Dua minggu sudah berlalu, satu minggu lagi kami akan ke Kaki Gunung Ralimpus. Aku sudah mulai mencari perlengkapan untuk disana, mulai dari pakaian, alat masak, bahan makanan, jaket tebal, dan lainnya. Aku juga sudah mulai persiapkan fisik untuk lebih vit dan kuat saat hiking disana.
Bahkan pagi ini, jam enam, aku sudah berlari dipinggir pantai dengan earphone yang melekat ditelingaku. Aku sudah berlari selama lima belas menit, kemudian aku berjalan santai sambil mengatur nafas dan melihat pemandangan sunrise hari ini. Tak kalah bagus dengan senja. Kemudian tiba-tiba seseorang memegang bahuku, lantas aku langsung menoleh kebelakang.
Mata kami bertemu, aku dan Mois, dia tersenyum dan aku membalasnya.
"Hai Sky, rajin ya kamu, pagi-pagi seperti ini sudah jogging," katanya.
"Hai, ya dong, aku ingin kuat saat di Gunung Ralimpus nanti," kataku dengan nafas yang mulai teratur, aku melihat dia yang ternyata juga ingin lari pagi. Tetapi dia belum berkeringat, mungkin ia baru keluar rumah, sedangkan aku sudah dibanjiri keringat.
"Sepertinya kamu terlalu bersemangat, apa kamu sudah pemanasan?" tanya Mois sambil mengelap keringatku dengan sapu tangannya, padahal aku membawa punyaku sendiri.
Aku mematung sesaat, dia mengelap keringatku dengan lembut. Membuatku menikmatinya.
"Iya, sudah," jawabku sambil mengangguk dan tersenyum kikuk. Malu, karena kami sangat dekat sekarang.
Ia tersenyum dan telah selesai mengelap keringatku, padahal aku masih ingin dilap olehnya, sangatlah lembut, membuat hatiku bergetar.
"Mau jogging bersama?" tawarnya.
"Dengan senang hati," jawabku. Lalu kami lari pagi bersama, dipinggir pantai, dengan burung yang berterbangan diatas kami, bersama mentari yang baru muncul menggantikan bulan.
Kami tertawa bersama dan juga membuat lelucon yang membuat kita tertawa terbahak, sampai penjual es kelapa melihat kita berdua, mungkin ia mengira kita orang gila.
Sudah lelah akhirnya kami memutuskan untuk duduk, istirahat sejenak. Aku mengelap keringatku dan begitu juga dengan Mois, aku memandang matahari yang sudah benar-benar muncul sinarnya dihadapan kami. Bahkan kami merasakan hangatnya mentari.
"Matahari sangat bagus untuk tulang," katanya masih sambil mengelap keringatnya. Ya Tuhan, rambutnya basah oleh keringat, betapa indahnya makhluk ciptaanmu disebelahku ini.
"Ya, aku tahu itu," kataku lalu tersenyum.
"Kamu ingin es kelapa? Untuk menyegarkan tubuh," kata Mois menawarkan.
"Boleh," jawabku lalu ia berlalu memesan es kelapa untuk kami berdua.
Aku menunggu disini, sambil memperhatikan gerakan ombak yang bergerumuh, suaranya yang sangat menenangkan hati. Angin nya mengusap wajahku, menghilangkan sisa-sisa keringat. Kicauan burung yang menambah suasana tenang untuk pagi ini, ditambah dengan ciptaan Tuhan yang sangat manis, Alamois.
Mois datang dengan dua kelapa dikedua tangannya, ia pun duduk disebelahku dan memberikan satu kelapa kepadaku. Aku mulai menyeruputnya.
Akh segarnya.
"Enak?" tanyanya.
"Iya," jawabku sambil tersenyum, entahlah ia melihat atau tidak, karena aku tersenyum tidak menghadapnya tetapi menghadap ombak.
"Aku ingin bermain papan selancar, adakah pantai dengan ombak besar didekat sini?" tanya Mois.
Aku menoleh dan menatapnya, "Ada, tapi tidak dekat, lumayan jauh, Pantai Sevra."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alam dan Dia [COMPLETE]
Novela JuvenilIni semua tentang alam dan dia. Dia kiriman alam, yang menjadi manusia pertama yang meluluhkan hatiku. Alam mentakdirkanku bersamanya. Perjalanan panjang yang sangat indah untuk membuat kisah masa depan. Dia, Foreston Alamois, si kiriman alam, si i...