Haddon Hall, London 1972
Mautku mengawasi bagai orang tua bejat
yang yakin 'ku akan menghampiri,
bersiul padanya, dan pada
waktu yang berlalu.Mautku berkhotbah
bagai benarnya Alkitab
di pemakaman masa mudaku,
meratapi dalam air mata,
dan dalam waktu yang lalu.Mautku mengintai bagai penyihir malam
sepasti terangnya cinta pada mayat.
Ah, marilah tak memikirkan
waktu yang lalu!Tapi apapun yang mengintai
di balik pintu itu
kalap sudah ragaku.
Malaikat atau setan, apa peduliku?
sebab di depan pintu itu,
ada kau.Mautku menunggu bagai pengemis buta
yang melihat dunia tak bernyala.
Berikan dia sepicis uang!
demi waktu yang berlalu.Mautku menyambut diantara pahamu,
jemari dinginmu menutup mata.
Marilah tak memikirkan
waktu yang lalu!Mautku bertengger diantara dedaunan,
di lengan baju tukang sulap,
di bulu kelinci dan anjing-anjing,
di waktu yang lalu lalang, membunuh manusia
mencuri nafas.Mautku bersemayam diantara bunga-bunga,
dimana bayangan terhitam
meringkuk,
takut pada gelap.
Mari memetik lilac, demi waktu
yang lalu lalang!
Ah, anginpun tak sudi menerjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak-Sajak Hari Esok : Berlin dan Lainnya
PoetryLagu-lagu yang ditulis dalam bentuk puisi. Saya menerjemahkan lirik lagu ini ke dalam bahasa Indonesia (dan ada yang benar-benar berbahasa Indonesia). Berkisah tentang nostalgia dan kenangan hidup penulis di Berlin, New York, Bali dan lainnya. Penu...