Part 29 | jawaban

114 18 0
                                    

Rose terdiam, dia tidak tau harus menanggapi Eve seperti apa. Sejujurnya, bisa saja dia mengatakan bahwa dulu saat pertama kali bertemu dengan Ryan, dia tidak sengaja melihat Ryan bertingkah tidak karuan. Mereka bertemu di sebuah hutan, sama hal nya seperti suasana saat itu. Namun sebisa mungkin Rose harus menahan semua itu, dia tidak boleh menceritakan apapun pada Evelyne. Karena jika iya, Eve pasti akan menanyakan lebih dalam tentang dirinya dan juga yang lain.

"Bagaimana jika kita merapihkan dahan ini, supaya Rose mudah membakarnya. Iya kan," ucap Emelie sambil menatap Rose, tujuan Emelie sudah jelas. Dia tau situasi saat itu mungkin bisa di bilang mendesak.

Rose menatap Emelie dengan tatapan heran, dalam arti lain, dirinya harus membakar dahan-dahan itu. Tidak masalah memang, namun apa yang akan di lakukan oleh sahabat lain nya selagi dia membakar dahan.

"Ayolah Rose, hanya kau yang bisa. Lihatlah, Ryan belum juga sadarkan diri," desak Emelie lagi.

Rose hanya mengangguk pelan menanggapi nya.

Sebelum angkat bicara, Emelie tersenyum menatap Rose. Dia mengerti apa maksud dari raut wajah malas itu.

"Untuk Kevin, Eve dan aku, kita akan membersihkan sekitaran sini," kata Emelie sembari menujuk ke sekitar di dekatnya.

Kevin yang mendengar itu langsung saja menegakkan badan nya dan menatap sinis ke arah Emelie.

"Mengapa harus dibersihkan? Tidak usah! Lagipun kita tidak akan lama juga," bantah Kevin karena tidak mau jika harus membersihkan tempat sekitarnya yang terlihat berantakan oleh dedaunan yang gugur.

Evelyne sama sekali tidak menggubris semua itu, dia tidak masalah jika harus membersihkan tempat sekitarnya.

"Kevin, kita tidak tau berapa lama Ryan akan seperti itu. Dan juga, kita harus menangkap sesuatu di hutan ini untuk kita makan," jawab Emelie.

"Menangkap sesuatu? Di hutan ini?" Kevin memalingkan wajah nya, "Kurasa tidak mungkin," lanjutnya.

"Memangnya sesulit itu?" tanya Eve.

Sejak tadi Rose tengah menggosok kedua dahan, agar menghasilkan api. Dia tidak berbicara apapun kecuali menatap para sahabatnya yang bisa dikatakan lebih mirip seperti berdebat.

"Saat berada di hutan ini, aku sama sekali tidak menemukan tanda keberadaan hewan. Dan soal tanaman, apa kau pernah melihat tanaman berbuah. Jikapun ada, kurasa itu beracun, dan la-" belum juga selesai mengutarakan argumen nya, Emelie sudah lebih dulu memotong perkataan Kevin.

"Stop, jangan katakan apapun lagi, mungkin kita harus mencari perairan." kata Emelie.

"Memangnya ada?" tanya Eve.

Emelie mengagguk sebagai jawaban iya, "Danau itu, aku yakin menjalar ke daerah hutan ini." jelas Emelie.

Eve hanya menatap tidak mengerti, sejujurnya dia sama sekali tidak ingat dengan danau yang waktu itu pernah ia lalui bersama Ryan.

"Jadi?" tanya Kevin yang sejak tadi menatap Emelie yang lama berdiam seakan mematung.

Emelie masih saja terdiam, dia tidak menanggapi perkataan Kevin. Di tengah keheningan ketiganya, tiba-tiba Rose memulai pembicaraan dengan suara yang tidak pelan.

"Hey, sampai kapan kalian akan berdiskusi?" tanya Rose, tidak ada yang menanggapi di antara mereka. Kecuali satu, yaitu Eve. Itupun Eve hanya menggeleng sambil mengangkat bahunya.

"Kalian tidak akan memakan sesuatu?" ucap Rose lagi.

Emelie sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan Rose, seakan jarak diantara mereka sangatlah jauh. Kevin hanya melirik sekilas ke arah Rose. Dan Eve, dia menatap Rose dengan tidak mengerti.

AIR BLAZE [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang