Lagi dan Lagi

182 12 0
                                    

Ini untukmu. Bacalah agar kamu mengerti rasanya.

...

Lagi-lagi apa yang kuharapkan harus kandas. Aku bagaikan rumput tinggi yang menghalangi jalanmu untuk bebas. Dengan golok tajam aku, kamu tebas.

Lagi-lagi aku harus rela melepas. Mungkin aku diciptakan hanya untuk sepintas. Kupikir aku adalah senja yang selalu kamu tunggu di depan teras.

Lagi-lagi aku harus beranjak pergi. Memberi jarak pada duniamu yang menganut konsep diakronik. Meninggalkan kamu yang menganggapku tak tau diri.

Lagi-lagi aku disambar petir yang bergemuruh. Kamu menjauhiku bagaikan narkoba jenis sabu-sabu. Membawa seluruh kata-kata dalam bisu.

Salahkah bila aku menilai semesta tak adil? Apakah semesta melihatmu serupa bidadari dan aku serupa manusia kerdil?

Kamu perlakukan aku semaumu. Aku tak pernah menggerutu. Batinmu sedingin salju. Aku tetap kukuh untuk menunggu. Padahal kamu hanyalah angan semu.

Asaku untuk temu belum tercapai. Tinta hitam belum sempat menggores kertas putih. Namun segala tentangmu harus usai. Harapku kamu merawat hati, ternyata semakin menggerogoti.

Bagimu aku hanya rupa ekspektasi yang gagal. Dalam yakinmu aku hanya datang untuk melukai serupa begal. Atau mungkin menyembelihmu atas kewajibanku sebagai jagal.

Entah egoku yang terlalu tinggi untuk mengikatmu. Atau keadaanku yang tak mumpuni untuk gaya hidupmu. Mungkin kamu yang enggan menyambung rindu bersamaku.

Maka berkelanalah sejauh mungkin. Carilah bahagia yang kamu ingin. Hingga suatu saat kamu kembali melihatku semakin kuat serupa pohon beringin.

Saat senyummu tak lagi buat hatiku berkecamuk. Saat sapamu tak lagi buat pandanganku tunduk. Saat perlakuanmu tak lagi buat rasaku mengamuk.

Ketauhilah. Saat itu juga, aku bukan lagi insan yang kamu kenal. Yang akan kembali padamu, lalu kamu buat keputusanku menjadi sesal.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang