Happy reading...
Hari demi hari pun berlalu...
Tok... Tok.. Tok...
"Non bangun udah pagi non." ujar maid itu membangunkan Jian.
"Hoamm... iya bi ini udah bangun." jawab Jian sambil mengucek ucek matanya agar kesadaran nya kembali.
"Ya sudah kalo selesai siap-siap. Turun sarapan ya non." ujar maid lagi.
"Iya bi." jawab Jian.
Jian pun selesai bersiap-siap dan menuruni tangga menuju ke meja makan. Dan Jian duduk disalah satu kursi yang sudah ada sarapan roti coklat beserta susu vanila kesukaannya. Jian langsung memakan sarapan yang dibuat oleh maid itu.
"Ini bibi kan yang buat?" tanya Jian pada maid itu.
"Iya non saya sendiri yang membuat nya." jawab maid itu yang berada disamping Jian. Memang sudah kebiasaan Jian kalau sarapan harus ada yang menemaninya seperti saat ini.
"Hmm bagus kalo gitu."
"Iya non."
Jian menyadari orang tua nya tidak ada yang pulang sejak kejadian kemarin. Syukur deh mereka gak pulang, gak ada ricuh melulu. Tapi mereka kemana ya? Apa mereka lupa kalo punya anak, batin jian. Namun tiba-tiba ada suara yang tidak asing bagi nya...
"Jian sayang sudah bangun tumben bangun pagi." suara itu milik mama nya yang berjalan menuju meja makan dan duduk. Kemudian datang juga sang papa dan duduk ditempatnya. Tapi maid masih berada di samping Jian karna jian menyekal tangan maid yang mengartikan 'jangan pergi'. Maid itu hanya diam mengiya kan.
"Putri papa sarapan juga, udah lama papa gk sarapan bareng putri papa ini." timpal papa nya. Sebenarnya papa dan mama nya sangat menyanyangi Jian, terutama papa nya karna bagi papa nya Jian ada lah princess nya. Namun kasih sayang itu tidak terlihat oleh Jian akibat kebencian yang lebih mendominasi terhadap dirinya. Karena Jian menganggap ini adalah fake family.
"Ayo kita lanjut sarapan nya papa juga laper ini." sambung papa nya lagi.
Membuat Jian diam dan menghentikan aktivitasnya. Entah mengapa saat Jian dekat dengan keduanya begitu terasa muak karna ia tau papa dan mama nya hanya pura-pura akur.
"Ya sudah bi saya sudah sarapan." ujar Jian sambil meyalami maid itu karna memang sudah terbiasa. Dan berjalan meninggal kan mama dan papa nya.
"Kou tidak menyalami kami Jian." tanya papa nya. Sedang mama nya diam karna ia tau Jian kesal dengan mereka.
"You dreams!" Jawab Jian.
"Yang sopan dengan orang tua Jian. Saya ini papa kamu!" Timpal papa nya sedikit menyentak.
"Oh baru ingat kalo anda papa saya?" Jawab Jian santai.
"Saya selalu ingat saya adalah papa kamu Jian, orang tua mana bisa lupa dengan anak nya."
"Oh benarkah? Saya pikir anda lupa dengan saya sebagai anak anda."
"Jian mama nggak pernah mengajarkan mu bicara seperti itu!"
"Memang... tapi saya seperti ini itu gara-gara kalian!"
"Jian kenapa kamu seperti ini? Padahal mama ingin yang terbaik buat kamu dan ingin kamu selalu bahagia."
"Benarkah!? Kalo anda ingin saya bahagia kenapa kalian berdua selalu membuat ku sedih dengan pencerai an bodoh kalian dan tingkah kalian!" bentak Jian.
"Jian jangan pernah membentak mama mu seperti itu!" Ujar papa murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love?
Novela JuvenilBagaimana jika Playboy bertemu si dingin es? Apakah ia bisa merubah es menjadi matahari yang selalu memberikan kehangatan? Apakah ia bisa melakukan semua itu? Semua hal membutuhkan proses. Seperti merubah mu dari es menjadi matahari. Tapi aku tidak...