Part 34 | Benda asing

91 21 0
                                    

"Bagaimana kalian bisa saling kenal?" tanya Rose yang sejak awal sangat ingin tau soal hubungan Ryan dan Diven.

Ryan mencoba menetralisirkan pikirannya, dia masih saja merasa pusing walaupun Emelie sempat mengobatinya.

"Dia teman lama ku," jawab Ryan sambil sesekali mengeluarkan suara rintihan.

Mereka semua mengerutkan keningnya. Sepertinya jika hanya mengucapkan beberapa kalimat, itu semua tidak akan membuat para sahabatnya itu merasa tenang. Bagaimanapun juga, mereka pasti ingin tau lebih jauh soal hubungan nya dengan Diven.

"Dia teman kecil ku," ucap Ryan lagi saat sahabatnya menatap bingung.

Eve langsung membenarkan posisinya, tubuhnya sedikit dia condongkan ke depan. "Bukan kah seharusnya kau juga mengenal Rose, Kevin dan Emelie? Mereka juga teman kecil Ryan." kata Eve tiba-tiba. Membuat Ryan teringat akan satu hal.

Diven menaikkan satu alisnya, sekilas dia menatap ke arah tiga orang yang tadi disebutkan oleh Eve. Pandangannya terhenti sejenak saat menatap Kevin.

"Tapi kau...," ucap Diven sambil mengarah pada Kevin yang saat itu tidak terlalu memperhatikan wajah Diven.

Eve menatap Kevin saat Diven seperti menunjuk pada nya. "Ada apa dengan Kevin?" tanya Eve bingung.

Saat itu Rose langsung mengambil alih pembicaraan. Saat itu, seharusnya Diven tidak boleh berkata apapun pada Eve. "Begini, mungkin sebelum berteman dengan kita, Ryan sudah lebih dulu berteman dengan...," Rose menggantung ucapannya sambil menatap ke arah Diven.

"Diven," jawab Eve dengan cepat.

"Ya. Dan, kurasa Diven tidak tau banyak soal situasi ini. Mungkin dia sedikit bingung. Mungkin nanti Ryan bisa, jelaskan padanya," ucap Rose dengan cepat agar Eve tidak curiga akan satu hal.

Diven semakin tidak mengerti. Jiak dipikir lagi, semestinya dia tidak berada di tempat ini bersama teman-teman Eve. Tapi bagaimana lagi, situasi kali ini sepertinya sudah mulai tidak aman.

Ryan menaikkan alisnya saat Diven tidak sengaja menatapnya karena bingung. Begitupun dengan Eve, Eve semakin penasaran dengan semua seluk beluk yang mungkin tidak ia ketahui soal sahabatnya di masa dulu.

"Diven, apa kau yang waktu itu menolong ku?" tanya Kevin tetibanya.

Diven kembali menatap Kevin. Dia mencoba mengingat kembali apa maksud dari perkataannya. Membantu memang sering dia lakukan akhir-akhir ini, karena kadang kala ada seseorang yang tersesat di dalam hutan. Dan entah bagaimana bisa ada manusia yang mendatangi tempat itu.

"Kau..," ucapan Diven tertahan sampai akhirnya Kevin melanjutkan.

"Benda besar yang kau bekukan saat itu, itu kau kan?" ucap Kevin lagi. Sejak awal Kevin sudah yakin jika orang itu adalah Diven.

"Oh.. Aku ingat, jadi kau.."

"Iya, itu aku Kevin. Dan juga.. Aku mau berterima kasih soal itu," potong Kevin saat Diven hendak melanjutkan ucapannya.

Diven mengangguk sebagai jawaban iya. Sejak tadi Rose memperhatikan mereka berdua. Sempat tidak percaya saat orang yang waktu itu Kevin ceritakan ternyata adalah Diven.

"Kau punya kekuatan membekukan?" tanya Rose kepada Diven. Sejujurnya dia ingin membuktikan jika apa yang dikatakan tadi adalah benar. Namun entah kenapa Rose tidak sepenuhnya percaya.

"Sebenarnya tidak membekukan juga," bantah Diven. Tatapan yang Rose berikan semakin aneh, dia tampak percaya tidak percaya. Di tambah lagi lirikannya yang seakan curiga.

"Dia memang mempunyai kekuatan dingin," jelas Ryan lagi, mencoba untuk meyakinkan apa yang sebelumnya di pikirkan oleh Rose.

Rose hanya tersenyum masam. Sejak dulu Rose memang seperti itu jika ada orang asing yang tidaj ia kenal, namun sahabat terdekatnya malah mengenalnya.

"Kau tidak percaya?" ucap Eve yang berada di sampingnya.

Rose hanya menaikkan bahunya sebagai jawaban. Dia tidak begitu percaya, dan juga dia sangat ingin tau bagaimana orang seperti Diven bisa menggunakan kekuatan itu.

"Diven, tunjukkan lah," seru Eve kepada Diven yang sejak tadi hanya diam menatap kesana kemari.

Diven mengernyit tidak mengerti dengan apa yang Eve katakan, "Tunjukkan apa?" tanya nya.

"Kekuatan mu..," desak Eve lagi.

"Untuk apa?" Diven semakin tidak mengerti. Sejak awal dia tidak terlalu memperhatikan gerak gerik Rose yang tampaknya tidak percaya.

Eve memberi isyarat dengan melirik ke arah Rose di sampingnya. Namun semua itu malah membuat Diven bingung. Untung saja saat itu Rose tidak memperhatikan.

"Tunjukkan saja..," desak Eve untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi Diven menampakkan wajah polos yang tidak mengerti apa-apa. Tampaknya ucapan Eve yang lebih mirip seperti bisik-bisik itu sama sekali tidak di mengerti oleh Diven.

Sejak tadi Emelie dan Kevin tidak sengaja memperhatikan keduanya. Sedikit membuat mereka bingung. Tapi biarkan sajalah, asal semua itu tidak menimbulkan kegaduhan yang akan membuat makhluk aneh itu kembali. Itu tidak masalah.

"Dia meminta mu untuk menunjukkan kekuatan mu," ucap Ryan pelan yang berada di sampingnya. Kondisi Ryan saat itu masih tidak kondusif, dia masih memegangi keningnya yang tampaknya masih sakit.

Diven kembali menatap Eve yang sejak tadi memberi isyarat mendesak agar dirinya segera menunjukkan kekuatan. Tapi Diven bingung. Dia harus menunjukkan bagaimana.

Untuk membuat Eve terdiam dan juga sepertinya untuk membenarkan apa yang di pikirkan Rose. Diven terpaksa melakukan hal apa saja yang dapat memperlihatkan kekuatan nya. Sebenarnya sedikit tidak masuk akal. Untuk apa dia memperlihatkan kekuatan nya. Dia tidak suka pamer!

Rumput kecil yang menghiasi lapang luas itu perlahan terlihat bergerak. Dari bawah sana terlihat ada sebuah kilatan cahaya berwarna biru yang tampaknya menyeruak memenuhi sampai ke ujung daun. Rose manatapnya sekilas, sampai saat ujung daun itu terlihat mengeluarkan sebuah salju yang mengembang, Rose menatapnya untuk beberapa saat. Sangat indah dan juga tenang.

Tapi sayang semua itu tidak berlangsung lama, saat Rose tengah asik memperhatikan dan Eve juga senang karena sepertinya Rose percaya. Tiba-tiba saja salju itu surut, kembali seperti semula.

Diven menatap Eve, dia memberikan ekspresi seperti mengatakan puas kepada Eve. Saat itu Rose mengerucutkan bibirnya, dia sedikit tidak terima saat dia tengah asik menyaksikan fenomena Indah itu. Tiba-tiab saja Diven menyudahinya. Jika dia minta untuk Diven melakukannya lagi.  Tidak-tidak. Rose tidak akan melakukan itu.

"Awas!!" teriak Eve sambil menggerakkan kedua lengannya seperti gaya menghalangi sesuatu. Saat itu Eve tidak tau apa yang terjadi, secara tiba-tiba dia melakukan pergerakkan itu ke arah belakang, tepatnya menyerong ke bagian atas. Bahkan dia menyembunyikan wajahnya saat secara bersamaan dia melakukan hal itu.

Semua orang disana terkejut sekaligus panik saat melihat sebuah benda mengkilat berwarna hitam dengan ukuran yang tak biasa hampir saja menghantam mereka. Tapi tetibanya mental tatkala Eve memberi pergerakkan itu. Suara dentuman saat benda itu jatuh tentu saja sangat gaduh. Membuat Eve dan sahabat lainnya menutup telinga karena tidak tahan dengan suara gesitan yabg perlahan mendaratkan benda tak berbentuk itu.

"Benda apa itu?" tanya Kevin yang sejak tadi tampaknya tidak percaya.

"Yang membuatku penasaran adalah, bagaimana Eve melakukan itu?" tanya Emelie setelahnya. Membuat beberapa orang disana mulai menyadari dan langsung menatap Eve. Eve tampak tidak tau akan hal itu. Tiba-tiba saja dirinya membuat sebuah gerakan yang awalnya Eve sendiri tidak tau dari mana asal benda itu. Yang dia tau adalah benda itu sepertinya melayang ke arahnya dan hampir saja membuat dirinya dan yang lain terluka jika saja terkena benda itu.

AIR BLAZE [Sudah Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang