Eleven

4.6K 274 45
                                    

Sasuke sedikit geram melihat benda pipih yang sedari tadi tak berhenti bergetar. Ingin rasanya membanting benda sialan itu. Tapi itu bukan miliknya.

Cih masih orang yang sama. Mengganggu saja.
Batin Sasuke sedikit jengkel saat melihat nama seseorang di layar handphone Hinata.

_____________________________

Setelah kepulangan kedua sahabatnya Hinata bergegas mencari handphone nya.

"Dimana sih? Apa aku menjatuhkannya semalam? Ah tidak mungkin." Hinata bergumam pada dirinya sendiri.

Kamarnya kini berantakan, isi tas yang dipakainya semalam kini telah bercecer dilantai. Selimut dan juga bantalnya pun bernasib sama seperti isi tas Hinata.

"Apa mungkin tertinggal dimobil Sasuke-nii?"
Hinata kembali bertanya pada dirinya sendiri. Mencoba mengingat-ingat dimana terakhir kali dia meletakkan handphone nya. Tapi nihil dia sama sekali tak ingat.

"Ayolah Hinata kemana perginya otak pintarmu. Berpikirlah, ayo ingatlah." Hinata memukul-mukul ringan kepalanya sendiri.

"Ah aku sama sekali tak ingat apapun." dia mendesah dan merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Haruskah aku bertanya pada Sasuke-nii?" Hinata bergumam.

"Oke baiklah sepertinya aku memang harus bertanya padanya." Hinata beranjak dan pergi menuju ruang kerja Sasuke.

Tok
Tok
Tok

Tangan Hinata mulai sakit mengetuk pintu ruang kerja Sasuke. Sama sekali tak ada sahutan.

Apa dia pergi? Atau dia tak mau diganggu?
Batin Hinata.

"Sasuke-sama ada di kamarnya, Hinata-sama." suara seorang pelayan mengagetkan Hinata.

"Terimakasih." Hinata tersenyum dan segera menuju kamar Sasuke.

Tok
Tok
Tok

"Nii-san ini aku."
Tak ada sahutan dari dalam. Hinata yang memang sudah tidak sabar akhirnya masuk kedalam kamar Sasuke.

Dia sedikit kagum dengan kamar Sasuke, luasnya memang sama seperti kamar Hinata, namun kamar ini sedikit gelap karena memang didominasi dengan warna hitam dan abu-abu, tidak terdapat banyak barang disini namun tata letak yang pas membuat kamar ini terlihat mewah.

"Sedang apa kau disini!" Hinata terkejut saat mendengar kalimat Sasuke yang rendah namun sangat mengintimidasi.

"Aku..." Hinata menggantung kalimatnya, dia bingung harus berkata apa, seolah otaknya tak bisa berpikir jika berhadapan dengan Sasuke.

Sasuke manaikan sebelah alisnya, seolah menanti jawaban dari Hinata. Namun yang ditunggu tetap bungkam.

"Apa kau memang sering masuk kekamar seseorang tanpa permisi seperti ini nona Hyuga? Terutama kamar seorang PRIA." Sasuke melangkah pelan menuju kearah Hinata.

Hinata hanya menunduk. Semakin dekat Sasuke semakin cepat pula debaran jantungnya. Saat Sasuke sampai didepan Hinata, Hinata merasa jantungnya ingin keluar dari tempatnya.

"Lihat aku." perintah mutlak Sasuke yang langsung diturutin Hinata.

Sasuke menggoyangkan benda pipih didepan wajah Hinata dan mengangkat satu alisnya seolah mengatakan 'apakah benda ini yang kau cari'.
Hinata reflek mengangkat tangan dan ingin mengambil handphone miliknya.

"Tidak semudah itu nona Hyuga." Sasuke menaikkan lagi tangannya. Dan satu tangan yg lain menangkap pinggang Hinata dan langsung mengecup bibir ramun Hinata. Hinata tak sempat menolak apalagi menyingkir, karena dia terlalu kaget dan otaknya yang memang lamban jika berhadapan dengan Sasuke kini makin lamban lagi saat bibirnya mulai dilumat oleh Sasuke dan tubuhnya terhimpit di pintu kamar.

"Nii-san apppphhhmmm." Hinata tak sanggup meneruskan kalimatnya karena tiba-tiba Sasuke menelusupkan lidahnya kedalam mulut Hinata, dan mengeksplor seluruh rongga mulut Hinata. Hinata tak mungkin bisa mengimbangi permainan lidah Sasuke karena ini adalah ciuman pertamanya, dia hanya membalas sesekali belitan lidah Sasuke pada lidahnya. Hinata memukul-mukul dada bidang Sasuke saat merasa hampir kehabisan nafas, Sasuke yang tau maksud Hinata langsung melepas pagutannya dan menatap Hinata yang sedang terengah meraup oksigen sebanyak yang dia bisa.

Manis.
Batin Sasuke sambil membelai bibir bengkak Hinata dan mengusap sisa saliva mereka. Hinata sedikit menegang dan reflek menatap Sasuke. Hinata bergetar saat menatap manik sekelam malam milik Sasuke. Suara ketukan pintu menghentikan gerakan Sasuke yang kembali ingin melumat bibir manis nan ramun milik Hinata. Dia mengumpat dan menyumpahi dalam hati siapa saja orang yang berani mengganggu kesenangannya yang baru saja akan dimulai.

"Sasuke-kun."
Itu suara ibunya ternyata.

"Apa kau tidur?" tanya Mikoto lagi sambil mengetuk pintu.

"Turunlah. Dad menunggu diruang kerjanya."
Mikoto makin keras mengetuk pintu kamar Sasuke.

"Baiklah Mom." sahut Sasuke.

Mikoto tak bersuara mungkin dia sudah pergi.

"Ni...nii-san ha... handphone-ku."

Sasuke tidak merespon dia malah membuka pintu dibelakang Hinata dan mengisyaratkan Hinata untuk keluar dengan gerakan kepalanya.

Hinata tak bergeming, dia masih menatap handphone ditangan Sasuke.

"Keluarlah." perintah Sasuke.

"Tapi aku mau handphone-ku nii-san." Hinata bersyukur karena dia tidak tergagap.

"Temui aku lagi nanti malam." perintah Sasuke lagi, namun tak membuat Hinata bergerak sedikit pun.

"Diruang kerjaku. Akan ku kembalikan nanti, sekarang keluarlah atau kau mau aku melaporkan ulahmu pada Dad?" perkataan Sasuke kali ini sukses membuat Hinata keluar. Dia berpapasan dengan Sarada yang mungkin juga akan menuju kamar Sasuke karena dilantai dua hanya ada kamar Hinata dan Sasuke. Hinata hanya menunduk dan membuat Sarada sedikit curiga.

"Apa dia baru saja kemari Nii-chan?" Sasuke mengabaikan pertanyaan Sarada dan melewatinya.

"Hey aku bicara padamu." Sarada berteriak dan menyusul Sasuke.

"Apa kau tak bisa tidak berteriak seperti itu Sarada? Apa maumu?" tanya Sasuke tanpa menghentikan langkahnya.

"Pinjam mobil merahmu yah Nii-chan." ujar Sarada sambil mengapit lengan Sasuke.

"Hn."

"Terimakasih Nii-chan." Sarada mencium pipi Sasuke dan berlari meninggalkan Sasuke.

____________________________

Ketukan pintu dan sebuah panggilan membuat Hiashi menghentikan pembicaraannya.

"Sudah dulu, aku telpon lagi nanti. Dan terima kasih atas kerja kerasmu Kakashi." pungkas Hiashi.

"Masuklah Sasuke."

Sasuke masih berdiri didepan meja kerja Hiashi.

"Duduklah."

"Ada apa Dad memanggilku kemari?" Sasuke bertanya.

"Ada sedikit masalah diperusahaan inti. Bisakah kau menggantikanku disana selama aku melakukan penyelidikan Sasuke?"

"Baiklah Dad. Apa ini masalah yang serius? Apakah kau mau aku membantu?" tanya Sasuke menawarkan bantuan.

"Tidak usah. Jika kau membantu tak ada yang mengawasi perusahaan inti. Untuk saat ini aku sedang tidak percaya dengan siapapun Sasuke. Hanya kau yang bisa kupercaya untuk mengawasinya. "

"Baiklah Dad, terimakasih atas kepercayaanmu. Aku undur diri."

Ternyata diluar Mikoto telah menantinya dan ingin bersuara saat tiba-tiba Sasuke memotongnya.

"Akan aku ceritakan nanti Mom." seolah tau jika ibunya akan memberondong beribu pertanyaan padanya.

"Apa tidak bisa sekarang Sasuke-kun?" pertanyaan Mikoto hanya dibalas gelengan oleh Sasuke.

Mikoto tersenyum samar dan mengetuk pintu kerja Hiashi kemudian menghilang dibalik pintu setelah Hiashi memerintahkannya masuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TrickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang