CHAPTER 12 - Chara

43 3 0
                                    

"Tunggu! Bagaimana dengan Agatha?" Tanya Chres sambil mendesak Seraphim itu.

"Kita harus menemukan buah-buah yang lain sebelum orang itu menemukan mereka!" Jawab Seraphim itu dengan berwibawa.

"Tapi...," kata Modestia memikirkan nasib Agatha yang malang.

"Maafkan aku," ucap Seraphim itu dalam hatinya.

***


Tibalah mereka di Eropa, tepatnya pada Era Kegelapan. Suasananya tidak jauh berbeda dengan di Korea sebelumnya, diselimuti suasana abu-abu, hanya saja di Eropa ini lebih banyak berhiaskan rumah-rumah kayu yang megah dan gereja-gereja besar dengan kaca jendela berupa mozaik-mozaik berlukiskan kisah hidup Yesus Kristus. Menara-menara berpuncak salib juga menjulang tinggi dari gereja-gereja itu. Kain yang digunakan sebagai pakaian masyarakat saat itu didominasi warna putih, cokelat terang, dan coklat gelap.

Bisa terlihat betapa gereja sangat berkuasa saat itu. Siapa saja yang pola pikirnya menyimpang dari pola pikir gereja pasti akan dipenjara. Segala sesuatu yang mengembangkan ilmu pengetahuan dianggap sebagai ilmu sihir yang menentang gereja. Seakan-akan gereja adalah pusat kerajaan dunia.

Masyarakat terlihat menderita. Bukan hanya karena kebebasannya terkekang oleh gereja saat itu, melainkan juga karena kehilangan beberapa anggota keluarga akibat menjadi pejuang sebagai ksatria perang salib.

Seraphim itu bersama dengan kelima buah yang lain berjalan di jalanan yang cukup ramai.

"Warna wajah mereka sangat suram. Tidak satupun yang cerah," kata Modestia dengan penuh rasa iba.

"Kau benar. Entah apakah yang membuat mereka menjadi seperti ini," kata Fidés membalas perkataan Modestia tadi.

"Ini karena perang yang terjadi. Rasanya aku agak kurang memahami tentang perang ini, tapi kelihatannya ini adalah perang yang besar, sehingga mempengaruhi masyarakat yang lain," kata Seraphim itu.

Di tengah keramaian, Seraphim itu tanpa sengaja melihat wajah yang familiar. Wajah perempuan yang terasa dikenalnya. Wajah itu membuatnya mematung, mencoba mengingat-ingat wajah siapakah yang dipikirkannya itu.

"Kau baik-baik saja?" Tiba-tiba Eirene bersuara, memecah keheningan dalam diri Seraphim itu, membuatnya tersadar pada keadaan.

"Ah, ya. Aku baik-baik saja," jawab Seraphim itu.

Dihadapkanlah lagi wajahnya untuk menangkap wajah tadi, namun perempuan itu telah lenyap di keramaian.

"Astaga. Banyak sekali yang menjadi korban perang salib itu," kata Kei.

"Aku tidak tahu bagaimana mereka bisa bertahan menghadapi situasi ini," kata Chres sambil melihat orang-orang di sekitarnya yang sama sekali tidak tersenyum.

Tanpa yang lainnya sadari, banyak pasang mata ternyata telah memandang mereka dengan penuh rasa penasaran. Hanya Seraphim itu saja yang menyadarinya. Dia kemudian mengajak yang lainnya untuk mencari pakaian.

Seraphim itu menjadi tembus pandang, menyelinap di perumahan masyarakat, kemudian menyambar beberapa pakaian untuk dikenakan olehnya dan para buah.

"Huh--huh--huh..."
"Hiks...hiks..."
"Ahh--..."
"Huh...--"
Terdengar suara tangisan dari para wanita, anak-anak, dan orang-orang tua meratapi kepergian keluarga mereka yang ikut berperang. Mereka hanya menjerit menangisi berita kepergian kerabat mereka karena jasad-jazad itu tidak digotong kembali ke peradaban.

"Demikianlah pengumuman dari gereja kepada masyarakat sekalian. Harap jangan bersedih karena percayalah, mereka meninggal untuk membela gereja! Mereka pantas disebut ksatria!" Begitulah kira-kira pengumuman yang terdengar dari pusat alun-alun kota, yang disampaikan oleh juru bicara gereja.

The Fruit of Seirei [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang