Chapter 1

32.2K 1.1K 171
                                    

Bagus Amitara, berkulit coklat, tinggi, alis yang menukik tajam, mata yang menggambarkan dominan, juga rahang tegasnya.
Lelaki jawa tulen yang sudah terpengaruhi gaya orang Jakarta. Setiap malamnya ia tidak pernah absen dari hingar bingar dunia malam, bahkan lelaki itu tidak pernah lepas dari makhluk bernama perempuan.

"Bagus" panggil Ratna dengan raut wajah sedih.

"Ya, ibu?"

"Kamu itu cah bagus, tingkahnya juga harus bagus. Ibu ngasih nama itu buat do'a nak" ujarnya dengan tutur kata lembut.

Bagus menahan dengusannya agar tidak menyakiti hati sang ibu. Ibunya mulai berceramah lagi.

"Ibu ini perempuan Bagus, nggak seharusnya kamu mempermainkan mereka. Ibu capek kamu gonta-ganti terus nak"

Bagus tersenyum manis, dia mengecup pipi ibunya penuh sayang.

"Ibu, Bagus harus cari pasangan yang pas. Pas buat Bagus, juga buat ibu sama bapak ke depan. Makanya Bagus lagi nyari" alasan itu terucap dibibirnya.

Ratna hanya bisa diam. Dia belum berani dengan keras melarang putranya, sementara Mas Dimas sendiri belum mengetahui akan hal ini karena sibuk bekerja.

"Ya sudah, ibu mau balik ke kamar dulu" ujar Ratna sambil mengusap wajahnya dengan raut pusing memikirkan tingkah putranya.

"Iya, bu"

***

Bagus bergerak dengan irama tubuh yang terhentak-hentak. Setelah memberikan alasan kepada ibunya, wanita manis lemah lembut itu tidak tau harus melarang bagaimana lagi. Bermacam-macam alasan yang digunakan Bagus, dan Ratna tidak bisa bertingkah lebih tegas pada putrnya. Itu karena sifat welas asih-nya yang didapat dari ajaran kedua orang tuanya saat di Jogja dulu.

"Bagus! Lo dateng kesini lagi bro?" Seseorang menepuk pundaknya dari belakang, membuat lelaki itu menoleh dan menemukan teman sekampusnya.

"Yoi bro!" Jawab Bagus dengan keras.

Keduanya menepi dari area dance floor, dan mulai memesan minuman di bar.

"Lo makin keren aja sekarang! Sering main kesini?" Tanya Alex dengan akrab.

"Iya, inikan tempat tongkrongan gue. Gue lebih suka club yang ini, dari pada yang lain!" Jawabnya sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja bartender.

"Berarti lo kenal sama cewek di sudut sana?" Tanya Alex menunjuk seorang wanita seksi dengan dress pendek terbukanya yang berwarna merah.

Bagus menyeringai, matanya berkilat. Sesaat mata Bagus juga cewek tadi bertabrakan, dan Bagus hanya mengerlingkan matanya.

"Maksud lo Linda? Gue pernah main sama dia sekitar 3 kali" cerita Bagus.

Alex menepuk lengan lelaki itu dengan keras sambil tertawa terbahak.

"Keren lo bro! Dia bukan pacar lo kan?"

"Nggak, waktu itu gue sama dia cuma have fun doang"

"Kalo gitu gue minta nomernya ya! Gue mau deketin dia ntar"

Bagus mengangguk, lelaki asal jawa itu segera menenggak wine yang sudah dipesannya dalam sekali teguk diikuti Alex. Setelah itu keduanya tertawa dan larut bercanda serta menggoda beberapa wanita yang menarik minta keduanya.

***

Ratna meremas tangannya berkali-kali, keringat dingin membasahi tangan wanita paruh baya yang masih ayu itu. Matanya melirik kearah jam dinding di ruang tamu, pukul 02.00 dini hari. Dan Bagus belum pulang!

"Ndoro ayu lebih baik istirahat, biar saya yang menunggui Den Bagus" ujar wanita tua dengan suara halus yang medok.

"Biar saya yang menunggui Bagus, bi! Biar bibi istirahat saja, ini sudah malem besok bibi harus masak pagi-kan?"

"Mboten menopo ndoro" jawabnya.

Ratna dengan tegas menolak, "bibi taukan? Bagus tidak suka makanannya telat matangnya? Besok bagaimana dia makan jika bibi tidur terlambat?"

Dengan terpaksa Kusinah undur diri, dia tidak bisa menolak permintaan ndoro ayu lagi karena memang benar. Bagus tidak bisa menunggu, lelaki itu akan merasa kesal apabila sarapannya belum siap. Bagi Bagus makan pagi haruslah dirumah!

Suara pintu terbuka membuat Ratna bergegas mendekati pintu, benar saja disana Bagus berdiri sempoyongan.

"Bagus! Aduh, kenapa kamu mabuk lagi?" Ujar Ratna dengan suara tercekat.

"Ibu---" hanya kata-kata itu yang disuarakan Bagus.

Ratna bergegas membantu langkah Bagus yang hampir jatuh, wanita itu segera membawa tubuh anaknya kedalam kamar.

"Duh gusti! Paringono kulo kesabaran!" Tangisnya dengan suara terisak.

Dengan hati-hati Ratna melepas sepatu anaknya, juga beberapa kancing baju Bagus supaya tidak kepanasan. Dibasuhnya wajah, tangan, juga kakinya supaya dia merasa nyaman saat tidur. Dalam hati Ratna benar-benar berharap, semoga Bagus dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik!

***

AB-LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang