Sebelas

6.1K 363 54
                                    

Vote dulu sebelum baca, terima kasih 🙏

✌✌✌

Rumah gadis itu terlihat sangat tenang. Sang pemilik bahkan begitu nyaman beristirahat.

Tak ada kerjaan. Dan tidak ada kelas di kampus.

Selain akhir pekan, Arunika juga menyukai hari rabu. Karena bebas dari pekerjaan dan kelas.

Jika memang harus bekerja, Arunika tak masalah. Tapi hari ini, dia sedang tak diganggu dengan pekerjaan ataupun kelas.

Arunika sipenyuka tidur siang.

Danan dan Trison akan paling depan menyetujui bahwa Arunika adalah gadis yang sangat tidak bisa meninggalkan tidur siangnya.

Jika satu hari saja Arunika melewatkan tidur siangnya, maka moodnya akan benar-benar buruk.

Kecuali jika memang ada pekerjaan atau kelas tambahan yang mendadak harus dilakukan.

Gadis itu begitu nyaman bergelung dengan selimut di atas kasurnya.

Geraman tercipta yang membuat gadis itu menggeliat dengan wajah kesal karena mendengar pintu rumahnya terketuk berkali-kali.

"Astaga, siapa sih?" sungutnya mencoba membuat mata dan bangkit dari tempat tidur.

Menuruni tangga kamarnya setelah menghabiskan segalas air di atas nakas.

Dengan rambut acak-acakkan dan berkali-kali menguap, Arunika berjalan menuju pintu.

Mulut Arunika menganga saat melihat siapa yang berada di depan rumahnya saat ini.

Pria itu melihat tepat di manik Arunika yang membola, seolah tak percaya dan merasa bahwa dia masih bermimpi.

Sebuah usapan yang bermaksud merapikan rambutnya dirasakan Arunika di sepanjang kepalanya.

Arunika diam. Dirasakan sebuah titik di dadanya sakit karena tiba-tiba jantungnya berdegup kuat.

Wangi maskulin dari pria di depannya menyebar ke penciuman Arunika.

"Rambut berantakan," ujar pria itu datar sambil menarik anak rambut Arunika ke belakang telingas setelah menyisir rambut gadis itu beberapa kali dengan jemarinya. "Bangun tidur?" tanyanya, melepas sepatu dan masuk tanpa menunggu jawaban Arunika.

Arunika tergagap setelah sadar bahwa dosen mudanya itu sudah masuk dan berjalan ke arah dapur.

"Sir ngapain di sini?" tanya Arunika mengikuti langkah Delaney yang membuka kulkas Arunika, mengambil botol berisi mineral.

"Kamu ada kerjaan?"

"Enggak."

"Gak ada kelas, kan?"

"Gak ada."

"Bagus."

"Ha?!"

Delaney menghabiskan air setelah menuangkan ke dalam gelas. Lalu berjalan ke arah ruang tengah dan duduk di atas sofa.

Berasa rumah sendiri apa, yak?

"Cepet ganti baju. Kita ke rumah mas Dan sekarang," suruhnya yang langsung di balas dengan kerutan dahi dari Arunika. Delaney menoleh ke arah Arunika yang masih mematung. "Saya tunggu kamu siap-siap," sambungnya.

"Sir, wait," ujar Arunika mengangkat sebelah tangannya. Delaney menatap tanpa ekspresi. "Maksudnya apa? Sir dateng ke sini mau ngajak saya ke rumah kembaran sir yang baru nikah itu?" Delaney mengangguk. "What?" ulang Arunika menyipitkan matanya tak percaya.

Lecturer of Mine [Sudah Pindah Ke Ican Novel Dan Kubaca]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang