Happy reading...
TinaPov.
Aku mengajak jian duduk dibawah pepohonan yang rindang. Aku mulai bercerita banyak hal padanya tentang semua yang harus ia diketahui dan banyak hal lagi.
"Oh ya Jian, bagaimana kabar om dan tante?" Tanya ku pada Jian yang melamun dari tadi. Tapi Jian tidak menjawabnya. Ia malah terus melamun seperti memikir kan sesuatu.
"Jian!" Sontak ku pada Jian. Sehingga membuat nya bangun dari melamunnya dan terkejut.
"Hah! Apa?" Jawab Jian dengan wajah yang seolah olah melihat hantu.
"Heh aku bertanya padamu. Tapi kou malah sibuk melamun. Apa yang kou lamunkan." ujar ku pada Jian.
"Tidak, aku tidak melamun." jawab Jian sambil menatap lurus seperti sedang mengelak.
"Kou tidak akan pernah bisa berbohong pada ku. Aku tau kou melamun apa yang kou lamunkan hah." ujarku pada Jian.
"Mmm tidak aku hanya berfikir apakah benar benar tidak ada kesempatan lagi untuk keluargaku yang sudah hancur berantakan." jawab Jian dengan mata yang berkaca kaca seperti akan menangis namun mencoba menahannya agar tidak jatuh.
Aku sangat mengenal jian dia sangat tertekan dan hancur. Akibat kehancuran keluarganya dan kematian seseorang yang sangat ia sayangi. Ia orang yang jian sayangi, sebenarnya jian sudah kekasih saat menjejang smp. Banyak yang mengatakan kalau mereka couple yang serasi dan cocok. Namun kekasih nya itu mengalami kecelakaan sampai merenggut nyawanya. Jian begitu sangat sedih dengan kepergian kekasihnya itu. Sehingga sampai saat ini ia tidak pernah membuka hatinya lagi untuk siapa pun itu. Di imbau kepergian kekasihnya di sambung dengan pertengkaran papa dan mama nya itu. Petengkaran yang begitu hebat,, namun jian tidak tau entah kenapa orang tuanya bisa bertengkar sehebat itu. Sehingga membuat jian depresi. Jian selalu pergi ke bar untuk minum dan meluap kan semua kesedihannya. Aku sebagai sahabat nya tidak membiarkan jian terus semakin terjerumus dalam kesedihannya. Aku selalu membuat jian merasa senang sehingga ia melupakan masalahnya walaupun itu hanya sejenak. Jian dulu adalah orang yang suka tertawa dan ramah terhadap semua orang. Namun berbeda sekarang yang hanya diam dan mengeskpresikan wajah datar ataupun dengan tatapan dinginnya. Aku ingin jian menjadi dirinya sendiri yang seperti dulu dan aku berharap ada seseorang yang dapat merubahnya hanya itu harapanku.
"Jangan lah putus asa Jian. Aku yakin pasti om dan tante bisa akur lagi." ucapku yang sedikit memberi harapan dan membuat jian sedikit merasa lebih tenang.
"Sudahlah ayo kita makan roti saja. Aku tau kou belum makan kan." Sambungku sambil memberikan roti pada nya. Saat Jian sedang melamun aku menyuruh seseorang untuk membelikan 2 roti dan 1 air mineral. Agar Jian bisa memakannya, aku tau dia belum makan dari tadi pagi.
AuthorPov.
"Mmm." jawab Jian singkat sambil mengambil roti yang diberikan tina padanya Dan mulai memakannya.
Tina merasa sedikit tenang akibat jian yang sudah tidak memikirkan kesedihannya dan mulai makan roti. Selesai makan roti itu Mereka menuju kekelas nya karna bel sudah berbunyi yang menandakan audah waktunya pelajaran selanjutnya dimulai. Tanpa disadari waktu pelajaran sudah selesi.
Trin... Trin... Trin...
Suara bel kelasnya yang berbunyi 3 kali menandakan waktu nya pulang. Kecuali yang ikut ekstra kulikuler. Namun jian tidak ingin ikut ekstra kulikuler apapun itu walaupun sebenarnya ia sangat ahli dalam bermain basket. Jian memiliki prestasi dalam bidang olahraga yaitu basket. Jian sudah banyak mengikuti perlombaan basket dan semuanya dimenangkan telak olehnya. Namun apa daya jian sudah seperti tidak ingin melakukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love?
Teen FictionBagaimana jika Playboy bertemu si dingin es? Apakah ia bisa merubah es menjadi matahari yang selalu memberikan kehangatan? Apakah ia bisa melakukan semua itu? Semua hal membutuhkan proses. Seperti merubah mu dari es menjadi matahari. Tapi aku tidak...