Kesatria Buta

155 11 0
                                    

Untuk mereka yang masih sibuk mengejar hati yang tak gentar.

...

Kamu tak kenal lelah mengejar. Jatuh tersungkur, berjalan terseok meski badanmu sudah memar. Tapi dia menganggapmu layaknya seorang preman pasar. Seolah ingin mencakar-cakar, lalu mengambil seluruhnya dengan kasar.

Kamu tak kenal lelah berusaha agar mampu mendekap. Tapi dia merasa seperti sedang disekap. Dikurung dalam ruangan yang begitu pengap. Berpikiran bahwa dia sedang terperangkap.

Kamu tak kenal lelah mencurahkan segala kebaikan. Tapi dia menganggapmu sedang menutupi kejahatan. Mencoba membunuhnya dengan perlahan. Membawa mayatnya ke pasar gelap untuk dijual setiap organ bagian.

Kamu tak kenal lelah mengharap temu. Tapi dia merasa seperti sedang diburu. Lalu dijual untuk dijadikan sepatu kulit, atau jaket tebal berbulu.

Kamu tak kenal lelah berseru hingga keringat mengucur membasahi setiap lekuk tubuh. Tapi dia menganggapmu seperti orang gila yang bisnisnya baru saja bangkrut.

Sadarlah wahai kamu, yang memutuskan untuk berhenti mencari. Memilih hati yang belum atau mungkin tak akan pernah pasti.

Sadarlah wahai kamu, yang terus bergelut dengan rindu. Bergumul dengan awan kelabu yang terus bergemuruh.

Sadarlah wahai kamu, yang masih terus berharap pada manusia yang denganmu enggan untuk sekedar bercakap.

Sadarlah kamu. Baginya kamu hanyalah abu yang lenyap diterpa angin lalu. Kamu hanyalah alasan disetiap jiwa yang menggerutu.

Sadarlah kamu. Dia bagaikan sebatang cerutu. Yang harganya siap menguras habis dompet usangmu.

Usahamu sama seperti menebus barang laris di toko online dengan rating bintang satu. Menanti pengiriman sekian minggu. Lalu yang datang tak sesuai keinginanmu.

Sudah cukup kamu berperang. Menembus tembok pertahanan yang tingginya menjulang. Sudah waktunya pulang. Sebab ada jalan lain untuk kamu bisa terus berpetualang.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang