Fina baru saja selesai menyisir rambutnya ketika ketukan konstan terdengar dari pintunya. Belum berangkat saja Fina sudah merasa kebelet buang air kecil. Setelah menata hatinya yang seperti berlompatan, dia membuka pintu dan memasang senyuman manis.
Adry berdiri di sana dengan penampilan teramat keren. Tidak mungkin cewek lain melewatkan untuk sekadar meliriknya saat dia lewat.
"Udah siap?" kata Adry. Fina mengangguk. Dia melirik arloji di tangan kirinya. Sangat on time.
Saat berjalan berdua beriringan, Fina menangkap bayangan Elsa dari balik tirai rumahnya sambil membisikkan "good luck."
Thanks, Sa. Kayaknya aku memang butuh keberuntungan malam ini.
Mobil Adry meluncur ke kediaman ibunya. Ibu Adry tinggal sendiri di sebuah apartemen dekat pusat kota. Kata Adry, adik ceweknya sudah menikah dan hidup bahagia bersama suaminya.
Ketika sampai di depan pintu kediaman ibu Adry, debar jantung Fina semakin kencang. Tungkainya pun serasa lemas menopang tubuhnya.
"Kenapa pucat gitu, Fin? Nggak lagi sakit, kan?" kata Adry sembari mengernyitkan kening. Tangannya sudah bergerak memencet bel pintu kediaman ibu.
"Eeeng, mungkin tadi kena AC mobil, Bang," jawab Fina asal.
Belum sempat Adry menanggapi, pintu apartemen terbuka dan sesosok wanita anggun muncul di baliknya. "Ya ampun, Adry, kayak lama banget nungguin kamu. Ibu udah nggak sabar," kata wanita itu sembari mengecup pipi kiri dan kanan Adry.
"Nggak sabar pengen ketemu aku atau Fina, Bu?" kerling Adry.
"Dua-duanya, dong. Ini Fina, ya?" tanya ibu Adry mengalihkan tatapannya ke arah Fina.
"Iya, Tante. Kenalkan, saya Dafina." Uluran tangan kanan gadis itu disambut kedua tangan ibu Adry dengan sangat hangat.
"Dafina. Nama yang manis, semanis orangnya. Namaku Martanti. Tapi dari dulu orang-orang manggilnya Marta. Ayo, masuk dulu kalian. Nggak enak ngobrol di depan pintu."
Tak disangka sebelumnya, ibu Adry begitu ramah menyambut mereka.
Kekakuan Fina seketika mencair ketika tersentuh kehangatan ibu Adry. Di atas meja makan mungil di dalam apartemen, sudah siap berbagai hidangan yang tampaknya selezat penampakannya."Ini masakanku semua, lho. Masakan rumahan tapi dijamin nggak kalah sama resto. Kita ngobrol sambil makan, ya, udah laper," ucap ibu Adry yang hari ini tampak menawan meskipun usianya tidak lagi muda. Gurat kecantikannya masih tampak jelas di wajah yang mulus terawat.
"Oya, Tante, selamat ulang tahun, ya. Maaf, telat ngucapinnya," sahut Fina.
"Adry udah cerita sama Tante, katanya dress hitam kemarin itu kamu yang milihin. Makasih ya, Fina. Pinter banget lho milihnya, pas sama selera Tante."
Fina hanya bisa cengar-cengir karena salah tingkah. Malam ini mungkin keberuntungan ada di pihak Fina. Sosok wanita dingin dan menyeramkan yang ada di bayangan Fina sirna seketika saat bertemu langsung dengan Tante Marta. Selama makan malam pun mereka bertiga terlibat pembicaraan hangat. Fina jadi tahu jika Tante Marta ini seorang pengacara kasus-kasus perdata.
"Jadi kapan kalian mau melangkah ke jenjang yang lebih serius?"
Pertanyaan ibu Adry yang tiba-tiba itu membuat Fina hampir tersedak. Untung makanan di mulutnya tidak sampai tersembur keluar.
"Secepatnya, Bu," jawab Adry.
Apaah? Gila kamu, Bang. Main ambil keputusan sepihak aja, batin Fina lemas.
"Beneran, lho. Ibu ini udah tua. Pengen cepet-cepet lihat kamu married," sahut Tante Marta mengerling penuh arti kepada Adry yang meresponnya dengan senyuman terbaik yang ia punya.
"Hah, pemaksaan ini namanya. Aku mau ke toilet dulu."
"Yah, kabur dia," gumam Tante Marta saat Adry beranjak dari duduknya.
Ketika dia pastikan Adry sudah masuk ke toilet, Tante Marta mencondongkan tubuhnya ke arah Fina."Fina, aku seneng banget, lho, waktu dia bilang mau serius sama seorang cewek. Menurut pengamatan Tante, kamu itu cewek baik-baik. Pokoknya sesuai untuk mendampingi Adry. Nggak kayak si Andrea," bisik Tante Marta.
"Andrea?" gumam Fina dengan suara tercekat.
"Mantannya Adry. Dia itu ... hmm, gimana ya bilangnya? Pokoknya Tante bisa merasakan mana cewek baik-baik dan mana yang enggak." Tante Marta langsung merapikan duduknya ketika mendengar Adry keluar dari toilet.
Fina tertegun. Rupanya banyak hal yang belum dia ketahui tentang Adry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sociophilia
ChickLit[Diterbitkan oleh Penerbit Cerita Kata] Ada part yang dihapus. Meraih gelar sarjana teknik seharusnya menjadi suatu kebanggaan bagi Dafina Lazuardi, S. T. Namun, ternyata bekerja di perusahaan yang penuh tekanan dan tuntutan dari berbagai pihak mem...