13.13

1.3K 136 7
                                    

-jangan lupa vote sayang-

Setelah mendapat perawatan yang cukup intensif di UGD. Jeno dan Jaemin akhirnya bisa dipindahkan ke kamar rawat.

Jeno dan Jaemin dimasukkan kamar VVIP yang berdampingan. Jeno di kamar 2907 dan Jaemin di kamar 2906.

Semua urusan administrasi Mama yang menanggung. Untungnya ini rumah sakit milik salah satu Om-ku. Jadi kita bisa mendapat perawatan terbaik disini.

.
.
.
.
.
.

Aku sempat pulang untuk mengganti bajuku, mengambil barang yang aku butuhkan dan mengambil beberapa baju milik Jeno dan Jaemin. Aku juga mengajak salah satu maid yang ada dirumah Jeno.

Aku mengajaknya, agar ada yang menjaga Jaemin. Tak lupa, aku juga mengajak 2 bodyguard di rumah Jeno untuk berjaga di depan pintu kamar rawat Jeno dan Jaemin.

Setelah menyelesaikan semua urusanku. Aku kembali ke rumah sakit bersama Mas Lucas. Sedangkan yang lain naik mobil milik Jeno. 

Sebelum sampai di rumah sakit aku menyempatkan diri untuk mampir ke supermarket dekat rumahku. Membeli banyak camilan dan makanan siap saji.

Meskipun aku sedih aku tidak boleh melewatkan jam makan. Itu kata-kata papa yang selalu aku ingat sampai sekarang.

Papaku itu selalu bilang seperti itu. Baik disaat aku sakit, sedih, atau dalam keadaan biasa.

Setelah selesai dengan urusan di supermarket, aku segera kembali ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit aku segera menuju kamar jeno sambil menenteng tas milik jeno, sedangkan tas milik Jaemin aku serahkan kepada maid.

Sebelum masuk ke dalam ruang rawat Jeno aku sempat mendengar mama berbicara di telpon. Aku tidak tahu siapa yang dia telpon.

Saat aku membuka pintu, mama sudah berada di depan pintu juga siap untuk membuka pintu.

"Eh, kaget mama tuh. Ketok dulu dong" kata mama.

"Udah ketok kali. Mama aja yang nggak denger."

"Ness, mama mau bicara, abis ini mama tunggu di cafetaria lantai 2"

Aku hanya mengernyit bingung tapi tetap mengiyakan perkataan mamaku.

Setelah menaruh semua barangku dan Jeno, aku segera turun ke cafetaria yang dimaksud mama. Sambil menerka-nerka apa yang akan dikatakan mama.

Setelah sampai di cafetaria, aku memesan makanan dan minuman dulu baru mencari tempat Mama duduk.

Setelah mendapat nomor pesananku, aku segera mengedarkan pandanganku untuk menemukan keberadaan mama.

Aku menemukan mama di pojok sambil meminum teh.

"Mah, kenapa?"

"Gini ness, mama ini besok harus terbang ke Paris. Ada undangan. Udah ada tiket pesawatnya juga. Enaknya gimana ya? Jeno masih sakit gitu. Papamu, juga pulangnya diundur. Masih ada yang harus dibereskan, atau mama nggak usah berangkat aja ya?"

Aku sedikit terharu melihat ketulusan mamaku merawat Jeno. Bahkan disaat dia tahu bahwa Jeno merupakan anak yakuza.

"Ya nggak papa sih. Pokoknya aku ada temennya disini nggak masalah. Uang buat biaya perawatan Jeno transfer aja ke rekening ku. Nanti gampang lah. Mama berangkat aja. Jeno Jaemin aman sama aku."

"Enaknya gimana nih? Mama bingung. Masa iya baru pulang udah berangkat lagi. Kasian kamunya." Ucap mama.

"Ya mama berangkat aja. Undangan nya bukan undangan sembarangan lho Ma. Kesempatan nggak datang 2 kali. Siapa tau butiknya mama bisa buka cabang juga di paris. Mama kan belum buka cabang di Eropa. Siapa tau bisa kayak Dior." Ucapku meyakinkan Mama.

Mafia -Lee Jeno-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang