Part 20 | Kembali nya Kevin?

117 26 1
                                    

Perlahan angin menghembus di antara mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan angin menghembus di antara mereka. Rose dan Emelie masih bingung untuk kembali ke istana itu. Kejadian yang baru saja di alami tadi memang tidak begitu menyulitkan. Maksudnya, mereka bisa saja melawan makhluk itu. Tetapi mereka juga tidak akan menghabiskan waktu untuk melakukan perlawanan ataupun bertarung dengan makhluk yang menyerupai kakek itu.

"Bagaimana? Jadi kita kembali saja?" tanya Rose.

Emelie tengah berpikir. Mencoba menelaah situasi yang akan terjadi jika mereka mengambil tindakan lanjut.

"Eme..," Rose mendengus kesal bercampur khawatir. Dia sangat takut jika ketiga sahabatnya tidak bisa di selamatkan. Tidak mungkin. Termasuk Evelyne, dia adalah sahabat sekaligus keluarga bagi Rose. Rose menganggapnya seperti itu.

"Tenanglah, kurasa aku tidak yakin." kata Emelie.

"Apa maksud mu," Rose hampir saja lepas kontrol. Sulit memang jika bicara soal emosi nya.

"Maksud ku begini," Emelie mendongakkan pandangan nya. "...Rose, sebelum kau berhasil menemukan ku, apa kau tidak melihat tanda-tanda dari Kevin, Eve dan Ryan?" tanya nya serius.

Rose mengalihkan pandangan nya ke samping, mencoba untuk mengingat kembali.

"..kurasa, tidak. Saat itu aku hanya melihat diri mu, tapi ternyata itu hanya sosok makhluk yang menyerupai mu,"

Emelie memotong saat perkataan Rose yang belum benar-benar tuntas.

"Tunggu, kau bilang sosok makhluk yang menyerupai ku?"

Rose mengangguk tanpa berkata apapun.  Dia hanya menatap Emelie yang kembali fokus pada analisis nya, yang sebenarnya tidak Rose mengerti. Mungkin sempat terpikir oleh Rose jika Emelie menghabiskan banyak waktu untuk mengambil tindakan.

"Aku juga melihat makhluk yang menyerupai mu," ungkap Emelie.

Sontak Rose terkejut. Reaksi nya bertolak belakang dengan Emelie yang tidak terlalu terkejut akan ucapan sebelum nya yang sama.

"Bagaimana rupanya?" tanya Rose.

"Dia sama seperti mu, memiliki rambut panjang bergelombang, dan inti nya sangat mirip." jelas Eme, dari nada bicaranya seakan itu bukan lah hal yang penting untuk di bicarakan saat ini.

Mereka kembali bertatapan. Bingung dengan keadaan yang seakan menjebak mereka. Angin yang tadi nya bertiup pelan, kini sedikit membawa hawa dingin yang mencekat.

"Tidak ada waktu lagi, Eme.. Ayo kita pergi saja kesana." ajak Rose seraya berbalik menuju ke sebuah istana yang ujung nya terlihat dari kejauhan.

"Tapi aku merasa-" bantah Eme yang sedikit tertahan. Entah apa yang di pikirkan gadis berambut lurus setengah pirang itu. Sejak tadi dia terus saja menghambat waktu, dengan sengaja menganalisis keadaan. Dari sikap nya, dia seperti menahan untuk tidak pergi kesana. Namun di sisi lain, Eme ingin kesana. Tapi ada hawa lain yang mengatakan tidak.

"Emelie.. Kita harus, membantu mereka sebelum sesuatu terjadi." Rose bersikeras untuk menuntun Eme supaya mengikutinya.

Wusssshhhhh

Kedua nya menengok saat mengetahui bahwa suara yang mirip hembusan angin itu mendekat dari arah belakang.

Sebuah benda. Sangat besar dan tidak asing. Perlahan sebuah kaca yang melapisi tampak terbuka.

"Kevin?" ucap Rose tidak percaya karena Kevin mengendarai benda yang sebelum nya mereka temukan di sesi awal. Katakan saja kemping.

"Bagaimana kau bisa-" Emelie sempat tidak percaya. Namun perasaan nya lega, karena dia dan Rose belum sempat pergi ke istana. Ya, mungkin ini lah alasan mengapa Emelie bertahan untuk tidak segera pergi ke istana itu lagi.

Kevin tidak menjawab. Saat benda itu terbuka yang bersamaan dengan tangan Kevin yang mengendalikan. Tiba-tiba Kevin terperosok hampir saja terjatuh sebelum benda itu mendarat. Untung saja posisi nya sudah hampir dekat, jika tidak mungkin dia akan masuk ke perairan.

Rose dan Eme langsung menahan tubuh Kevin. Dia tampak sangat kelelahan. Tubuh nya dingin.

"Kevin, apa yang terjadi?" tanya Emelie sambil menepuk pelan pipi Kevin.

Kevin tidak menyaut dengan kata-kata, hanya desahan lelah yang terdengar.

"Kenapa benda ini tampak seperti membeku?" tanya Rose seraya melihat ke arah benda itu yang tepat berada di hadapan mereka.

Emelie langsung menoleh saat Rose berkata demikian.

"Itulah sebabnya mengapa dia kelelahan, kurasa daya tahan tubuh Kevin perlahan melemah saat berada di dalam." jelas Emelie.

Rose terus saja menatap benda itu. "Apakah dia selemah itu?" tanya Rose.

"Bisa saja, kita tidak tau kan berapa lama Kevin berada di dalam. Mungkin saja sudah lama, belum lagi benda ini sebelum nya tertutup. Sehingga suhu di dalam nya akan sangat drastis mencapai titik yang sulit di prediksi." jelas Emelie lagi panjang lebar.

Rose memalingkan wajah nya ke arah Kevin yang masih saja terbaring di pangkuan Emelie.

"Jika Kevin tidak berada di istana itu, lalu.. Apa Ryan dan Eve juga tidak ada?" tanya Rose yang mulai teringat, bahwasan tadinya dia akan mencari Kevin dan sahabat lain nya di dalam istana. Tapi ternyata Kevin sudah lebih dulu menghampiri. Walaupun sebenar nya mereka berdua ingin segera menanyakan apa yang sebenar nya terjadi pada Kevin.  Mengapa Kevin bisa mengendarai benda ini.

"Entahlah, aku takut jika apa yang kupastikan salah. Nanti kita akan tanya pada Kevin jika dia sudah sadar."

"Tapi Eme, bagaimana kita bisa menunggu jika nanti Ryan dan Eve sebenarnya memang berada di sana?"

"Kepastian ku mengatakan tidak. Jangan khawatir, kita akan baik-baik saja. Ryan dan Eve juga bisa menjaga diri mereka. Sementara kita berdiam disini, sambil menunggu Kevin tersadar." Emelie melepaskan sandaran dari kepala Kevin yang terbaring di pangkuan nya.

"Kau mau kemana?" tanya Rose sedikit terkejut, karena tiba-tiba saja Emelie memberikan Kevin kepadanya. Sedikit canggung memang. Karena Rose tidak terlalu dekat dengan Kevin, menyentuh lama seperti itu pun sangat langka. Mungkin Rose hanya akan bermasalah dengan Kevin saat Kevin menjahilinya.

Emelie berjalan ke arah perairan yang tidak terlalu jauh. Perairan itu sama seperti yang Eve dan Ryan saat itu ambil untuk membasuh wajah mereka. Mungkin karena sangat lebar dan panjang, sehingga tidak akan terlihat jalanan yang di samping nya berjajar pohon besar.

Emelie meneteskan air yang berada di kedua telapak nya dengan perlahan ke arah wajah Kevin.

"Eme, what the hell! Air nya mengenai kaki ku." decih Rose kesal.

"Maaf-maaf, aku hanya mencoba membuat nya terbangun." kata Emelie.

"Kenapa tidak di masukan saja ke dalam air sekalian." saran Rose yang sebelum nya sempat menatap sinis karena kesal.

Emelie tertawa kecil dengan lelucon Rose. Dia tau, Rose tidak benar-benar marah, Rose hanya meluapkan rasa kesalnya. Terkadang dia meluapkan nya pada lelucon, karena jika meluapkan pada hal lain. Jangan harap berbicara pada Rose untuk beberapa hari.

AIR BLAZE [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang