Bab 9

23 0 0
                                    

            Tanah lapang di dekat pelabuhan waktu itu dipenuhi orang – orang yang terluka akibat pertarungan hebat. Anjani terbangun dari pingsannya. Di tangan kanannya ia menggenggam erat Waruga. Banyak orang berbaju hitam berkerumun menjaganya namun di antara mereka tidak ada Mandala. Ia segera berdiri lalu berlari menuju tempat terakhir kali ia melihat Mandala. Cahaya api yang bersinar terang di atas langit membuatnya semakin mempercepat langkahnya. Asap pekat mengepul tanda ada kebakaran hebat malam itu. Tanpa ragu ia terus berlari sembari berharap semua berjalan sesuai rencananya. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sesosok laki - laki berdiri di depannya. Ia adalah Mandala namun raganya tidak seperti Mandala yang seperti biasanya. Tubuhnya penuh luka, baju putihnya penuh noda, dan tangan kanannya terbakar. Anjani pun tersedu. Ia sudah terlambat, Mandala sudah menjadi Lhemit. Ia menangis sejenak lalu mencoba menarik nafasnya yang tersenggal – senggal. Lhemit yang ada didepannya sudah menunggu perintahnya. Lalu dengan suaranya yang serak, ia meneriakkan perintah terakhirnya.

"Mandala, pergilah dari dunia ini!"

Mata Mandala yang merah berangsur – angsur menjadi hitam. Tatapannya yang berbeda tadi berangsur – angsur berubah menjadi tatapannya yang biasa. Api di tangan kanannya padam menghilang lalu tampaklah tangannya yang sudah tidak utuh. Ia terduduk lalu menundukkan kepalanya.

"Kau tidak perlu menyuruhku, ajalku memang sudah dekat"

Anjani segera berjalan perlahan mendekati Mandala. Air matanya masih mengalir dan gerak – geriknya menunjukkan kebingungan dalam pikirnya.

"Everhart tadi sudah kukalahkan dengan mudah", ucapnya "Sayang, kamu tidak melihatnya"

Anjani masih menangis tersedu.

"Aku masih disini karena aku harus menyampaikan sesuatu", ucapnya "Janjiku kepada pak Surya untuk melindungi sudah kupenuhi"

"Terima kasih, Mandala"

"Maka, maukah kau berjanji kepadaku?"

"Apa yang kau inginkan?"

"Selama ini aku belum pernah melihatmu tersenyum", ucapku "Aku ingin melihatmu tersenyum sekali saja"

Anjani tidak mampu berdiri. Ia hanya bisa tertunduk menangis. Lalu saat ia mengangkat pandangnya ke arah Mandala, pandangannya kosong. Wujudnya terbujur kaku. Ia sudah pergi dari dunia ini sebagai manusia.

Sebuah cahaya terang berpendar dalam kegelapan yang pekat. Mandala berdiri dalam kegelapan itu. Tampak disampingnya berdiri sesosok bayangan dengan mata merah menyala.

"Sudah kupenuhi permintaanmu", ucap Mandala.

"Dasar, aneh", ejeknya "Ucapan selamat tinggal bukan seperti itu"

"Lha, mau bagaimana lagi", jawab Mandala "Kami tidak terlalu akrab"

"Aku mengerti, sampai jumpa Mandala"

"Kau akan pergi kemana?"

"Tentu saja ke Ashura Loka", jawabnya "Dan kau akan pergi ke alam lain"

"Apakah aku sudah benar – benar mati?"

"Tentu saja"

"Baiklah, aku paham", ucapnya "Meski kita hanya bertemu sebentar, terima kasih atas bantuanmu"

"Tidak perlu berterima kasih, Mandala", jawabnya "Selama ini aku selalu mengawasimu"

Mereka berdua saling tersenyum. Cahaya putih tadi berpendar semakin terang. Wujud Mandala dan Makhluk itu semakin tertutup oleh terangnya cahaya tadi. Lalu, hilanglah mereka berdua ditelan cahaya putih bersama kegelapan yang sirna.

4 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang