Dua

135 41 8
                                    

Siang ini cuaca begitu terik sampai Anjani tak sadar telah menghabiskan 3 gelas Es tea nya.
"Woy Anjani, lu kapan buka hati?". Ujar Bella

"Kapan ya? Nunggu pangeran berkuda datang menjemput gue".

"Emang daya halu lu itu udah tinggi banget". Sambil menjitak kepala Anjani.

"Sakit bego, diem ahhh Anda ini bacot mulu heran". Sambil mendengus kesal dan berlalu meninggal teman sialan itu.

"Woy Anjani, malah ditinggal ini minuman lu siapa yang bayar? Masa gue lagi? Sialan emang lu". Ucap Bella dengan mencak-mencaknya.

~Dikelas


Setelah adegan dikantin, Anjani duduk dengan tenang sambil membaca dunia orange hingga suara bel terdengar diikuti dengan Bella masuk ke kelas tak lupa juga wajah  kekesalannya karena harus membayar es tea yang diminum Sanjani. Saat hendak mengomel ke arah Anjani tiba-tiba guru masuk.

"Awas lu, tunggu pembalasan gue". Ujar Bella sambil melirik sinis ke arah Sanjani

"Santaiii dong mba". Dengan senyuman menyebalkan serta wajah tak berdosa nya.

Setelah perdebatan kecil itu, mereka kembali ke dunia masing-masing. Diah, yang memperhatikan guru menerangkan materi didepan. Sedangkan Sanjani, tanpa ada minat sedikitpun untuk memperhatikan guru, ia sudah langsung membuka aplikasi orange tidak lain dan tidak bukan yaitu Wattpad setelah itu Sanjani berfantasi dengan imajinasi nya sendiri.

Setelah 2 jam berlalu, akhirnya bel pun berbunyi namun, guru yang di depan belum memperbolehkan murid-murid nya untuk keluar dikarenakan ada pengumuman penting.

"Sekian dulu yang dapat bapak sampaikan, oh iya bapak mau ngasih pengumuman terlebih dahulu."

"Berhubung 2 bulan kedepan sekolah kita akan mengikut lomba Olimpiade Sains Nasional (OSN) dan bapak dipercaya sebagai pembimbing dari lomba OSN bidang Kebumian bapak akan menunjuk 3 orang dari kelas ini untuk mengikut seleksi besok. Bapak akan memanggil nama-namanya. Nama yang disebut harap mengacungkan tangan.

"Ahmad Fatih".

"Hadir pak".

"Melinda Yuria".

"Hadir pak".

"Dan yang terakhir, Sanjani Amira".

"Loh? Saya pak? Saya mana ngerti soal begituan".

"Jangan meremehkan kemampuan kamu Sanjani, bapak tahu kalau kamu itu mempunyai kemampuan diatas rata-rata".

"Aamiin". Jawab Sanjani dengan malas nya.

"Yasudah bapak akhir sampai disini, Wassalamu'alaikum".

Sepeninggal pak Suryono, kelas mendadak ribut seperti pasar, yang cewe berkumpul sepertinya akan bergosip ria dan yang cowo mulai melakukan aksinya mendadak menjadi artis bedanya ini memiliki suara yang Naudzubillah merusak telinga. Sedangkan Sanjani hanya menenggelamkan wajahnya di meja tak menghiraukan ke-absurdan teman-teman nya.

"Lu serius mau ikutan begituan?".

"Coba aja dulu, lagian masih seleksi, males banget aslinya."

"Good luck!  Punya kepintaran itu harus dimanfaatkan jangan didiamkan begitu saja, lama-lama nanti tumpul kek pisau yang belum diasah".

"Tumben lu bijak nasehatin gue, biasanya juga ngeselin". Melirik sinis ke arah teman sebangkunyan itu.

"Ahelah lu mah gitu mulu, gue kan masih keturunan Mario Teguh".

"Serah lu ahh, gue mau lanjut tidur nih bangunin kalau udah bel pulang".

"Dasar kebo, pantes Jomblo".

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, namun Sanjani masih duduk ditempatnya sedang mengumpulkan nyawa sebelum berjalan untuk ke gerbang menunggu jemputan nya. Setelah dirasa cukup, Sanjani bangkit dan langsung menuju ke gerbang sekolah karena papah nya sudah tiba untuk mengajak Sanjani pulang kerumah.

"Udah nunggu lama pah?". Tanya Sanjani sambil menyalami tangan papahnya.

"Ngga kok, gimana sekolah nya?".

"Lancar pah, besok Sanjani ada seleksi OSN bidang kebumian untuk mewakili sekolah Anjani". Sambil memakai Seatbelt nya.

"Bagus dong, semangat yaa anak papah, pasti lolos kok dan mewakili sekolah kamu". Seraya senyum tulus dan mengajak rambut anak nya.

"Aamiin pah, doain Anjani yaa".

"Pasti sayang".

"Yaudah jalan pah, Anjani udah laper nih". Dengan cengiran khas nya sambil mengelus perutnya.

"Dasar perut karet, tapi aneh nya kamu tidak gendut-gendut."

"Anugerah pah, idaman para wanita".

Papah nya Anjani hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anak nya lalu menjalankan mobilnya menuju kerumah nya.

Jangan lupa vote + comment yaa readres ❤

SanjaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang