15 - Aneh.

210 13 0
                                    

2 tahun kemudian.

Aku bangun dari tidurku, mempersiapkan segala sesuatu untuk kuliah. Hari ini aku mendapat kelas dipagi hari, jadi aku harus bangun lebih awal.

Apa aku terburu-buru menceritakan kisahku dengan Mois? Kurasa tidak, karena setelah dibawah pantai itu kisah kami seperti biasa, menjadi teman dan tidak lebih. Tetapi aku masih mencintainya dan ia tidak mengetahui itu.

Setelah lulus SMA, Mois memang lanjut kuliah diluar negeri, sedangkan aku masih ditempat yang sama. Alasannya adalah tidak mau meninggalkan kota kenangan bersama keluarga dan Mois.

Minggu lalu Mois memberi kabar akan kembali kemari dan ia akan sampai hari ini, pada sore hari. Untungnya aku ada kelas pagi dan pulang siang hari, jadi saat petang aku bisa bertemunya.

Sekarang aku sudah memasuki semester 5, bukannya sombong tapi aku menjadi mahasiswa dengan nilai tertinggi seantero kampus. Aku harap Mois bangga mendengar berita ini. Papa dan Mamaku masih berkomunikasi dengan orangtua Mois, mereka masih sering bertemu dan mengobrol. Sedangkan aku? Masih menunggu kedatangan Mois.

Sewaktu ia pergi meninggalkan kota ini, aku sangat sedih dan kisah kami akan terhenti sejenak. Tetapi, aku terus menunggunya dan percaya dia akan menjaga perasaannya. Nyatanya kami masih saling mengirim surat untuk menanyakan kabar, surat terakhir yang ia kirim hanya 1 kalimat.

Aku akan pulang dan kembali.

Itu adalah kabar baik dia akan pulang dan kembali padaku, aku sangat senang dan akan menunggunya dipantai nanti sore.

🌊🌊🌊

Hari sudah sore, aku langsung berlari keluar rumah menuju pantai. Aku menangkap sosok laki-laki tengah berdiri, menenggelamkan kedua tangannya dikantung celana. Ia menatap ke arah matahari terbenam. Oh Tuhan... ini sangat indah, aku sangat merindukannya.

"Mois,"

Panggilku dengan lembut dan pelan namun hatiku berteriak kencang, ingin memeluk melepas kerinduan. Ia langsung berbalik badan dan tersenyum, aku kaget saat ia menyambar tubuhku untuk ia peluk. Aku memejamkan mata, menikmati angin sejuk sore hari dan nyamannya pelukkan Mois.

"Aku merindukanmu," katanya lalu menenggelamkan kepalanya dileherku dan aku bisa merasakan hembusan nafasnya. "Aku juga merindukanmu," balasku.

Ia melepas pelukannya dan menatapku sangat dalam. Semakin dewasa, aura ketampanannya semakin terpancar dan aku semakin mencintainya. Tapi entah kenapa, ia seakan memberi tatapan yang memiliki arti. Seperti tatapan terakhir?

"Aku akan menaklukan Gunung Paggeon."

Satu kalimat yang dapat menyambar hatiku, aku terdiam dan berpikir. Gunung Paggeon adalah gunung tertinggi dimuka bumi ini dan sedikit sekali orang yang dapat sampai kepuncaknya dan dapat kembali dengan selamat. Lalu, Mois ingin menaklukannya? Oh tidak! Bagaimana jika ia tidak bisa selamat? Tamat sudah.

"Tapi gunung itu berbahaya Mois, badai salju disana mengerikan. Kamu tahu sendiri kan, banyak orang yang tak selamat."

"Iya aku mengerti, tapi aku tertantang untuk kesana. Aku janji akan jaga diri untukmu."

"Aku ikut."

"Tidak tidak, kamu tidak boleh ikut. Kamu harus dikota ini sampai aku pulang, aku tak ingin kamu kenapa-kenapa."

Alam dan Dia [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang