10. Your Habit

21 1 0
                                    

🍊🍎🍌

Aisyah memintaku mengantar untuk membeli beberapa buah setelah pulang dari dokter Bambang. Ada jeruk, mangga muda, jambu air, leci, pisang dan apel. Katanya, dia akan membuat asinan dari berbagai macam buah tersebut.

"Gue pernah lihat di youtube buat bikin asinan buah gitu, ntar lu cobain ya, Mo," kata Aisyah sambil memilih beberapa mangga ke dalam keranjang.

"Yakin mau beli buah sebanyak ini?" aku bertanya penuh keraguan.

"Iya lah, nanti sebagian lu bawa ke kontrakan aja. Lu butuh banyak makan buah dan sayur, biar badannya sehat," jawab Aisyah sengaja menggodaku.

"Badan kurus begitu, emang di Jepang nggak ada sambal tempe?" Aisyah masih saja menggodaku. Ternyata ia masih ingat apa makanan favoritku. Sambal tempe. Aku tertawa mendengar ejekannya.

"Nggak ada lah, di sana yang banyak sushi, tahu sendiri kan aku nggak doyan banget makanan kayak gitu," selorohku. Perempuan itu malah semakin mengejekku.

"Gue pikir berbulan-bulan di negeri orang, lu udah lupa ama sambal tempe," ledeknya. Kemudian kami sama-sama tertawa.

Aku layaknya suami yang siaga dan setia kepada istrinya yang tengah hamil, kuturuti kemana pun ia ingin pergi sambil sesekali mengingatkan untuk istirahat, aku tidak ingin dia kecapekan.

"Ntar mulai Senin depan gue harus masuk kerja lagi, nih." celetuk Aisyah, ia tengah memilih beberapa flat shoes di toko sepatu.

"Yakin udah beneran siap masuk kerja?" aku seolah sangat protektif padanya. Aisyah mengangguk mantap.

"Bagus yang mana? Ini atau ini?" Aisyah menyodorkan dua buah sepatu yang menurutku sama saja.

"Bedanya apa coba?" aku bingung.

"Lihat deh, ini tuh beda di model kakinya. Kayaknya kaki gue ya, yang berubah?" Aisyah malah memperhatikan kedua kakinya. Aku mengikuti gerakan mata Aisyah. Kakinya sedikit bengkak.

"Tuh kan, bengkak gitu. Duduk dulu lah," pintaku. Lalu kudorong keranjang belanja yang berisi buah menuju kursi panjang di sekitar pajangan sepatu. Kuraih bahu Aisyah lalu menuntunnya duduk di kursi panjang itu.

"Gue nggak apa-apa kali, Mo. Lu lebay, deh." protesnya.

"Aku nggak mau kamu keras kepala kayak gini, kamu tuh sekarang lagi hamil, jangan suka ngeyel kenapa, sih?" aku malah mengomel.

"Dih, jadi kayak emak-emak banget deh lu," godanya sambil mencubit gemas hidungku.
Aku ikut duduk di samping Aisyah.

"Denger ya, aku nggak mau kalian kenapa-napa. Aku mau kamu sama debay terus sehat, jadi please, tolong nurut sama aku," jelasku sambil intens menatap Aisyah.

"Iya, Monyet." balas Aisyah singkat.

"Ntar debay manggil aku Monyet juga?" tanyaku sedikit protes. Aisyah malah tertawa terbahak-bahak hingga mengeluarkan air mata.

"Ya enggak dong. Ya udah, gue nggak manggil gitu lagi deh. Malu ah, ntar debay dengerin." jawab Aisyah setelah ia berhasil meredakan tawanya.

"Terus manggil gimana?" tanyaku penasaran.

"Om Farid," ucap Aisyah singkat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang