Bilang saja ia egois. Ia terima. Tapi, jangan bilang kalau ia takut. Karena itu adalah kenyataan.
Anthony memutuskan menghabiskan malam-malam nya tanpa Diana guna menjernihkan pikirannya sendiri. Ia harus membuang semua pikiran negatifnya pada Diana.
Ia harus memaafkan Diana, tapi bagaimana?
Ia merasa ditipu. Dibohongi selama ini. Ia merasa seperti orang bodoh yang merindukan istrinya disaat sang istri malah sibuk menjalin hubungan dengan pria lain.
Ia ingin mempercayai hatinya yang mengatakan bahwa Diana bukanlah wanita seperti yang ia pikirkan. Tapi, saat melihat dengan mata kepalanya sendiri Diana mencium pria lain. Ia tau pikirannya benar.
Setelah mencari tahu asal usul pria lancang itu, Anthony semakin takut. Takut apabila dugaannya ternyata benar jika Diana mencintai pria lain.
"Sialan!" Anthony membuang gelas wine nya ke sembarang arah. Rasanya sakit. Dadanya sakit dan Anthony tak tau bagaimana untuk menghilangkan perasaan itu.
"Sir, ada yang ingin bertemu dengan anda," suara James seketarisnya tiba-tiba menelusuk indra pendengarannya.
Ia benar-benar tidak ingin bertemu siapapun saat ini. "Suruh dia pergi!" Titahnya lalu mengambil gelas lain dan mengisinya dengan cairan yang sama
Anthony mengacak rambutnya kembali sebelum meneguk gelas demi gelas hingga botol wine di atas mejanya habis.
Pria muda itu berdiri. Mensejajarkan langkahnya agar lurus menuju lemari yang berisi koleksi minuman keras nya. Namun, saat ia hendak mencapai lemari itu, seorang pria menerobos masuk ke dalam ruangannya.
"Maafkan aku karena dengan lancang masuk kemari, Sir. Tapi, kau harus segera mendengar kabar ini,"
Anthony memicingkan matanya berusaha mengenali wajah pria yang rasanya ada tiga di hadapannya itu. Wajah pria itu tampak sangat familiar dan ketika ia baru saja mengenali wajah yang menatapnya seakan-akan ia dibebani tugas negara itu, suara teriakan James menggema seisi ruangan.
"Keluarkan dia sekarang!" Titah James, seketaris pribadinya kepada dua orang petugas keamanan gedung
Paul memberontak ketika kedua tangannya dicekal. Melihat itu, Anthony kembali acuh dan berjalan ke rak yang berisi botol-botol koleksinya. Dari tempatnya berada, Anthony masih dapat mendengar secara jelas suara Paul yang berteriak tak terima. Tapi, disaat ia memasang telinganya dengan benar dan mendengar penuturan pria itu, rasanya seperti ada yang menyambar kepala Anthony dengan listrik berpuluh-puluh volt.
"Lady Diana sedang tak sadarkan diri karena terjatuh di kolam ikan mas!"
Anthony berjalan keluar dari ruangannya dan mengejar pria muda yang telah turun ke lantai bawah.
"Hei! Paul! Paul!" Panggil Anthony dari lantai atas yang menbuat kedua pria kekar yang menyeret Paul pergi spontan melepaskan pegangannya pada Paul.
"Antar aku kembali ke mansion,"
***
Diana mengerjapkan matanya saat mendengar suara berisik dari luar pintu kamarnya. Dengan perlahan ia bangkit dan bersandar di punggung kasur.
Rasanya kepalanya benar-benar pusing, perutnya mual, dan kakinya tak dapat bergerak.
Diana menyentuh kepalanya yang terasa pening dan menemukan perban melilit kepalanya. Sejenak ia kembali mengingat saat kepalanya terbentur batuan di dasar kolam ikan saat ia tergelincir.
Ia menggeleng mengingat kejadian bodoh itu, lalu saat ia hendak mengambil roti dari nakas, seseorang masuk begitu saja.
Wajahnya yang bercucuran keringat, matanya yang lelah, serta pakaiannya yang acak adut. Diana tersenyum. Ternyata dirinya benar-benar telah gila. Dia benar-benar memimpikan suaminya lagi.
Diana hendak memakan roti nya saat tiba-tiba seseorang memeluknya. Aroma parfum yang ia rindukan semerta-merta menyeruak membuatnya tersadar kalau ia tidak bermimpi
"Anthony?" Panggilnya tak percaya, ia ingin sekali membalas pelukan suaminya tapi apa daya, tubuhnya terasa sakit semua
"Kenapa kau begitu bodoh sampai melukai dirimu sendiri," ucap Anthony dengan nada yang begitu khawatir
Melihat itu, Paul dan para pelayan segera undur diri dan menutup pintu kamar Tuannya, memberi mereka privasi.
Mendengar suara Anthony untuk pertama kalinya semenjak hari itu, Diana tak bisa menahan suka cita nya. Ia menangis.
Melihat Diana, Anthony segera melepas pelukannya dan menatap sang istri heran. "Apa aku terlalu berlebihan? Apa pelukanku membuatmu sakit?"
Diana tersenyum melihat betapa khawatir Anthony dibuatnya. "Aku merindukanmu," ujarnya tulus
Mendengar penuturan Diana rasanya hati Anthony menghangat. Ia juga merindukan Diana, lebih daripada Diana merindukannya.
Anthony menatap manik hazel istrinya lebih dalam, dan dalam sepersekin detik, ada dorongan dari dalam dirinya untuk mencium bibir ranum favoritnya.
Waktu bibir mereka hendak bertemu, sekelebat bayangan pria itu muncul. Anthony menghentikkan aksinya.
Ia tidak bisa melakukan ini. Tidak saat Diana sedang mencintai orang lain.
Anthony segera bangkit dari posisinya lalu berjalan keluar.
"Anthony! Ada apa?"
Namun, Anthony tetap keluar dari kamarnya.
***
TBC
7 February 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Affair (Completed)
Ficción histórica#Lady's Series #1 British (18/3/21) #14 Newadults Diana Heart Mountbatten merupakan putri bungsu dari keluarga bangsawan, Duke Mountbatten. Statusnya sebagai seorang wanita terhormat membuatnya tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta, sampai keti...