan membuatku bertanya-tanya.

"Ibu pikir ibu tadi hanya memberitahumu, Namjoon-ah?"

Ibu bahkan menanyakan hal itu pada Namjoon hyung di depanku.

Namjoon hyung tersenyum tipis, mengusap lengan ibu sekilas sebelum melirik ku. "Ibu bilang ingin makan malam dengan anak ibu, kan? Jungkook juga anak ibu."

"Terserah kau saja, lah." ibu lalu masuk ke dalam, bahkan sebelum akh memeluk nya. Bahkan sebelum aku sempat bilang bahwa aku merindukan pelukan nya. Apa yang salah dengan aku?

Kami makan malam bertiga, aku, ibu, dan Namjoon hyung. Ibu hanya bicara pada Namjoon hyung, bertanya bagaimana hari nya, bertanya bagaimana pekerjaan nya. Hanya berputar dengan Namjoon hyung, sementara aku hanya menonton mereka berdua bicara. Ini seperti sebuah dejavu, seperti bulan-bulan sebelum ayah dan ibu berpisah dan kami tercerai berai.

Saat dimana aku merasa mulai diabaikan oleh mereka.

***

"Kenapa kau membawa dia ke sini, Namjoon?"

Aku baru saja turun dari lantai atas mengunjungi kamarku ketika aku mendengar ibu menanyakan hal itu.

Memang kenapa kalau Namjoon hyung  membawaku ke sini? Ke rumahku sendiri.

"Bu, Jungkook juga anak ibu."

"Dia bukan anak ibu, Namjoon! Kau juga tahu itu, kan?!"

Tunggu, apa? Aku bukan anak ibu?

"Bu..."

"Dia anak dari wanita jalang yang menggoda ayahmu, Namjoon! Ibu dibohongi ayahmu selama belasan tahun! Kau pikir bagaimana ibu bisa melihat wajah anak itu, eoh?!"

Kaki ku lemas, kepalaku tiba-tiba terasa pening. Aku duduk di undakan tangga memegangi kepalaku sendiri, jadi ini alasan kenapa ibu membiarkanku pergi? Kenapa Namjoon hyung menjadi acuh padaku. Karena aku bukan anak ibu, karena aku hanya anak dari salah satu perempuan yang menggoda ayah.

Tiba-tiba saja aku merasa jijik dengan diriku sendiri, sungguh!

Aku berdiri, bangun dari undakan tangga dan mengusap wajahku. Mengatur napas dan ekspresi wajahku sedemikian rupa menutupi hancur nya hatiku.

"Hyung, ayo pulang. Besok aku sekolah."

Aku muncul di hadapan mereka. Berpura-pura tidak mendengar apa yang mereka katakan sebelumnya. Namjoon hyung terlihat kaget sementara ibu melempar pandangan ke arah lain, jelas saja ibu pasti jijik melihat wajahku.

Namjoon hyung berpamitan, sementara aku sudah lebih dulu mendahului nya ke mobil aku tidak bisa melihat wajah ibu, aku tidak ingin menangis meratapi nasibku yang terlalu sial di depan mereka.

"Jungkook, kau..." lagi-lagi, Namjoon hyung memecah hening di mobil kami.

"Hyung, aku dapat peringkat satu di kelas. Hyung harus janji mentraktirku ice cream, ya? Aku tidak mau tahu!" aku memaksakan diri membuat raut wajah kesal sementara tanganku meremas pinggiran jaket. "Tapi sekarang aku mengantuk, kita pulang saja." kemudian aku mengalihkan pandangan keluar jendela kaca mobil, melihat pantulan wajah Namjoon hyung menatapku sedih.

Aku tidak ingin mendengar Namjoon hyung mengatakan apapun. Aku hanya ingin segera pulang dan menangis di dalam selimutku malam ini.

Kenapa hidupmu sangat menyedihkan, Jungkook?

⌛⌛⌛

BREATHE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang