Semua lelah setelah menyusuri hutan Ralimpus, jam sudah menunjuk pukul lima sore. Semua siswa maupun guru membersihkan diri dan memberi asupan pada tubuh mereka.
Aku sudah melakukan semuanya, sekarang aku sedang menunggu Mikha yang masih mandi. Aku duduk didepan tenda dan memegang cincin biru berlian itu yang melingkar dijari manisku. Aku terus memandangnya dan berpikir, kenapa harus aku? Padahal aku hanya siswi SMA yang masih mempelajari tentang alam dan juga cinta. Akh sudahlah, mungkin takdir dari alam.
Tiba-tiba Mois duduk disampingku, ia melemparkan senyuman termanisnya padaku, aku pun membalasnya. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Tentu," jawabku sambil tersenyum.
"Jangan pernah lepaskan cincin itu, kalau ingin melepasnya berilah padaku. Biar aku dan kamu akan terasa selalu bersama, walau tak bertemu."
Aku menatapnya, lalu tersenyum. "Iya."
Sebenarnya aku ada niatan untuk membalas ucapanmu tadi, yang 'Aku mencintaimu, dari sekarang.' Tapi entah kenapa, mulutku tidak bisa berkata apa-apa.
"Kamu lagi mikirin apa?" tanyanya yang masih menatapku. Aku jadi malu dilihat seperti itu.
"Tidak apa-apa, aku masih bingung. Kenapa cincin seindah ini bisa sampai dijari manisku?" tanyaku dengan heran, masing ingin mendapat jawaban yang klop dihati.
"Rencana alam, Sky. Kamu cocok mendapatkannya, kamu cantik dengan ini," katanya lalu mengambil tanganku dan mengelusnya tepat diatas cincin itu.
Aku membuang muka kearah lain. "Aku bingung."
"Bingung kenapa? Kamu sudah mendapatkan jawabannya, tidak usah ragu lagi."
"Bingung dengan perasaanku terhadapmu," kataku sambil menatap kosong kedepan. Entahlah kenapa aku bisa mengatakan itu, padahal jelas-jelas aku sudah mencintainya, bahkan sangat mencintainya.
"Tak usah bingung, gapapa kalau kamu belum bisa membalasnya sekarang. Perlahan akan muncul dengan sendirinya, aku akan terus berusaha, agar alam memberi izin," katanya lalu menggenggam tanganku erat. Mata kami bertemu kembali, aku selalu suka menatap mata tajamnya. Menghangatkan hati.
Dorr!
Aku terjolak kaget begitu juga dengan Mois, kami menoleh kebelakang ternyata mereka adalah Mikha dan Clement.
"Aihh, ada yang sedang kasmaran nih," goda Clement lalu duduk diantara aku dan Mois.
"Wahh, kalian sudah berpacaran ya? Boleh ya minta traktirannya, untuk merayakan," kata Mikha lalu menaik turunkan alisnya ke arahku.
"Hahaha belum, tapi akan," jawab Mois dengan tawanya. Aku langsung menatapnya tak percaya. Pegang dadaku, jantungku berdegub dengan kencang.
"Hahahah Mois, kamu membuat Ratumu jadi kepiting rebus," goda Clement lalu menoel pipiku yang sudah merah merona. Aku malu.
"Ratu," katanya lalu mengelus pipiku dengan lembut. Akh kalau sepertinya pipiku tambah merah dibuatnya, aku cemberut saat Mikha dan Clement tertawa keras.
"Sudah sudah, kasihan ratuku," katanya lalu merangkulku dan mengusap bahuku. Nyaman. Berhentikan waktu sekarang juga, aku ingin diposisi ini dengan waktu yang lama.
Setelah menggodaku dan bercanda ria, tak terasa sudah jam tujuh malam. Kami disuruh untuk berkumpul lagi melingkari api unggun, kali ini kami berempat duduk dipaling depan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alam dan Dia [COMPLETE]
Genç KurguIni semua tentang alam dan dia. Dia kiriman alam, yang menjadi manusia pertama yang meluluhkan hatiku. Alam mentakdirkanku bersamanya. Perjalanan panjang yang sangat indah untuk membuat kisah masa depan. Dia, Foreston Alamois, si kiriman alam, si i...