-aku kembali setelah
Sekian lama menghilang.
Jangan lupa vote ya sayang-
Setelah Jaemin selesai memperkenalkan dirinya sendiri, dia dipersilahkan duduk. Aku segera berdoa, agar Jaemin tidak memilih tempat duduk yang berdekatan dengan Jeno.Aku sudah mengumpat habis-habisan, melihat Jaemin memilih tempat duduk di barisan belakang. Tepat di sebelah bangku Ria dan Risa.
Melirik ke arahku sambil tersenyum. Bukan senyum manis melainkan senyuman licik, seolah-olah dia sudah menyiapkan skenario terbaik untuk menghancurkanku dan Jeno.
Pak Alex kembali melanjutkan pelajarannya yang sempat tertunda. Jeno sudah memulai ritualnya sejak tadi.
.
.
.
.
.
.2 jam sudah terlewati. Sekarang waktunya istirahat. Aku dan Jeno memilih untuk ke rooftop seperti biasa.
"Ndut, aku tungguin di tempat biasa ya." Kata Jeno.
"Iya. Ntar nyusul." Jawabku.
Setelah Jeno pergi meninggalkanku, aku segera membereskan mejaku dan bersiap menyusul Jeno ke rooftop. Tapi Ria dan Risa menghadangku.
"Lu nggak ke kantin?" Tanya Ria.
"Nggak. Lu aja sana." Kata ku.
"Nitip nggak nih?" Tanya Risa.
"Nitip dong. Es teh. Taruh aja di meja kalo aku belom balik." Kataku sambil berlalu.
"Ok nyai."
Saat melewati Jaemin, aku hanya meliriknya tanpa minat. Toh teman sekelasku tidak ada yang menarik minat pada Jaemin. Buktinya dia masih sendirian sampai saat ini. Yang mengajak mengobrol saja tidak ada.
Aku segera menyusul Jeno ke rooftop. Setelah membereskan barangku.
Sesaat aku sampai di rooftop aku melihat, disamping Jeno sudah ada satu kantong besar snack dan minuman.
"Beli dikantin?" Tanyaku sambil membuka satu kantong snack.
"Enggak, beli di kopsis. Gabut tau nggak." Jawabnya.
"Buset. Gabutnya sultan mah borong kopsis."
"Biarin elah."
"Iya deh terserah sultan Jeno aja."
"Ndut." Panggil Jeno
"Hmm." Jawabku sekenanya.
"Main hp mulu dah. Liat apaan sih?"
"Liat drama dong." Jawabku sambil menunjukkan layar HP ku.
"Cabut yuk. Kemana gitu, gabut aku tuh di kelas."
Aku segera memutar tubuhku menghadap Jeno.
"Gila ya. Pulang ke rumah auto dihujat papa kau. Kalo mau cabut tuh minggu depan aja. Baru sehari masuk elah."
"Yaudah pulang, jalan yuk."
"Nah kalo pulang, lanjut jalan aku setuju. Kemana? Terserah sih kalo aku."
"Ke mall nya Mama yuk. Kan waktu itu nggak jadi kesana."
Aku hanya menganggukan kepala menyetujui pilihan Jeno.
Setelahnya Jeno hanya membaringkan kepalanya di pahaku. Setelah 10 menit tidak ada suara aku segera mengecek keadaannya.
'Oh tidur.' Batinku.
Setelah 30 menit Jeno tertidur, bel berbunyi menandakan kalau sudah saatnya bagi semua siswa untuk kembali ke kelas dan belajar.
"Jen... bangun, udah masuk." Ucapku sambil mengelus kepalanya.
"5 menit lagi." Kata Jeno sambil menyamankan posisinya.
"Bangun ih. Udah mulai panas nih." Kataku sambil sesekali menepuk pipi Jeno.
Dia hanya mengucek matanya dan bangun.
Kita kembali ke kelas beriringan. Aku baru menyadari sekarang gosip yakuza sudah tidak ada lagi, sampai sekarang pun yang tahu hal ini hanya aku, dan Jaemin tentunya.
.
.
.
.
.
.Sekolahku dipulangkan lebih cepat karena guru-guru mengadakan rapat. Sesuai rencanaku dan Jeno, kami pergi ke mall milik mama.
"Jen, bangun. Dah bel pulang. Jadi nggak? Kalo nggak aku pulang naik gojek nih." Ancamku.
"Iya sabar dong. Nyawa gue baru dibalikin malaikat setengah doang."
"Untung dibalikin. Kalo enggak mampus lu." Tanggapku sambil ngacir meninggalkan kelas.
Sampai di depan kelas, aku sempat melakukan kontak mata dengan Jaemin. Tapi, aku hanya mengacuhkannya dan kembali berteriak memanggil Jeno.
"Cepetan sih Lee Jeno."
"Iya nih udah. Ayo."
Jeno berkata seperti itu sambil berlari keluar kelas dan merangkul pundakku. Aku kembali melakukan kontak mata dengan Jaemin, tapi sepersekian detik kemudian aku memutuskan kontak mata itu.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia -Lee Jeno-
FanfictionLee Jeno. Seorang laki-laki dengan sejuta rahasia yang selalu dipandang karena paras tampan. Lelaki dengan segala rahasianya itu telah membuatku jatuh cinta. Jatuh ke dalam jurang tak berdasar dan tak pernah bisa kembali lagi. ☡bahasa semi-baku.