Chapter 1

2K 182 0
                                    


"Nenek! Aku masuk, ya." Bunyi lonceng terdengar begitu Tzuyu memasuki toko. Wangi semerbak bunga langsung menusuk hidung.

Apalagi wangi mawar merah kesukaan nenek, seakan mengacaukan fungsi indra penciuman Tzuyu sebenarnya.

Namun setelah menunggu, belum ada jawaban.

"Nenek? Nenek dimana?" Tzuyu bertanya memastikan dengan berjalan ke arah kasir yang berada di bagian sudut kanan.

"Siapa, ya?" Bukannya nenek yang menanggapinya, justru seorang pria yang sepertinya lebih tua darinya yang menyahut.

Sepertinya ia baru saja dari kamar kecil, melihat arah datangnya.

"Tzuyu. Chou Tzuyu. Nenek yang punya toko ini lagi kemana, ya?"

"Cucu Nyonya Chou, ya? Beliau lagi melayat ke pemakaman tetangganya."

"Ohh."

Alis Tzuyu mengerut karena merasa dongkol tidak dapat bertemu dengan nenek kesayangannya.

Lambat laun sudut matanya memerhatikan pria si penjaga toko.

"Kamu ini.."

"Jimin, Jimin Park. Aku baru saja pindah ke rumah sebelah bulan ini. Nenek Chou dan aku sering memelihara bunga bersama."

"Pantas saja aku nggak begitu familiar. Bulan ini aku memang belum sempat mengunjungi nenek."

Pria di depannya mengangguk paham.

"Mau minum teh dulu? Sambil nunggu Nenek Chou kembali?"

Tzuyu langsung menggeleng.

Akan makin gawat situasinya apabila ia pulang lewat dari jam enam.

"Tolong sampaikan salam aja ke nenek. Kalau ditunda nanti aku kejebak hujan."

Tzuyu segera melesat keluar dari toko, bahkan sebelum ia melihat anggukan kepala Jimin.

Setelah menyusuri beberapa gang kecil sebagai jalan pintas ke rumahnya, Tzuyu terhenti ketika mendengar suara pukulan dan erangan tertahan.

Jelas-jelas terjadi situasi kekerasan.

Tzuyu mendapati seorang cowok berseragam sama dengannya dikelilingi lima orang bertubuh kekar dan berkostum hitam.

Gadis itu segera bersembunyi di balik tumpukan batu bata. Berniat menghindar dari kekacauan.

Ia memanfaatkan sela-sela bata untuk mengintip.

Ia ketakutan, namun penasaran juga.

Ketika salah seorang preman itu menghantamkan sebatang kayu pada si remaja, Tzuyu menahan pekikannya.

"Kamu sembunyikan dimana uangmu, hah? Mau dihajar seharian penuh?"

Salah satu diantara lelaki bertubuh kekar yang memakai bebat di pergelangan tangannya, meludah sembarang.

Remaja laki-laki yang diancam tidak menghiraukan, malah menyeringai mengejek.

"Nggak usah sok iya, bang." ujarnya.

Ia berusaha menegakkan tubuhnya, tangan kanannya menyeka sudut bibirnya yang robek.

Para preman itu menggeram kasar, mengangkat alat pukul masing masing.

Tatapan maut mereka membuat Tzuyu berimajinasi seakan mereka adalah harimau-harimau yang bengis.

KLONTANG!!!

Tzuyu mengutuk dirinya sendiri karena kecerobohannya ia menyenggol sekaleng cat.

Ternyata di balik tubuh yang kekar, terdapat jiwa yang penakut. Mungkin mereka mengira polisi daerah sedang melakukan pemeriksaan sekitar.

Bagaikan melihat hantu, para preman bertato itu segera melarikan diri, berbelok ke ujung jalan.

Situasi sekitar sudah cukup aman, Tzuyu harus mengobati korban para preman itu.

Tzuyu teringat bahwa ia membawa kotak P3K di dalam tasnya, berkat pelajaran olahraga tadi siang.

Tzuyu segera menghampiri cowok yang tengah terluka itu.

Masih belum dapat terlihat jelas wajahnya, penglihatan Tzuyu memang tak terlalu bagus.

Untuk sekedar meyakinkan bahwa dirinya bukan orang jahat, Tzuyu menyuguhkan senyuman sopan.

Remaja itu terduduk lemas, menyenderkan punggungnya di dinding yang hanya disemen. Tangannya menahan darah yang mengucur di bagian kanan perutnya.

"Siapa?" Napas lelaki itu terengah, pandangannya agak mengabur.

"Tidak penting, lukamu harus segera diobati terlebih dahulu."

Namun setelah memeriksa bagian kepala cowok itu untuk mengecek luka, Tzuyu terdiam beberapa saat.

"Loh, Jeon Jungkook?"

Behind Her Smile [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang