CHAPTER 20 - Epilogue\The Fruit of Seirei

53 4 0
                                    

          "Kami sangat berterima kasih kepadamu, Xerphiel," kata Barakiel, Tetua Seraphim yang duduk di tahta paling kanan.

"Adalah suatu kehormatan bagiku untuk melaksanakan tugas ini," jawab Xerphiel,
"Namun, tugasku ini belum selesai. Buah Pohon Seirei itu sudah dihancurkan oleh Helel, dan sekarang aku harus mengembalikan Buah-buah itu," lanjutnya.

"Baiklah. Tapi, dalam melanjutkan tugasmu itu, kau harus belajar mengatur waktumu, karena dalam beberapa tahun kedepan kau harus mempersiapkan diri untuk menjadi seorang Tetua Seraphim," kata Tetua Seraphim yang duduk di tahta paling kiri.

"Ada banyak yang harus kau pelajari," lanjut Tetua Seraphim yang duduk di tahta kedua dari kiri.

"Tentu saja, Tetua," kata Xerphiel, menerima tawaran para Tetua untuk menjadi seorang Tetua Seraphim.

"Satu lagi, Xerphiel. Kami akan mengerahkan beberapa Seraphim dan Malaikat untuk membantumu dalam tugasmu ini," kata Tetua Seraphim yang duduk di tahta kedua dari kanan.

          Di dalam menara itu, terdapat lima tahta yang sangat tinggi, tempat para Tetua Seraphim duduk. Tahta-tahta itu membuat menara yang megah itu menjadi lebih megah. Menara dengan berbagai ornamen berwarna putih itu benar-benar menjulang sehingga dari sudut peradaban manapun, menara itu dapat terlihat. Tahta Tetua Seraphim itu seluruhnya berjumlah 5 buah, dengan tahta yang berada di tengah dalam keadaan kosong, tidak diduduki siapapun. Tahta itu pada awalnya adalah tahta Hariel, ibu Xerphiel, Tetua Seraphim yang dibunuh Helel bertahun-tahun yang lalu. Tahta itu saat ini sedang dipersiapkan untuk diduduki Xerphiel suatu hari nanti, ketika ia sudah siap mengemban kewajiban sebagai seorang Tetua Seraphim.

***

          Ketika Xerphiel keluar dari menara, ia disambut oleh ayahnya bersama dengan Bariel dan Gamariel.

"Apakah mereka menanyakan tentang keganjilan yang ada pada Buah-buah Seirei?" Tanya Herphiel, ayahnya.

"Tidak, mereka tidak menanyakan apapun tentang itu," jawab Xerphiel dengan bingung. Ia bingung, kenapa para Tetua tidak menanyakan tentang itu. Apakah para Tetua tidak mengetahui hal tersebut?

"Lalu, kenapa kau tidak mengatakannya?" Tanya Gamariel.

"Entahlah. Kurasa aku akan menyelidikinya sendiri," jawab Xerphiel dengan ragu.

"Begitu, ya. Tenang, kami akan membantumu," balas Gamariel.

"Terima kasih," kata Xerphiel.

          Mereka kembali ke pusat Peradaban Seraphim. Suasana di peradaban itu sangat tenang dan damai. Burung-burung berkicauan, pohon-pohon bergoyang ditiup angin kecil, dan suara para Seraphim dan Malaikat yang bertegur-sapa meramaikan suasana di Peradaban itu. Bukan hanya Peradaban Seraphim, Peradaban Malaikat dan seluruh Firdaus juga sangat tenang dan damai.

Hutan Firdaus terlihat sangat indah dengan diselimuti cahaya matahari yang kuning keemasan. Angin sepoi-sepoi mengayunkan dedaunan di setiap pohon dengan sangat anggun gemulai. Kicauan burung dan suara jangkrik berpadu dengan suara hutan membuat suasana terasa sangat menyentuh hati. Cahaya keemasan terlihat masuk melalui celah-celah daun dan pohon, menerangi bagian dalam hutan yang agak remang tertutupi bayangan pohon.

***


          "Tuan, anda memanggil saya?" Tanya seorang Malaikat ketika melewati sebuah daun pintu yang berbentuk segi lima dan memanjang ke atas.

Di dalam ruangan itu, Xerphiel, bersama dengan ayahnya, Bariel, Gamariel, dan beberapa perwakilan Seraphim dan Malaikat sedang melakukan rapat tentang apa yang akan mereka lakukan dalam melanjutkan tugasnya itu.

The Fruit of Seirei [COMPLETED]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang