Part 32: brother...

17.1K 1.1K 4
                                    

Henry pulang bersama dengan para pangeran dan jendral Hugo, ia memberi tau apa yang telah terjadi, sedikit demi sedikit air mata turun dari wajah Tao, 

"aku tidak menyangkah kalau dia akan menjadi seperti ini" kata Tao, Henry tidak tega melihat Tao menangis, ia memeluk tubuh kecil itu, 

"sekarang keputusan ada di tanganmu" kata Henry, 

"kau yang tentukan" lanjut-nya.

Wang yang dulu-nya seorang raja sekarang terjebak di dalam penjara kerajaan-nya sendiri, di dalam sebuah ruangan yang gelap dan dingin, tidak ada bunyi kebebasan sama sekali,

 "hahahahhaa mereka mempenjarakan ku hahahaha" teriak tawa-nya sambil menangis seperti orang yang sudah kehilangan akal sehat. Disela-sela tawa-nya seseorang dengan hanfu hijau mendekati-nya, ia melihat wajah munggil itu, wajah yang amat dia cintai tapi juga ia benci, 

"apa yang kau lakukan disini! Sudah puas kau membantaiku!" Teriak-nya, 

"maaf...tapi ini cara terakhir untuk menghentikan kakak dan memberikan kebebasan untuk Tao" kata gadis itu,

 "ku kira kau akan menolongku tapi ternyata kau hanya seorang pelacur penghianat" kata raja Wang, 

"aku harap kau bisa berubah" kata gadis itu dengan mata berair lalu meninggalkan tempat itu,

 "Liao!LIAO! Kembali! Kau harus selamatkan aku!" Teriak Wang sambil memukul sel besi itu,

 "beri hormat" kata seorang prajurit yang diikuti prajurit lain-nya, Wang melihat kedatangan segerombolan orang, wajah-wajah yang ia benci, 

"kenapa kalian disini?" Tanya Wang dengan wajah jengkel-nya, 

"kami membawakanmu seseorang" kata Liam, 

"Tao, Tao" kata Wang sambil meraih tangan Tao,

 "kakak...." kata Tao sambil melihat keadaan kakak-nya sekarang, 

"iya ini kakak, kau pasti akan membebaskan kakak, kan? Iya kan?" Kata Wang dengan mata memohon-nya, Tao tidak tega melihat kakak-nya yang sekarang ini, iya benar orang didepan-nya ini memang kakak-nya tapi bukan orang yang sama, dia sudah berubah menjadi monster haus akan kekuasaan, 

"maaf" kata Tao lalu melepaskan pengangan tangan itu, Wang membulatkan mata-nya ia tidak bisa percaya apa yang baru saja ia saksikan,

 "apa keputusan-mu?" Tanya Henry, Tao menghadap Henry dan menutupi mata merah-nya di balik dada Henry, 

"beri ia eksekusi" kata Tao, Wang yang mendengar hal itu, hanya bisa menjatuhkan separuh tubuh-nya di lantai, 

"kenapa?" Tanya Wang, 

"kau bukan kakak ku lagi, kau sudah banyak berubah, dan aku tidak mau kau hidup lebih lama dengan dendam dan kebencian yang kau punya, akan lebih baik jika kau mengakhiri semua-nya sekarang" kata Tao yang menahan tangis-nya, 

"kau sudah dengar keputusan-nya, kan?" Kata Thomas, 

"kita harus pergi sekarang" kata Henry sambil memeluk Tao, mereka semua pergi meninggalkan Wang yang masih tidak mempercayai realita kalau semua orang menghiatati-nya,

 "ha...hahahahahhahah" tawa-nya dengan sangat keras, tawaan itu bisa di dengar jelas oleh keempat orang tadi, 

"apa keputusan-ku benar?" Tanya Tao, 

"kau sangat menyayangi-nya, dan kau tau apa yang sudah dia alami selama ini, kau tau betul kalau dia hidup dibawah kebenciaan dan dendam, aku rasa kematian bukan hal yang buruk" kata Liam.

Didalam kamar-nya Henry mendekati Tao, "kau tak apa?" Tanya-nya, 

"iya...aku harap dia bisa menjadi orang yang lebih baik di kehidupan selanjut-nya" kata Tao sambil melihat bintang-bintang di langit, 

"apa kau siap untuk pergi ke Trubalon sebagai istri ku?" Tanya Henry,

"Henry.."

"Emm, kenapa?" Tanya Henry,

"Aku ingin menetap disini" kata Tao, 

"Kenapa? kau tidak ingin menjadi putri mahkota Trubalon? Menjadi istriku?" Kata Henry,

"Aku ingin menjadi istrimu, tapi tidak di dalam kerajaan, aku ingin hidup tanpa urusan kerajaan, hidup bebas tanpa aturan dan pertumpahan darah" kata Tao,

"Apa maksudmu?" Tanya Henry,

"Aku ingin tinggal di rumah nenek, aku ingin kita berumah tangan disana, dan memiliki anak bersama" kata Tao, Henry melihat kearah-nya, cinta memang buta tapi ia adalah putra mahkota kerajaan Trubalon dan dia tidak bisa menjadi tidak bertanggung jawab dan pergi meninggalkan tugas kerajaan begitu saja, 

"aku tau kau adalah puta mahkota, tapi sungguh aku tidak ingin berurusan dengan kerajaan, kau bisa meninggalkanku bila kau tak sanggup" kata Tao, Henry mengambil tangan Tao, 

"tidak, aku akan tetap di sisimu" kata Henry dengan tatapan jujur, Tao senang melihat-nya,

 "tetaplah disisi ku, setidak-nya sampai aku tidak bisa melihat dunia lagi" kata Tao, jlek sebuah petir melintas di hati Henry, ia baru ingat dengan penyakit Tao, 

"apa ini yang kau sangat inginkan?" Kata Henry dalam hati,

 "jangan katakan itu, aku akan tetap di sisimu selama-nya, aku akan melepaskan semua-nya hanya untuk mu, kita akan bersama selama-nya" kata Herny, 

"terima kasih karna selalu berada disisiku" kata Tao sambil menyenderkan kepala-nya di pundak Henry.

  "Selamat tinggal kak, maaf atas keegoisanku, tapi ini yang terbaik, aku yakin pangeran Henry itu orang yang jauh lebih baik dari pada yang kaka pikirkan...aku harap kau bahagia disana..."

The rebirth of RabeccaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang