10.10

1.6K 159 3
                                    

-selamat buka puasa
para uwu ku-


Setelah aku selesai membersihkan diri, aku pergi ke dapur mencari camilan, saat aku melewati kamar Jeno, pintunya tertutup rapat.

"Mungkin sudah tidur, capek habis berantem" pikirku.

Tapi saat aku sampai di lantai bawah aku melihat Jeno masih duduk sendirian di ruang tengah. Hanya melihat Hp miliknya. Hati ku tergerak mendekatinya.

"Kok belum tidur, katanya capek?" Tanya ku spontan.

"Oh, aku belum ngantuk. Aku disini dulu aja."

"Kenapa sih? Masih ada yang mengganjal ya? Bisa kok kamu cerita ke aku." Ucapku sambil mengusap bahu lebar Jeno.

"Memangnya kamu nggak ngantuk?" 

"Enggak. Abis mandi nggak jadi ngantuk."

"Ness."

"Hmm." Jawabku sekenanya sambil menyalakan TV 36'inch di depanku.

"Ness."

"Apa?"

"Salah nggak sih benci sama dia?"

Aku spontan memutar badanku 90° menghadap ke arah Jeno.

"Kamu sebenci itu ya?"

Aku melihat Jeno hanya menganggukan kepalanya.

"Menurutku itu wajar terjadi. Apalagi dia adalah anak simpanan ayahmu. Kalau aku jadi kamu aku akan melakukan hal yang sama. Tapi, aku yakin kok. Seiring berjalannya waktu rasa benci itu bakalan hilang dengan sendirinya. Belajar menghilangkan rasa benci itu ya Jen. Mau kan?"

"Tapi Ness. Aku nggak bisa. Masa iya karena dia aku harus kehilangan daddy. Aku udah kehilangan Mommy sama Shiho."

"Kamu nggak akan kehilangan siapapun Jen. Kamu masih punya aku disampingmu, kamu juga bisa anggap Mama sama Papa itu orangtua mu sendiri. Toh mereka nggak keberatan."

"Ness, boleh nggak hari ini aku nangis lagi?  Entah kenapa aku keinget mommy sama shiho lagi."

Aku hanya tersenyum simpul lalu merentangkan tanganku. Siap menerima pelukan dari Jeno. Aku tahu kehilangan itu tidak mudah.

Aku merasakan pundak jeno bergetar saat dia memelukku. Aku hanya mengelus punggung lebarnya.

.
.
.
.
.
.
.

Matahari sudah keluar dari peraduannya, aku dan bibi sudah menyiapkan sarapan. Tapi, Jeno belum juga bangun. Aku berniat membangunkan Jeno sebelum suara bel membuatku berbalik ke depan.

Tapi Mas Lucas sudah ada di depan pagar, ia baru saja akan berjalan ke dalam memanggilku. Katanya sih ada temanku yang berkunjung. Tapi aku yakin Haechan belum tahu rumahku, tidak mungkin itu temanku yang lain, karena aku memang tidak punya teman.

"Ness, ada yang nunggu di depan. Mas lupa namanya siapa. Susah sih namanya. Tapi mas lihat tadi dia keluar dari rumahnya Jeno."

Aku langsung mematung mendengar mas Lucas bilang tamu yang berkunjung di pagi jari itu keluar dari rumahnya Jeno. Yang pasti itu Jaemin kalau keluar dari rumahnya Jeno. Aku segera berjalan ke depan pagar.

Benar saja, aku melihat Jaemin sudah berdiri di depan pagar dengan senyuman liciknya.

"What you want?" Tanya ku to the point

"Nothing. I just want breakfast. Is it wrong?"

"Of course its wrong. How you dare to come in front of my home and you beg for breakfast?"

"Oh, i dare to beg for breakfast because you let Jeno sleep and eating with you and your family in your home. And i came here because i want the same."

"Who are you? You're not my boyfriend or my brother. Why i must give you breakfast. If you just want to make me feel upset, its better if you back to your room and wait until you die in your room."

"Oh. Watch your mouth little girl. 2 weeks again we meet in my new school."

"Ok nice to meet you Mr. NA JAEMIN. Welcome tou our school." Kataku sambil melenggang masuk ke dalam rumah.

"Siapa ness? Si brengsek itu lagi ya?"

Aku berjengit kaget memdengar suara Jeno dari belakang.

"Sumpah ngagetin banget deh Jen. Iya jaemin. Mau minta sarapan. Ayo ke ruang makan. Dah disiapin makan tuh."

"Bibi masak apa emangnya?"

"Bikin toast, sama scrambled egg"

"Okok. Duluan ya Nes." Kata Jeno sambil berlari.

Aku hanya menatapnya sambil tersenyum.

TBC...

Mafia -Lee Jeno-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang