Vote dulu baru dibaca ya, gomawo 😇
✌✌✌
"What!!!" teriakan dari Trison, sahabat Arunika itu tak mengubah ekspresi datar dari gadis berambut lurus yang hanya memutar matanya jengah.
"Kidding lo gak lucu, Ru," sambung Trison mendengus kesal.
"Gue lagi gak kidding ke elo, Con. Kemaren gue ketemu sama itu malaikat maut dan dia ngomong sendiri di depan gue soal proposal buat tugas akhir kita nanti."
Arunika menyeruput cappucino cincau dihadapannya. Sedang Trison menggeleng dan kembali memakan minas dengan toping sosis dan telur mata sapi dengan tergesa karena emosi.
"Ghue shumpahyin ityu manushia kaghak dhapeht bhini," cerocos Trison dengan mulut penuh, membuat beberapa nasi di dalam mulutnya meloncat keluar.
"Jorok ih." Delik Arunika dengan wajah kesal karena terkena semburan nasi Trison yang kini hanya nyengir.
"Lagian kagak mungkin dia gak bakal punya bini. Analoginya ya, Con, dia tuh kek malaikat maut di drama Goblin. Ganteng, misterius. Dan lo tau sendiri, kan, fandom dia se-universitas raya? Dikedipin sedikit aje udah bertekuk lutut di depan dia deh pasti cewek-cewek alay."
Trison menelan makanannya dan menatap Arunika dengan kerutan di wajah karena terlalu banyak menelan nasi ke dalam mulutnya sehingga sulit dari tenggorokan ke perut.
"Lo suka juga sama itu bapak-bapak es batu?"
"Enggak, lah. Gue anti-fan nya dia, betewe." Arunika langsung menjawab cepat tanya Trison.
"Kirain lo juga udah jadi salah satu fansnya si malaikat maut," ujar Trison santai.
"Amit-amit jabang orok deh, Con. Biarpun cuma ada dia satu-satunya cowok di dunia ini, kagak bakal mau gue sama dia. Tetep!" Arunika mengetukkan tangannya yang terkepal di atas meja beberapa kali.
Trison terkekeh. "Jangan begitu lo. Kemakan omongan sendiri entar. Tiba-tiba lo yang jadi jodohnya itu malaikat maut kan kagak ada yang tau."
Arunika mendelik tak suka. "Nyumpahin gue lo?"
"Ngingetin aja, pinter." Trison mengulum senyum setelah melihat tangan Arunika yang sudah terkepal siap meninjunya.
"Gue minta capcin lo, Ru." Seseorang yang tiba-tiba duduk di samping Arunika langsung meraih gelas yang masih berisi setengah cappucino cincau milik Arunika.
Arunika dan Trison serentak melihat ke arah cowok yang sekarang menghembuskan napasnya agar teratur kembali setelah menghabiskan minuman milik Arunika.
"Habis lomba marathon lo, Dan?" tanya Trison setelah menelan suapan terakhir di piringnya.
"Ck, pusing gue." cowok itu berdecak melihat kedua temannya bergantian. "Bakal jadi kating seumur hidup keknya ini," sambungnya.
Tawa langsung terdengar dari Arunika dan Trison yang mengerti dengan waksud ucapan teman sekelas mereka ini.
"Jangan tawa lo bedua!" delik cowok itu kesal. "Gara-gara lo deh, Son, kagak mau banget gantiin gue jadi kating." Tunjuknya sebal ke arah Trison.
"Ogah gue. Manusia di kelas kita itu seluruhnya cewek-cewek lambe turah. Dan gue gak mau ribet sama mulut mereka." Trison mengibaskan tangannya di muka sekilas.
"Iya, lo termasuk ke dalam cewek-cewek lambe turah tuh."
"Ngajakin berantem deh ini, kating," gerutu Trison.
"Kita cuma berdua sebagai laki-laki tangguh di antara delapan belas cewek di kelas ya, Son, betewe. Dan lo malah milih ninggalin gue ngurusin kelas sendirian yang isinya itu para perempuan ribet. Tega lo, Son. Gue gak nyangka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lecturer of Mine [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]
ChickLit(Reuven family's series) [Tersedia di shopee dan playstore / versi novel tersedia di Ican Novel dan Kubaca] Bagaimana jika seseorang yang selama ini memenuhi hidupmu dengan tumpukkan tugas, tiba-tiba melamar dan ingin menjadikanmu istri? Hal itulah...