Part 18

796 42 0
                                    

Sesaat Diana memasuki kamar mereka, ia menemukan keadaan kamar yang kacau balau. Baju dimana-mana, sementara Anthony sedang sibuk mengepak berkas-berkas serta bajunya ke dalam koper.

Melihat itu Diana meringis. "Anthony bisa kita bicara sebentar?" Ucap Diana lembut lalu perlahan mendekati suaminya itu

Rahang Anthony yang mengeras membuat Diana menggigit bibirnya sendiri, bodoh Diana! Kenapa kau mengatakan itu jelas-jelas suamimu tidak mau melihat wajahmu saat ini. Batin Diana

"Untuk apa? Apa kau mau memberitahuku bahwa kau mencintai pria itu?" Ucap Anthony dingin

Diana memegang ujung gaunnya mendengar nada ketus Anthony, ia belum terbiasa diperlakukan seperti ini. "Soal Edmund—"

"Jangan berani-beraninya menyebut nama pria itu di depanku," ancam Anthony nyaris membentak

Pria itu diam tersadar akan apa yang ia lakukan saat melihat Diana bergetar. Ia menutup matanya sesaat lalu mengacak rambutnya.

Melihat wajah sembab Sang Istri di depannya benar-benar membuat hatinya terasa di iris. Sebersit rasa bersalah menyergapnya. Sungguh dia sangat ingin merengkuh wanita yang ia cintai namun, ia tidak dapat berpikir jernih saat ini.

Diana menunduk, menahan air matanya yang memberontak untuk keluar. "Semua ini salahku, aku mohon—"

Diana berhenti saat ia merasakan tubuh Anthony yang melaluinya begitu saja.

Diana tak bisa bergerak dari tempatnya ketika ia mendengar derap langkah Anthony yang menjauh, pergi dari rumah ini begitu saja. Pergi meninggalkannya, lagi.

Diana jatuh tersungkur di lantai, ia menutup wajahnya, menahan isakan tangis yang tak dapat dibendung.

Ini semua salahnya. Dia tidak pantas dicintai oleh Anthony. Dia tidak pantas menjadi istri. Ia sudah merusak pernikahan ini. Merusak semua harapan Elizabeth dan Arthur padanya. Mengecewakan semua orang.

***

Seminggu sudah Anthony tidak pulang, dan Diana rasanya ingin mengakhiri hidupnya.

"My Lady, kami mohon, makanlah makanan mu walau hanya sesuap, kau belum makan berhari-hari," ucap Florest lagi-lagi mendapati Diana yang diam mematung di meja makan

Diana tak menggubris ucapan pelayannya itu. Ia bahkan tak nafsu melihat semu hidangan di depannya, baunya saja membuatnya mual.

"Nyonya," Florest terhenyak saat melihat Diana berdiri lalu pergi dari ruang makan. Florest berinisiatif menyuruh Maria serta para pelayan baru yang sebulan terakhir bekerja di mansion itu untuk mengikuti sang Lady

Diana memutuskan melakukan hal yang semenjak tiga hari terakhir. Duduk di sebelah kolam ikan di belakang pendopo yang biasa ia gunakan untuk minum teh maupun membaca buku.

Matanya sibuk mengikuti kemana ikan-ikan di sepetak bidang kolam itu berenang. Ia terkadang kasihan dengan mereka. Terkekang di dalam kolam ini seumur hidupnya, tak bisa melihat dunia luar dan hanya mengandalkan manusia untuk memberi mereka makan.

 Terkekang di dalam kolam ini seumur hidupnya, tak bisa melihat dunia luar dan hanya mengandalkan manusia untuk memberi mereka makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diana tertawa. Menertawakan nasibnya yang tak jauh berbeda dengan ikan hias di dalam kolam. Menyedihkan. Lamunan nya kali ini berhujung dengan sebersit ide cemerlang melintas di kepalanya.

Diana berdiri, melepaskan sepatunya, lalu terjun ke kolam ikan yang dalamnya sebetis orang dewasa itu.

"Nyonya!" Pekik para pelayan yang melihat aksi Diana. Bagaikan dipaku di tempat, tak satu pun diantara mereka berani bergerak. Mereka hanya bergeming ketakutan tanpa tau harus berbuat apa.

Diana tak memperdulikan teriakan orang-orang disekitarnya. Ia hanya fokus menangkap satu demi satu ikan mas di kolam itu, berharap jikalau Anthony melihatnya, suaminya itu akan bahagia karena kemurahan hati istrinya.

"Mari ikan-ikan, aku akan membantu kalian keluar dari sini dan memperkenalkan kalian pada suamiku," tuturnya penuh semangat.

Karena diselimuti euforia yang membutakannya, Diana tak sengaja menginjak batuan licin yang berada di dasar kolam. Ia terjerembab jatuh tenggelam ke dasar kolam membuat mahluk gesit di tangannya terlepas dan berenang bebas menjauhinya.

"Ya Tuhan! Tolong! Tolong!" Maria  menjerit ketakutan melihat peristiwa di depannya. Ia semakin panik saat melihat darah setelahnya. Tanpa pikir panjang, Maria berlari ke dalam mansion meminta bantuan.

"Tidak! Kemari ikan-ikan! Jangan tinggalkan aku sendiri," Diana kembali bangkit dan mengejar ikan-ikan tersebut yang malah membuatnya kembali jatuh ke dasar kolam karena tertijak gaun basahnya sendiri.

"Paul! Paul! Dimana kau?" Pekik Maria kesana kemari, air mata telah membasahi pipinya seiring langkahnya yang lunglai menuju ke dalam Mansion

"Maria? Ada apa, gadis muda?" Florest mendekati Maria yang bergetar hebat

"Nyonya Diana... Nyonya Diana tenggelam!"

Florest seketika berlari menuju taman buatan di belakang mansion mereka. Ia menggedor pintu kandang kuda dengan harapan Paul ada disana, "Paulus, apa kau di dalam? Paulus bangun!"

Florest terus mengulangi ucapannya hingga ia mendengar sahutan.

"Ya, madam? Ada yang bisa kubantu?" Ujar Paul setengah sadar, ia terbangun di tengah mimpi nya di siang bolong. Mata Paul mengamati Florest yang terlihat amat gelisah sampai-sampai kedua tangan orang yang dianggapnya sebagai Ibu kedua itu begetar hebat ketika menggemgam tangannya.

"Bergegaslah pergi ke kolam ikan! Lady Diana tenggelam,"

Mendengar kabar itu, Paul segera berlari begitu cepat melewati kebun bunga mansion mereka sampai tiba di sisi kolam yang berisi ikan-ikan tropis milik keluarga Maxwell.

Ia mengabaikan tangisan tiga pelayan baru yang diam mem-batu di pinggir kolam dan segera menyelamakan Diana. Ia menarik tubuh Diana yang terbaring di dasar kolam lalu menggendongnya keluar.

"Cepat Paul, bawa Nyonya ke kamarnya!"

Paul melewati rute tercepat ke kamar pribadi tuan dan Nyonya lalu dengan hati-hati membaringkan Diana ke atas kasur. Melihat dahi serta tangan Nyonya nya lecet dan mengeluarkan darah, Paul berubah sangat emosional.

Ia harus membawa pulang Anthony secepatnya walaupun taruhannya, ia akan dipecat karena berani campur tangan dalam kehidupan rumah tangga majikannya.

"Aku izin pergi ke kota sebentar," ucap Paul pada Florest yang berada di belakangnya. Namun, pemuda tanggung itu berhenti berjalan saat merasakan sentuhan Florest di pundahnya

"Hati-hati,"

Paul mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka.

***
TBC
7 February 2019

Lady Affair (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang