Prolog

68 14 4
                                    

Malam yang sunyi dan sepi, kerlip bintang menghiasi angkasa menemani sang bulan.

Kibasan angin sejuk berhembus membuat surai merah muda itu berkibas, wajahnya yang cantik saat memperbaiki rambutnya yang halus dan merah muda.

Tok tok tok

Dia sontak melihat ke arah pintu kayu berukir bunga indah berwarna merah dengan tatapan datar tidak memperdulikan.

Tok tok tok

Lagi lagi suara ketukan pintu berbunyi seakan tak ingin menyerah sampai sang tuan pemilik kamar membukanya. Sosok sang puteri yang penuh waspada berjalan mendekati pintu sambil berjaga jaga memegang belatinya.

Kriet...

Srett

Puteri itu tiba tiba mengajukan belatinya ke arah leher sosok lelaki berambut putih bersih yang tengah membawakan sepiring roti dan susu di atas tampan coklat bundar.

"Hey hey, letakkan kembali belatimu itu. Aku bukan musuhmu tau"

Sang puteri itu hanya menghela napas lalu kembali menuju balkon meletakkan belatinya kedalam saku seragam bangsawanny.

" Dhyza, kamu nggak makan dulu?" Tanya lelaki itu yang tiba tiba duduk di ranjang sang putri yang ia panggil 'Dhyza'

"Kamu gak tau sopan santun Yuu!" Dhyza mem-pout-kan mulut mungilny karena marah kepada Yuu, lelaki yang sedang duduk diranjangnya.

"Sekali kamu meniduri ranjangku, nggak segan segan tubuhmu aku hancurkan hingga tak tersisa lagi tulang belulangmu!" Batin kesal Dhyza.

" Dhyza makan gih! Ntar kamu sakit gimana?"

"Aku tuh udah sakit! Kamu tau kan!"

"Ah..aku tau kamu itu sudah sakit, makannya harus sembuh!"

"Nggak ada obatnya"

"Makannya jaga kesehatan jangan sampe sakit itu makin bertambah"

"....."

Kini suasana seisi kamar menjadi hening dan hanya ada angin yang mengibaskan rambut mereka bersamaan. Kedua sorot mata mereka seakan menatap satu sama lain dengan dalam.

Tok tok tok

"Permisi tuan putri Dhyza dan tuan pangeran Yuu, ada sebuah surat dari wilayah sebrang" kata seorang pelayan yang datang dengan membungkuk hormat.

"Sepertinya akan ada hal yang seru nih"

"Tch! Jangan gila Dhyza, kamu nggak merasa bersalah sama para rakyat disana?"

"Untuk apa?"

"Mereka sudah menumpahkan seluruh darah dan peluh mereka sebulan yang lalu, dan sekarang? Kita mau menyuruh mereka untuk perang lagi? Mereka juga membutuhkan kedamaian"

"...."

Lagi lagi hening melanda seisi ruangan dan keheningan itu tak berlangsung lama saat sosok perempuan meloncat masuk dalam balkon Dhyza.

"Dhyza! Yuu! Gawat!"

"Hena! Bisa tidak kalau lewat itu dari pintu jangan seenakny lewat dari balkon orang?!" Tatap Dhyza tajam dan tersenyum seram ke arah Hena.

"Iya iya lain kali aku usahakan" jawab Hena merasa tak peduli lalu seketika menjadi serius kembali.

"Apa yang gawat Hena?"

"Pasukan musuh sudah bergerak diluar sana, kita juga harus segera bergerak!"







TBC!

Jgn lupa vote n komenny y, makaseh :)

Dangerous Area [★DF★]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang