"There is only one happiness in life: to love and be loved."
–George Sand
***
Pagi ini Edmund bersemangat untuk pergi berkuda bersama teman-teman lamanya di salah satu lintasan berkuda di Perancis.
Sudah berhari-hari ia belum mengunjungi pusat kota, padahal, biasanya, ia paling tidak betah tinggal di rumah.
Edmund menata penampilannya kembali di depan cermin, untuk ukuran pria sebaya nya, Edmund bisa dikatakan pria paling tampan di Perancis.
Dia akui, banyak sekali Nyonya dan Tuan bangsawan yang ingin anaknya menjadi pendamping hidupnya. Bahkan temannya, The Duke of Cornwall sering mencarikan dirinya wanita-wanita bangsawan yang layak untuknya. Oleh karena berbagai macam alasan diatas, kehidupan asmara Edmund tidak pernah berjalan mulus. Edmund sering kali ganti pasangan. Ia tipikal pria yang mudah bosan menjalin suatu hubungan dengan wanita yang sama.
Namun, kali ini, dia heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia bisa betah memandang wanita yang lebih suka membaca sembari duduk di pinggir jendela daripada tidur dengannya?
Kenapa dirinya selalu saja membuat alasan untuk pergi menemui Diana? Kenapa dia terus saja memperhatikan toples kaca pemberian Diana yang ia bahkan tidak berani sentuh karena takut bentuk kue itu akan hancur?
Kenapa seorang pria playboy sepertinya tidak lagi tidur dengan sembarang wanita? Kenapa malah senyum Diana yang terus menghantui mimpinya?
Untuk semua alasan yang ia sendiri bahkan tidak bisa jelaskan, Edmund memutuskan menjernihkan kepalanya dan bertemu teman-temannya. Mungkin seharian bersama orang lain lebih baik untuknya.
Saat Edmund berjalan menaiki kereta kencana, ia sempatkan untuk melihat ke arah jendela yang biasa Diana tempati. Dan benar saja, Diana disana, menatapnya.
Edmund mengedipkan matanya saat tau mata mereka bertubrukkan. Diam seperti itu sampai Diana melepaskan kontak mata mereka dan pergi menghilang dari jendela.
Ada rasa tak nyaman yang Edmund rasakan saat melihat raut sedih Diana, apakah ia harus pergi mengecek keadaan Diana?
"Sir! Apa kau baik-baik saja?" Suara William tiba-tiba menghentakkan Edmund kembali dari pikirannya. Ia menatap William lalu mengangguk
"Aku baik-baik saja. William, jika ada yang mencariku, bilang kalau aku pergi bertemu teman-temanku," titah Edmund lalu masuk ke dalam kereta nya
***
Badai salju yang mengguyur daerah sekitar Perancis membuat cuaca semakin membeku. Jendela-jendela yang bergemeletuk serta lantai porselen yang dingin menjadi teman Diana malam ini.Usai mandi air hangat, Diana keluar dari kamar mandi dan segera mengenakan gaun tidurnya.
Wanita muda itu memastikan penghangat di kamarnya stabil lalu beranjak tidur, tak lupa ia sempatkan membaca buku dongeng yang menjadi kebiasaannya sedari kecil.
Saat Diana sudah tenggelam dalam kumpulan kata yang mengisahkan seorang gadis desa yang berlari meninggalkan sepatu kacanya, matanya telah mengerjap beberapa kali, dan ia memutuskan untuk berhenti membaca dan meniup lentera lalu baru saja ia berniat menarik selimutnya, terdengar bunyi ketukan di pintu
"My lady, ini aku, Maria,"
"Ada apa?" Tanya Diana bangkit dari posisinya dan berjalan membukakan pintu. Tidak pernah sekalipun ada orang yang mengganggu jam tidurnya, pasti ada sesuatu yang terjadi sampai Maria berani menganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Affair (Completed)
Historical Fiction#Lady's Series #1 British (18/3/21) #14 Newadults Diana Heart Mountbatten merupakan putri bungsu dari keluarga bangsawan, Duke Mountbatten. Statusnya sebagai seorang wanita terhormat membuatnya tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta, sampai keti...