8.8

1.8K 188 26
                                    

-nggak di baca ulang say,
Harap maklum typo-

Sudah 2 minggu kita di Jepang. Sekarang waktunya kembali ke Indonesia. Aku dan Jeno diantar daddy sampai ke bandara. Setelah turun dari mobil dan mengambil semua koperku, aku mencium daddy sebagai tanda perpisahan.

Entah kenapa, hari ini pertama kalinya aku tidak rela meninggalkan jepang. Padahal sebelumnya aku merasa biasa dengan jepang. Tidak ada yang spesial menurutku. Tapi hari ini aku merasa berat meninggalkan Jepang setelah 2 minggu tinggal bersama keluarga Jeno yang hangat. Aku bahkan meneteskan air mata. Entah kenapa aku menjadi cengeng seperti ini.

"It's okay Nessa. Daddy will visit you sometimes." Ujar daddy setelah memelukku

Akhirnya jeno segera menarikku kedalam, agar aku tidak semakin lama menangis.

Saat aku check in aku melihat seseorang yang familiar. Aku mencoba bertanya pada Jeno apakah itu jaemin.

"Jen, itu Jaemin bukan sih?"

Bukan jawaban yang aku dapatkan, tapi ekspresi kemarahan yang jelas tergambarkan di raut wajah Jeno. Aku melihat tangan Jeno sudah terkepal dengan erat. Aku mencoba mengenggam tangan jeno. Berusaha meredakan emosi Jeno yang sudah siap meledak.

Setelah menunggu cukup lama, kita masuk kedalam pesawat. Hal paling sial yang aku tahu adalah seorang Na Jaemin duduk tepat di belakang kursiku dan jeno.

Sekilas aku melihatnya tersenyum meremehkan ke arah Jeno. Untung saja Jeno tidak melihat. Kalau dia sampai melihat bisa terjadi baku hantam diantara mereka.

Selama perjalanan Jeno menyibukkan dirinya dengan menonton film. Aku mencoba membuka percakapan dengan dia. Tapi dia sama sekali tidak menyahut. Raut kemarahan itu masih tergambar jelas diwajahnya. Akhirnya aku memilih tidur. Setelah 2 jam tidur, ada pramugari yang mengantarkan makanan untuk kami.

Aku melirik ke samping ku. Jeno masih setia diposisi sebelumnya, bedanya sekarang di depannya ada makanan yang sama sekali tidak disentuh.

Akhirnya aku memilih ke toilet untuk membasuh mukaku. Saat aku kembali, aku sengaja melirik ke arah tempat duduk Jaemin. Masih ada di tempatnya. Aku berusaha mengacuhkannya. Kembali ke tempat dudukku seperti biasa.

Setelah perjalanan 7 jam itu. Kita sampai di Indonesia. Aku menghembuskan nafas lega melihat Jaemin berjalan ke arah yang berlawanan dengan aku dan Jeno. Setidaknya kemungkinan aku untuk bertemu dia lagi sangat kecil. Di kota surabaya yang sangat besar ini kemungkinan untuk bertemu orang lebih dari 2 kali itu sangat kecil.

Aku dan Jeno segera menaiki mobil yang menjemput kami di bandara. Supir keluargaku sudah aku hubungi saat aku masih dijepang.

"Mas, mama sama papa pulang kapan?" Tanyaku sesaat setelah aku masuk ke dalam mobil.

"Belum Nes. Katanya bapak pulang lusa,  Kalau ibu pulangnya besok malam." Jawab supirku.

Kalian jangan bingung kenapa supirku bisa se-santai itu. Keluargaku tidak mengajarkan aku untuk menjadi orang yang gila hormat. Lagian, supirku masih seumuran dengan kakakku. Hanya berbeda beberapa bulan.

"Yaudah mas, nanti malem mas tidur dirumah aja. Sendirian aku. Bibi juga pulangnya cepet. Abis makan malem dah pulang bibi."

"Beb, ntar malem mau aku ajak kelur nggak? Males nih dirumah. Kalo nggak mau, dirumahmu aja ya nggak papa. Duduk sambil main PS. Itu orang mau dateng soalnya." Ujar jeno sambil berbisik.

Aku hanya menautkan kedua alisku. Bingung dengan mood Jeno yang berubah. Di pesawat dia mendiamkan ku. Sekarang mengajak aku keluar.

"Siapa emang yang mau kerumah? Lagian kalo kamu nggak dirumah yang mau nyambut dia siapa?" Bisikku ke telinga Jeno.

"Ntar aku mampir kerumah kamu aja. Aku ceritain di rumah." Balas Jeno.

Setelah itu kita kembali diam, malu dilihat supirku.

"Manisnya kalian. Dulu sih mas waktu sekolah pacarannya nggak semanis kalian." Ucap Mas Lucas.

"Apaan sih mas, kita nggak pacaran tau."

"Iya deh iya. Mas dukung Jeno aja. Jen, cepetan ditembak Nessa. Malu-malu mau tuh Nessa." Mas Lucas malah memberi wejangan ke Jeno.

"Udah ditembak mas waktu di Jepang. Eh nggak dijawab sampe sekarang."

"Kebiasaan Nessa tuh. Dari dulu tiap ditembak cowok juga nggak pernah dijawab. Tapi kali ini mas punya feeling baik."

"Yaudah doain aja ya mas. Siapa tau beneran jadi mantu keluarga Garcia."

"Apaan sih Mas Lucas, kamu juga Jen, masih kelas 10 aja dah ngomongin nikah. Belajar dulu."

Aku malu dilihat mas Lucas dan Jeno, pipiku sekarang sudah semerah kepiting rebus pasti. Untung aku memakai masker, jadi pipiku yang merah tidak terlalu ketara.

1 jam kemudian kita sampai di rumah. Kemacetan sudah menjadi makanan sehari-hari.

Setelah Mas Lucas memakirkan mobil di garasi, dia pamit pulang dan akan kembali lagi sekitar jam 8. Berarti masih ada waktu 2 jam lagi.

Aku segera mengajak Jeno masuk ke rumah dan membiarkan dia duduk di ruang tengah, aku sendiri berjalan ke arah dapur dan meminta bibi membuatka aku dan jeno camilan.

Setelah request ke bibi, aku segera membuka kulkasku dan mencari sesuatu untuk diminum. Mataku menemukan infused water. Aku segera mengambil itu dan 2 gelas di lemari.

Aku segera ke ruang tengah menemui Jeno.

"Nih minum. Cuman ada infused water aja. Kayaknya bibi belum belanja lagi." Kataku sambil menaruh nampan yang aku gunakan di meja depan Jeno.

"Iya, selama yang ngasih kamu aku iyain aja."

"Dih gombal. Masih utang cerita nih kamu. Ceritain cepetan yang mau dateng nanti tuh siapa?"

"Ehmm, aku mulai darimana ya? Aku bingung."

"Ya terserah kamu mau mulai darimana?"

"Pokoknya yang dateng nanti itu Jaemin. Na Jaemin yang kamu idolakan itu. Dia dipindah kesini untuk beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Dia juga akan sekolah di sekolah kita."

Aku hanya mengerjap beberapa kali dan menepuk pipiku. Memastikan kalau aku tidak bermimpi.

Ternyata jawaban kenapa Jaemin bisa satu pesawat denganku ternyata adalah dia akan tinggal dengan jeno.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya ketika mereka tinggal bersama. Pertengkaran mungkin? Atau hal diluar nalar lain yang akan terjadi?

TBC...

Mafia -Lee Jeno-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang