Epilog

44 1 0
                                    

-Epilog-

Dengungan logam dan kayu saling beradu di dalam lebatnya hutan. Tampak seorang pemuda melatih ilmunya menghancurkan belasan boneka kayu di depannya. Pisareh di tangan kanannya dan Waruga di tangan kirinya menari lincah bersama raga lelaki itu. Samar – samar, datanglah pak Taruna hendak menemui pengguna senjata itu. Pemuda itu menghentikan latihannya sejenak lalu berisitirahat sembari menemui pak Taruna.

"Bagaimana latihanmu, Sata?" tanyanya.

"Aku bisa mendengar suara Pisareh tapi Waruga masih membisu"

"Wah, berarti Waruga belum move on yha", ucapnya "Sini, tak buang saja Waruga"

"Mulutmu saja sana yang dibuang", jawabnya "Dua senjata ini kan memang unik seperti ini"

"Iya, biasanya satu senjata pusaka hanya akan memilih satu pengguna tapi dua senjata itu memilih dua pengguna", ucapnya "Ah, andai Mandala masih disini"

"Jangan bicara seperti itu, Kak"

"Ashiap, maaf ya"

Semilir angin berhembus lembut menyapa mereka. Di bawah teduhnya pohon, mereka beristirahat sembari menatap langit.

"Perjuanganmu tidak sia – sia, Mandala", guman Sata.

-Epilog End-

4 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang