-assalamualaikum ukhti
gimana puasanya? Lancar?-
Dua jam berlalu dengan cepat, Jeno akhirnya memutuskan untuk kembali kerumahnya. Katanya sih menaruh koper lalu kembali lagi kerumahku. Mas Lucas juga sudah kembali lagi.Sudah 1 jam aku menunggu Jeno. Tapi Jeno tak kunjung kembali. Akhirnya aku memutuskan kerumahnya. Siapa tahu Na Jaemin sudah ada dirumahnya Jeno.
Aku baru saja membuka gembok pagar rumahnya Jeno. Aku sudah bisa mendengar pertengkaran dari dalam. Mereka berbicara bahasa korea. Aku mengerti beberapa kosakata yang mereka ucapkan.
Yang aku tahu banyak kata-kata kasar yang keluar dari mulut Jeno maupun Jaemin.
Aku segera masuk kedalam rumah. Aku melihat beberapa maid hanya diam dan berdiri di pojok ruangan tanpa ada niatan untuk melerai mereka.
Aku segera melerai mereka saat aku melihat Jaemin sudah mengangkat kepalan tangannya, siap untuk meninju Jeno.
"Jaemin stop it." Ucapku reflek
"Who are you? Ah, you is girlfriend of Lee bastard Jeno right?"
"Oh hello Jaemin. My name Vannesa, and i'am Jeno's girlfriend. How you dare to punch Jeno? Jeno is the owner of this house."
"Don't you dare to make me feel regret after punch him."
"I dare to make you feel regret after this. I will keep my eyes on you NA JAEMIN."
Setelah mengatakan itu, aku hanya menghela nafas dan mengajak Jeno pergi dari situ. Hari ini kubiarkan Jeno menginap dirumahku. Aku tidak ingin hal-hal buruk terjadi lagi. Ini baru beberapa jam setelah Jaemin sampai sudah terjadi pertengkaran hebat.
Kalau aku membiarkan 24 jam bersama akan jadi apa mereka? Mungkin salah satu dari mereka sudah menjadi daging cincang dan menjadi patty burger.
Sampai di rumah aku hanya menyuruh Jeno duduk di ruang tengah. Aku sendiri untuk kedua kalinya ke dapur hanya untuk membuatkan Jeno coklat hangat. Karena hanya itu yang tersisa. Bibi baru belanja besok.
Setelah membuat coklat hangat, aku kembali membawanya ke ruang tengah.
"Nih minum. Coklat, biar nggak marah-marah." Ucapku dengan nada jutek
"Makasih uwu ku."
"Jangan seneng dulu. Bayar dengan cerita wajib mulai dari awal. Satu mug satu cerita."
"Calon pacar gua ternyata perhitungan banget dah."
"Udah cepetan cerita. Keburu ngantuk nih. Mau tidur juga. Untung aku tadi ke rumah. Kalau enggak mungkin Jaemin udah jadi patty burger buat makan siangku besok."
"Iya bawel aku cerita nih. Dengerin dulu. Jangan tidur. Awas aja tidur."
Aku hanya menganggukkan kepalaku.
"Jadi awal mulanya, jaemin itu hiatus dari NCT itu karena emang dia mau dipindah kesini. Mumpung dia tidak begitu terkenal di Indonesia. Bukan karena sakit." Jeno memulai ceritanya.
"Terus?" Tanya ku penasaran.
"Kamu tau mafia dan agensi besar itu biasanya punya hubungan. Karena agensi besar membutuhkan backup yang cukup kuat untuk perusahaan dan artisnya. Ini nggak seperti di fanfiction. Mafia tidak akan menculik artis yang berhubungan atau meminta tumbal. Mungkin beberapa dari mereka meminta beberapa artis untuk hiatus. Seperti Jaemin. Dia hiatus juga karena dia dianggap tidak terlalu kompeten untuk dunia entertaiment korea yang berat. Beberapa mafia meminta orang-orang seperti Jaemin hiatus karena mereka merasa sia-sia memberikan backup yang kuat, padahal artisnya sendiri tidak kompeten."
"Jadi Daddy yang meminta Jaemin untuk hiatus dan pindah ke Indonesia?" Tanyaku lagi. Rasa penasaran ini sudah sampai ubun-ubun rasanya.
"Bukan daddy yang minta. Itu permintaan sendiri dari Lee Sooman. Pengaruh besar Lee Sooman untuk dunia entertaiment korea memudahkan dia untuk menutupi alasan Jaemin dengan mengatakan bahwa Jaemin sakit. Entahlah, aku baru sekali menemukan kasus seperti ini. Biasanya sang Mafia lah yang meminta."
"Mungkin saja Lee Sooman memang berniat membuat Jaemin menjadi orang yang bisa bersaing di kerasnya dunia entertaiment Korea." Kataku mencoba berpikir positif.
"Kalau memang berniat seperti itu, untuk apa dia repot-repot mengirimkan sampah itu kerumahku? Merepotkan saja. Dia kan bisa menjadikannya trainee lagi atau menon-aktifkan grupnya sementara. Atau mengirimkan dia ke Amerika yang dunia entertaimentnya lebih kompeten." Gerutu Jeno.
Aku hanya tersenyum simpul mendengar gerutuan Jeno. Melemparkan candaan garing untuk mencairkan suasana sebelum pertanyaan yang lebih serius lagi.
Setelah aku merasa suasana lebih cair, aku berusaha menanyakan satu hal kepada Jeno.
"Jen, boleh nanya nggak?"
"Apa sih yang nggak boleh buat kamu?"
"Basi njir."
"Iya iya serius. Mau nanya apa?"
"2 hari sebelum kita pulang, kamu bertengkar dengan daddy kan? Aku tidak sengaja mendengarnya. Apa itu karena Na Jaemin?"
Aku bisa melihat Jeno menghela nafas setelah aku menyelesaikan pertanyaanku.
Setelah keheningan melanda jeno mulai membuka suaranya.
"Ehmm, itu memang karena Jaemin. Bukan hanya masalah dia akan tinggal denganku. Ada masalah lain yang membuatku tidak menginginkan dia."
"Terus karena apa? Lagian waktu itu kamu terlihat akrab dengan Na Jaemin." Aku terus mencerca Jeno dengan pertanyaan yang melintas di benakku.
"Waktu itu kami memang masih akrab. Kita tidak saling mengetahui. Yang aku ketahui dia adalah temanku semasa aku tinggal di Korea. Tapi saat kita sampai rumah, kamu langsung masuk kekamar setelah berbincang sama Daddy kan? Nah, disitu awal mulanya masalah ini dan pertengkaran ini."
"Apa karena Jaemin salah satu anak dari simpanan ayahmu? Tapi sepertinya tidak mungkin." Kataku menebak jalan cerita selanjutnya.
"Semua itu mungkin, dan sayangnya tebakanmu benar. Jaemin memang anak simpanan ayahku. Tapi ayahku juga baru mengetahui hari itu. Ada surat yang dikirim ke rumah tanpa nama pengirim. Yang pasti di dalam surat itu pengirimnya memberitahu kalau jaemin itu anak nya daddy."
Aku memainkan bajuku mendengar penyataan Jeno. Perasaan tidak enak itu langsung menyeruak. Otak dan hatiku sinkron menyuruhku meminta maaf.
"Sorry jen, aku nggak tau kalau ternyata tebakanku bener."
"Santai aja. Toh kamu sudah tau semua. Toh kita tetap seperti ini. Senyum dong. Nggak usah murung."
"Nih udah senyum" ucapku sambil memamerkan senyuman ke Jeno.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Pantas saja mataku tinggal 5 watt.
"Ngantukkan? Sekarang aku tidur dimana?" Tanya Jeno
"Di teras mau nggak? Atau di loteng?" Candaku
"Aku tidur disofa aja deh."
"Eh jangan dong. Ntar punggungmu sakit. Tidur dikamar tamu aja. Sebelahnya kamarku. Udah ya. Aku mau masuk kamar. Belom mandi nih."
"Ewhh, Nessa jorok."
"Salah siapa bertengkar sama Jaemin." Kataku sambil menjulurkan lidah.
"Yaudah good night. Mimpiin aku ntar kalau tidur."
"Ngapain mimpiin elu bambang. Kan lu tidur sebelah kamar gua. Dah dah, good night." Kataku sambil berlalu ke kamarku.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia -Lee Jeno-
FanfictionLee Jeno. Seorang laki-laki dengan sejuta rahasia yang selalu dipandang karena paras tampan. Lelaki dengan segala rahasianya itu telah membuatku jatuh cinta. Jatuh ke dalam jurang tak berdasar dan tak pernah bisa kembali lagi. ☡bahasa semi-baku.