5. Tawa

1.6K 214 5
                                    


"Baiklah. Istirahat lima belas menit." Putus Soonyoung akhirnya.

Para member yang kelelahan setelah latihan koreo selama tiga jam tanpa jeda pun ambruk, dengan sedikit tenaga yang tersisa berusaha menjaga jarak agar tidak saling tindih dan mencampur keringat mereka.

Minghao mendudukkan dirinya dekat pintu, menjauhi hawa dingin AC di pojok ruangan yang bisa membuatnya sakit.

Sebotol air mineral yang tiba-tiba menempel di tengkuknya membuat Minghao berjengit, mendapati Mingyu berdiri di sampingnya, tersenyum lebar sampai menampakkan giginya.

"Nih, minum." Ujarnya, sebelum mendudukkan diri di samping Minghao dan meneguk botol miliknya sendiri. Bedanya, punya Mingyu dingin.

Minghao dengan senang hati meneguk habis botol 500ml itu. Tidak memerdulikan perutnya yang jadi kembung air dan mungkin akan membuat menari menjadi tidak nyaman.

"Hei! Hanya Myungho nih?" seru Jeonghan yang masih terkapar lelah.

"Karena hanya Myungho yang mau membantuku masak dan bersih-bersih!" ketus Mingyu.

Jeonghan berdecak sebelum mendudukkan dirinya, "Bukan salahku kau dengan suka rela mau jadi 'ibu rumah tangga', kan?"

Mingyu melemparkan botol yang kini kosong ke kepala Jeonghan, dan malah mengenai Seokmin.

Seokmin memungut botol itu dan merematnya, menimbulkan bunyi yang amat renyah, sebelum membuangnya di tempat sampah dekat Mingyu duduk, "Aku juga sering membantumu, tapi kau tak pernah membelikanku minum."

Jeonghan menarik lengan Seokmin dan mendekapnya, "Cup cup cup, anakku Seokminnie~." Seokmin berpura-pura menangis, mengikuti akting Hyungnya, "Mingyu hanya sedang puber."

"Yah! Aku sudah 20 tahun, Hyung!"

"Tapi kalau melihat kelakuan Mingyu-hyung, sepertinya masa pubermu masih belum selesai." sahut  Chan yang terduduk di sebelah Jeonghan, sebelum mengangkat kedua tangannya saat Mingyu menatapnya tajam, "Sorry~."

"Jangan berani-berani kau jahati bayiku, Mingyu!" Seru Jeonghan sebelum mendekap Chan ke pelukannya, menggantikan Seokmin yang kini tengah tertawa melihat ekspresi jengah Chan, "Dino nugu aegi~?"

Chan menghembuskan napasnya dan menyahut lemas, "Jeonghan-hyung aegi."

Minghao terkekeh melihat pemandangan imut di depannya, sebelum alisnya mengerut.

Mingyu yang menyadari itu pun menyenggol pundaknya, "Hei," Minghao menatapnya, "kau tak apa?"

"...ya," jawabnya ragu, "hanya saja... Kalau Chan itu bayi Jeonghan-hyung, terus ibunya kemana?"

Keempat teman grupnya pun tertawa akan Minghao yang terlihat begitu serius.

"Jeonghan-hyung itu suami yang buruk, Hyung. Ibuku kabur karena tidak tahan padanya." cerita Chan dengan raut sedih.

Jeonghan mendelik, "Ngawur kau! Aku suami yang hebat ya!"

Chan mencibir.

"Tunggu sebentar, anak-anakku." kata Jeonghan kepada Chan dan Seokmin, sebelum kemudian berteriak, "Jisoo-yah!!"

Joshua yang sedang bercakap-cakap dengan Vernon pun menoleh dan menatap Jeonghan penuh tanya, sebelum menghampiri lima orang yang duduk bergerombol dekat pintu.

"Katakan 'iya'." Titah Jeonghan padanya saat Joshua telah duduk.

"Hah?"

"Ck! Katakan saja!"

"Um, iya?" ucap Joshua ragu. 

Jeonghan tersenyum senang sebelum kembali menatap Chan dan Seokmin. "Nah, Jisoo telah menerima lamaranku, jadi mulai sekarang dia adalah ibu baru kalian!"

Pipi Joshua memerah sebelum memekik, "Yah! Kapan kau melamarku?!" Terlihat dia ingin memukul Jeonghan sebelum Seokmin menghambur ke dekapannya.

"Ibu!!!" Seru Seokmin dramatis, "Kemana saja kau selama ini?"

"Hish, mau-maunya kau punya suami macam ini, Hyung." Timpal Chan.

Minghao melirik Mingyu dan tawanya perlahan terhenti, fokusnya teralih pada gigi taring Mingyu yang terlihat mencuat saat dia tertawa lebar, agak mengkilat terkena sinar lampu ruang latihan yang lebih lapang dari saat mereka trainee.


-------


Semenjak kejadian di ruang latihan, entah mengapa Minghao sering mendapati matanya mencari-cari Mingyu.

Tadinya dia pikir itu normal. Mingyu adalah temannya yang paling akrab di tim, dia yang paling banyak menghabiskan waktu dengan Minghao yang ternyata punya banyak kesukaan yang sama, meski dengan kepribadian berbeda.

Yah, normal.

Normal.

Sampai pada suatu tempo hari yang tidak terlalu penting, terlebur dalam jadwal padat yang membuat hari-harinya berjalan cepat, Jeonghan tersenyum penuh arti padanya.

Bukan suatu momen yang penting. Seventeen sedang beristirahat di ruang ganti setelah rehearsal guna penampilan di Music Bank (mereka sedang melakukan comeback untuk lagu 'Boom Boom'), bersenda gurau sambil menunggu makanan mereka datang.

Tidak ia sadari sebelumnya. Tapi sebelum beradu tatap dengan Jeonghan, matanya melekat pada Mingyu dan kekehannya. Bagaimana bibir merah itu tertarik dan mengekspos gigi-giginya, matanya menyipit saat dia mendongakkan kepala karena tertawa terlalu kencang, jakun yang bergerak-gerak di pusat lehernya yang jenjang.

Pipi Minghao memerah sebelum memutus kontak mata dengan Hyungnya yang sekarang berambut pendek.

Apakah dia sejelas itu? Sudah berapa lama dia memerhatikan Mingyu sampai Jeonghan sadar?

Dengan agak terlonjak dia memperhatikan membernya yang lain. Degupan jantungnya melirih lega saat mereka masih sibuk ngobrol. 

Dia memberanikan diri untuk melirik Jeonghan lagi, yang ternyata sedang tersenyum lembut kearahnya. Senyum yang seolah mengatakan kalau dia akan ada saat Minghao membutuhkan, dan bahwa rahasia ini aman bersamanya. 

Setelah dengan kikuk Minghao membalas senyum itu, Jeonghan melanjutkan percakapan dengan Vernon yang sibuk dengan handphonenya. Sesekali pemuda blasteran itu berdeham agar Jeonghan tahu kalau ia mendengarkan.

Fokus Minghao terbuyarkan lagi saat tubuh di sampingnya tergelak. Rupanya, Seungkwan baru saja melontarkan lelucon yang sangat konyol hingga Mingyu hampir terguling.

Dengan sigap Minghao menangkap lengan pemuda Anyang tersebut.

"Hah... Makasih," ucap Mingyu tersengal, "Myungho-ya."

Minghao hanya membalas dengan anggukan; terlalu kalut dalam pikirannya yang sibuk memutar ulang tawa sahabatnya.

Love Scenario [gyuhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang