Just The Way You Are

3K 233 4
                                    

Mata Fina mengerjap. Mana mungkin Adry sebercanda ini.

"Bener buatmu, kok." Adry meyakinkan gadis yang matanya membulat itu.

"Tapi, bukannya ini kado untuk ibumu?" Fina mengelus gaun berwarna maroon yang terlipat rapi di dalam kotak itu.

"Sejak awal aku minta kamu pilih dua gaun yang paling kamu sukai. Buat ibu yang dress warna hitam. Yang maroon ini buatmu," kata Adry dengan pembawaan kalem tapi justru menambah hati Fina kebat-kebit tak karuan.

"Aku nggak lagi ulang tahun, lho," kata Fina.

Adry menggeleng-geleng. "Emang enggak. Tadinya mau kasih hadiah yang lain. Cincin misalnya. Tapi gaun juga bagus."

Rambut-rambut halus Fina meremang. "Tapi kenapa, Bang?"

Adry menatap lurus ke mata gadis di hadapannya itu. "Kenapa? Because I'm crazy about you."

Ada yang menggelitik di dalam perut Fina. Jantungnya pun serasa ditabuh bertalu-talu. Seakan-akan belum cukup, wajahnya seperti terbakar oleh api yang tak kasat mata.

"Aku udah lama mikirin kamu." Suara Adry seperti berasal dari tempat yang jauh.

Bibir Fina tercekat dengan air ludahnya sendiri. Bagaimana mungkin seorang Adry yang jelas memiliki selera tinggi malah memilihnya? Jangan bilang ini lelucon. April mop sudah lama lewat, kan?

Andai saja Fina punya keberanian untuk membalas pernyataan Adry, mungkin dia akan menyatakan perasaan yang sama.

Akhir-akhir ini aku juga mikirin kamu, Bang. Aku kagum sama matamu, senyummu, badanmu, errr... semua yang ada padamu. Tapi sayangnya aku tahu diri, Bang. Siapa sih aku ini berani-beraninya jatuh cinta sama Bang Adry?

"Are you gonna be my girl?" Suara Adry mengalun pelan dan pasti.

Fina ternganga sekejap karena tiba-tiba mulutnya tidak bisa diajak kompromi.

"Bang ..."

Sebuah tangan terulur di hadapan Fina. Dia meletakkan beberapa hidangan yang tadi mereka pesan. Hufft... Saved by the bell, batin Fina yang baru kali ini begitu ingin mengucapkan terima kasih pada mas pelayan.
Okay, Fin, tenaaang.

Begitu mas pelayan berlalu, Fina mulai mengucapkan kalimat yang telah dirangkainya beberapa saat lalu.
"Bang, kenapa suka sama aku? Padahal banyak cewek lain yang lebih cantik, lebih anggun, dan elegan dibanding aku."

"Karena perasaan suka nggak bisa dijelaskan, Fin. Aku suka kamu apa adanya."

Fina menghela napas untuk meredam tambur di dadanya.

"Bang, boleh kasih waktu, nggak?"

"Kamu nggak harus jawab sekarang. Tapi aku pasti bisa buat kamu membalas perasaanku."

Fina mengaliri kerongkongannya yang mendadak kesat dengan minumannya.

"Kita makan dulu, yuk," ajak Adry.

Fina mengangguk meskipun sebenarnya selera makannya telah menguap sejak tadi.
Makan malam kali ini dilalui Fina dengan lebih banyak terdiam. Sementara Adry seakan-akan tidak mau mengusik privacy Fina, satu hal yang patut mendapat poin plus dari cowok itu yang tidak memaksakan pembicaraan garing.

Sesampainya di kosan, Fina belum mampu mengusir bimbang hatinya. Dia memang terpesona dengan Adry, tetapi dia tidak pernah membayangkan jika cowok itu akan memintanya jadi kekasih. It's just too good to be true...

Notifikasi WA berdenting. Dari Adry.

Adry: I can't wait to see you tomorrow, my sunshine. Sleep tight, Dear.

Bang Adry, kenapa kamu pinter bikin perasanku melambung gini, sih? batin Fina gemas.

Dia baru menyadari jika sejak sore belum membuka WA. Dia sudah ketinggalan ratusan chat dari beberapa WAG, dan membacanya selewat saja. Lalu matanya tertuju pada WA dari Kal yang belum dia baca.

Sociophilia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang