15. Someday

991 135 12
                                    


Suho sudah memikirkan dengan matang apa yang akan ia lakukan untuk anak-anaknya kelak. Biaya setiap anak sudah ia siapkan agar saat ia sudah tiada anaknya tidak akan hidup susah (padahal hartanya memang gak habis-habis). Setiap anak sudah ia siapkan secara adil agar tidak ada peselisihan. Suho benci perselisihan.

Dulu, keluarganya hampir hancur karena perselisihan kakak-kakaknya yang memperebutkan harta warisan dari ayahnya Suho. Sedangkan Suho hanya diam dan tak peduli karena ia tak mengharapkanitu semua. Tapi karena itu membuat perpecahan antar kakak-kakaknya.

"Pah?" Panggil Irene yang baru saja datang dari pasar.

"Udah pulang mah? Sama siapa? Kok gak nelpon papah?" Tanya Suho bertubi-tubi.

"Nggak lah ngapain, lagian banyak ibu-ibu komplek yang belanja bareng sama mamah, jalan kaki capeknya gak kerasa." Jelas Irene sambil menaruh belanjaannya diatas meja makan. Niatnya mau langsung diberesin tapi capek juga ternyata.

"Gimana itu perencanaannya Yerin?" Tanya Suho.

"Gimana apanya? Anaknya kan lagi meeting sana-sini gak kenal waktu." Keluh Irene.

Sejak tau Yerin ingin membuka butik dan enggan melanjutkan perusahaan orang tuanya, Yerin jadi makin berambisi bangun usahanya sendiri. Suho sempat nentang, karena saking semangatnya Yerin jadi sering sakit. Tapi Yerin kepala batu. Daripada kejadian yang lalu-lalu terjadi lagi kan.

Kejadian yang lalu bikin Suho flashback, dimana ia membuat keputusan sendiri tanpa memikirkan perasaan putri sulungnya.

"Papah mau kamu sama Hanbin, bukan sama Daniel atau Taehyung!" Bentak Suho ke Yerin.

"Papah mana bisa gitu! Yang jalani kan mbak, bukan papah! Yerin punya jalan sendiri, pah." Sahut Yerin yang sedang asik memakan sarapannya jadi tidak nafsu lagi.

"Ini menyangkut kerjasama antar perusahaan kita sama perusahaan ayahnya hanbin, nak." Suho melunak.

"Ralat, perusahaan papah bukan perusahaan kita atau Yerin, pah." Celetuk Yerin.

Ini hari minggu jadi yang sarapan cuma Suho, Irene, dan Yerin, sisanya masih menyelam dalam mimpi. Mau ribut sampe baku hantam juga gak ada yang tau ini.

"Tolong ya mbak, bantu papah." Mohon Suho.

Irene disitu hanya mewanti-wanti jika suaminya kehilangan kesadaran dan bisa menyakiti anaknya. Jadi ia tidak terlalu ikut campur karena toh itu hidup anaknya.

Diiyain aja dulu pak Suhonya, urusan dibalik layar baru Irene yang jalankan.

"Gak mau, pah! Yerin gamau nikah cepat, dan perlu digaris bawahi, Yerin gak mau di jodohin!" Ketus Yerin

"Maaf pah kesannya Yerin kayak anak durhaka, tapi Yerin beneran gak mau terikat dengan perjodohan karena perusahaan." Lanjut Yerin.

"Kamu tolak pun, papah tetap kekeuh." Balas Suho, tenang tapi penuh penekanan.

"Udah pah gausah dipikirin yang lalu-lalu, anaknya juga udah maafin kan."

"Iya mah."

"Jadi gimana? Anak-anak yang mau nikah udah dikasih tau tentang jatah mereka?" Tanya Irene.

"Oh iya mah! Belum, lupa." Sahut Suho.

"Yah papah, makin tua makin pikun." Celetuk Irene, Suho nyengir.

"Gapapa yang penting mamah tetap cinta papah."

Iya pak, iyaaaaa.



Jaemin lagi main dikamarnya. Iya mumpung lagi meliburkan diri alias bolos karena capek kemaren baru banget balik dari Surabaya. Jujur dia gak enak badan juga. Atas izin pak Suho yth dan ibu Irene yth jadi dia lagi netflix and chill sekarang.

The Hasran'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang