Eps. 16

1K 96 1
                                    

"eungh~"

Jennie melenguh ketika Mark masih bermain di area lehernya, yang bisa Jennie lakukan hanya menegangkan kedua kakinya yang menjuntai di pangkuan Mark, kakinya tidak sampai menyentuh lantai, kedua tangannya sibuk merusak tata rambut Mark, kedua bibirnya terbuka terus melenguh dan memanggil nama Mark.

Mark masih sibuk, dirinya berdesir, merasakan aliran darahnya mengalir sangat banyak, detak jantung keduanya masih terdengar nyaring. Ini kali pertama bagi Mark dan Jennie, Mark berusaha sebaik mungkin dalam mendominasi Jennie agar wanitanya tidak kesakitan.

Jennie bergerak gelisan di pangkuan Mark karena merasa ada yang aneh di dalam dirinya, pergerakan Jennie membuat Mark menggeram rendah, Jennie takut mendengar suara rendah Mark itu.

"Mark su-sudah"

Bagai gelap mata, Mark tidak mendengarkan Jennie, suaranya seperti angin lalu, suaranya seperti memanggil Mark untuk melakukan lebih, bukan larangan yang seperti Jennie ucapkan.

Mark berdiri, menggendong Jennie seperti anak Koala, menyatukan kembali bibir mereka, kedua kaki Jennie memeluk pinggang Mark dengan kuat agar dirinya tidak jatuh, kedua tangannya masih setia di belakang leher Mark.

Mark membawanya ke kamar mandi, menduduki Jennie di atas kabinet yang berada di dalam, rasanya dejavu, Jennie memundurkan tubuhnya sedikit membuat dirinya bersandar di dinding, membiarkan Mark mengukungnya dengan kedua tangan yang berada di sisi tubuh Jennie.

Jennie mulai mengikuti permainan yang Mark mulai, kedua kakinya yang sedari tadi diam bergerak untuk memeluk tubuh Mark lagi, membuat Mark semakin menempel pada dirinya dan kabinet sialan itu.

Jennie yang posisinya setara dengan tinggi Mark lebih leluasa untuk mencumbu prianya, mencoba mengambil alih dalam permainan mereka, namun dirinya tetap ter dominasi oleh Mark.

Mark kembali mengambil alih, kedua tangannya mulai bergerak masuk ke dalam baju Jennie, menyentuh setiap permukaan tubuh Jennie yang halus dan lembut, membuat pola abstrak, menggerayanginya, menyentuhnya, menekan-nekan kulit itu.

Jennie melepas ciumannya kali ini, mendongak ke atas lagi untuk mendesahkan nama prianya, matanya sayu ada sisa air mata yang mengering di sudut matanya, menatap langit-langit kamar mandi seolah meminta ampun entah kepada siapa.

"Mark aaanghhh tolong huks"

Jennie menangis pilu, rasanya aneh, sakit dan nikmat menjadi satu kala Mark memainkan lehernya lagi dan kedua payudaranya yang pas di tangan Mark, sangat lembut dan bulat sempurna.

Mark tidak ada pengalaman tentang sex tetapi dia tahu untuk hal-hal dasar, dirinya hanya mengandalkan insting dan video yang pernah dia tonton.

"Ahhh Jen terimakasih sudah merawat tubuhmu sampai sesempurna ini"

Jennie tidak peduli dengan perkataan Mark, dirinya sudah berada di atas awan, tidak mendengarkan perkataan Mark yang memainkan kedua buah dadanya itu.

Mark melihat Jennie dari bawah sini, tangannya masih sibuk menekan, mencubit, menggenggam, mencubit payudara Jennie yang pas di tangannya.

Mark merasakan sesak di bawah sana, dia harus cepat menyelesaikan ini agar dirinya tidak menderita, dagu Jennie ia sentuh, membawa Jennie untuk menatapnya lagi karena takut kalau leher Jennie sakit akibat terlalu lama menatap ke atas.

Ciuman di mulai kembali, kedua tangan Mark mencoba membuat kaitan baju Jennie di belakang sana sedangkan Jennie sibuk membuka satu persatu kancing kemeja Mark.

Keduanya berhasil, sama-sama bertelanjang dada, Mark memeluk Jennie, tidak mau wanitanya kedinginan, masih mencumbu bibir kesayangannya itu, bibir Jennie semakin bengkak dan perih karena selalu di gigit oleh Mark.

My Bastard 'Mark Tuan' (Selesai Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang