an: foto di atas itu bener2 bikin soft :(
---
"Wah!!"
Mingyu terperanjat kaget mendapati Minghao yang terduduk diam di sofa ruang tengah. Cahaya remang dari lampu jalan yang menerobos jendela tanpa korden hanya mencukupi untuk menyetak siluet Minghao, membuatnya mirip hantu di penglihatan Mingyu yang setengah tertidur.
"Kau ngapain Myungho-ya? Menakutkan tau tidak." Ujar Mingyu. Jika dia sedang sepenuhnya sadar, Mingyu tidak akan berkata demikian. Masalahnya dia sangat mengantuk dan hanya ingin tidur. Tapi tenggorokannya terasa sangat kering dan mencegahnya terlelap.
Minghao tersadar dari lamunannya berkat teriakan Mingyu, "Maafkan aku, Mingyu-ssi."
Mingyu mengerutkan dahinya. Memang mereka belum sedekat Mingyu dengan Seokmin atau Mingyu dengan Seungcheol atau Mingyu dengan siapapun itu. Tapi tetap saja dia merasa terganggu. Mereka berdua masih memakai bahasa yang terlalu formal, selayaknya rekan kerja.
"Tidak usah terlalu kaku denganku, Myungho-ya." ucap Mingyu seraya mengambil segelas air dari keran wastafel, "Kita ini seumuran."
Minghao merapatkan kedua lututnya yang ia dekap ke dada, "Um, baiklah. Maafkan aku, Mingyu."
Mingyu membawa gelasnya mendekati Minghao dan mendudukkan diri di sampingnya, "Berhentilah terlalu kaku, Myungho-ya." Mingyu menghela napas, "Apa aku semenakutkan itu?"
Bukan pertama kali seseorang merasa terintimidasi dengan Mingyu; tinggi badannya yang di atas 180 cm dan tampangnya yang gagah membuat imejnya terlihat sangar. Mereka tidak tahu saja kalau Mingyu bahkan takut kecoak.
MInghao menatapnya bingung. "Apa yang kau bicarakan?"
"Aku," Mingyu menggestur dengan tangannya, "Seram?"
Minghao menegakkan badannya dan mencoba menahan alisnya untuk tidak berkedut. "Aku tahu maksudmu. Aku hanya tidak mengerti apa yang kau bicarakan."
"Ah..." Mingyu mengangkat kedua alisnya. Itu kalimat terpanjang yang pernah pemuda Tiongkok itu sampaikan padanya. "Maaf, maksudku, apa kau menganggap aku seram?"
"Memang apa yang seram darimu?"
Kini giliran Mingyu yang menahan kedutan di alisnya. "Kau tidak menganggap aku seram?" Lagi-lagi dia mengerakkan tangannya ke atas dan kebawah sambil mendelik, seolah ingin mengatakan, '187 cm, kulit tan, wajah garang dan bergigi taring. Kau tidak takut?' Seperti mendeskripsikan anjing saja.
"Tidak. Sama sekali tidak." Minghao diam selama beberapa saat, kemudian menautkan alisnya, "Haruskah aku takut?"
Muka Minghao yang terlihat keterlaluan polos itu membuat Mingyu tiba-tiba terbahak.
"Apa? Kenapa kau tertawa?!" Kini Minghao sudah duduk tegap dan meluruskan kakinya. Raut mukanya berubah masam dengan cepat.
"Kau—! Hah! Mukamu—!!" ucap Mingyu di sela-sela tawanya.
"Apa?! Apa?!"
"Kau itu polos atau bodoh sih?" Mingyu tergelak.
MInghao memicingkan matanya, "Katakan itu sekali lagi."
Mingyu menyeka air matanya yang menetes, "Hah?"
"Katakan sekali lagi kalau berani." Minghao menatap Mingyu lurus dan membusungkan dadanya sedikit. Bagi Mingyu ia malah terlihat seperti ayam jago, atau malah marmut.
"Heh," Mingyu menyeringai, kini ganti menatap Minghao dengan menyebalkan, "Myungho bodoh."
"YAK!!!"
Dan Seokmin di pagi harinya akan menemukan mereka berdua tertidur di karpet ruang tengah, dengan bulu-bulu angsa yang berserakan.
Karena malam itu diakhiri dengan perang bantal, juga sekuncup pertemanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario [gyuhao]
Fanfiction[completed] Xu Minghao, si pemeran pembantu dalam kisah Kim Mingyu. ⚠️this fiction has discussions on sexuality and identity issues.